action
adalah peredaan konflik cerita. Konflik yang telah mencapai puncak, akhirnya menurun karena sudah ada tanda-tanda adanya penyelesaian pertikaian.
Denouement
adalah penyelesaian yang dipaparkan oleh pengarang dalam mengakhiri penyelesaian konflik yang terjadi.
William Kenney 1966: 23 menyatakan bahwa:
We may conclude, then, that an understanding of plot is the most important factor in understanding of fiction. Plot, says
Aristotle, is the soul of tragedy. It may well be soul of fiction, too.
Kita dapat menyimpulkan, kemudian, bahwa pemahaman plot adalah faktor yang paling penting
dalam memahami fiksi. Plot, kata Aristoteles, adalah jiwa dari tragedi. Mungkin saja jiwa fiksi juga.
c. Penokohan dan Perwatakan
Penokohan dan perwatakan mempunyai hubungan yang sangat erat. Penokohan berhubungan dengan cara pengarang menentukan dan memilih tokohnya serta memberi
nama tokoh dalam cerita. Perwatakan berhubungan dengan karakteristik atau bagaimana watak tokoh-tokoh itu. Keduanya berkaitan dengan tokoh-tokoh dalam cerita novel.
Dengan perwatakan, dapat menentukan adanya tokoh utama, tokoh sekunder, tokoh pelengkap atau tokoh komplementer, dilihat berdasarkan banyak atau sedikitnya
seorang tokoh berhubungan dengan tokoh-tokoh lainnya. Tokoh utama adalah tokoh yang selamanya mendukung ide pengarang, mendapat porsi pelukisan relatif lebih
banyak daripada tokoh-tokoh lainnya. Selain itu, sebab akibat munculnya suatu peristiwa selalu bersumber dari tokoh utama tersebut.
Membicarakan perwatakan, Mochtar Lubis 1981: 18 memasukkannya dalam teknik cerita dengan menyebut sebagai gambaran rupa atau pribadi atau watak pelakon
character delineation.
Ada tujuh cara pengarang dalam melukiskan karakter tokoh cerita novel, yaitu :
1.
Physical description
melukiskan bentuk lahir dari pelakon 2.
Portrayal of thought stream or of conscious thought
melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang melintas dalam pikirannya. Dengan jalan
ini pembaca dapat mengetahui bagaimana watak pelakon itu. 3.
Reaction to events
bagaimana reaksi pelakon itu terhadap kejadian 4.
Direct author analysis
pengarang dengan langsung menganalisis watak pelakon.
5.
Discussion of enveroment
melukiskan keadaan sekitar pelakon
6. Reaction of others to character
bagaimana pandangan-pandangan pelakon-pelakon lain dalam suatu cerita terhadap pelakon terutama itu.
Pada dasarnya ada tiga cara yang digunakan pengarang untuk menampilkan tokoh-tokoh cerita yang diciptakannya Herman J. Waluyo, 2002: 165. Ketiganya
biasanya digunakan bersama-sama. Ketiga cara tersebut adalah 1 metode analitis yang oleh Hudson 1963: 146 disebut metode langsung dan oleh William Kenney 1966:34
disebut metode deskriptif atau metode diskursif; 2 metode tidak langsung yang juga disebut metode peragaan atau metode dramatisasi; dan 3 metode kontekstual.
Metode karakterisasi telaah fiksi secara khusus dibahas Albertine Minderop 2005. Menurutnya metode karakterisasi dalam telaah fiksi dapat dilakukan dengan
metode langsung
telling
dan metode tidak langsung
showing.
Metode
telling
mengandalkan pemaparan watak tokoh pada eksposisi dan komentar langsung dari pengarang. Metode ini ada keikutsertaan dan campur tangan pengarang dalam
menyajikan perwatakan tokoh, sehingga para pembaca dapat memahami perwatakan tokoh berdasarkan paparan pengarang. Metode
showing
atau metode tidak langsung memperlihatkan pengarang menempatkan diri di luar kisahan dengan memberi
kesempatan kepada para tokoh untuk menampilkan perwatakan mereka melalui dialog dan action Albertine Minderop, 2005: 6.
Kebanyakan dalam cerita rekaan menggunakan tiga metode di atas secara bersama-sama. Tetapi ada juga salah satu diantaranya lebih dominan. Hal ini sebabkan
bahwa setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Penggunaan perpaduan tiga metode dalam membangun karakter tokoh dapat membuat pembaca tidak jemu dan
cerita lebih hidup. Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa pengarang dalam
membangun karakteristik para tokoh dapat dilakukan melalui tiga metode, yaitu metode langsung
telling
atau metode deskriptif, metode tidak langsung
showing
atau metode dramatisasi, dan metode campuran dari keduanya.
Analisis perwatakan melalui metode langsung dapat dicermati bahwa pengarang tidak sekedar menyampaikan watak para tokoh, tetapi ia mampu menembus pikiran,
perasaan, gejolak, konflik batin dan motivasi yang mendasari tingkah laku para tokoh. Analisis karakterisasi tokoh dengan metode tidak langsung dapat dilakukan
dengan menyimpulkan ketika seorang tokoh membicarakan tingkah laku tokoh lainnya. Dari pembicaraan ini dapat diketahui watak tokoh yang dibicarakan, bahkan watak si
penutur sendiri. Dengan demikian dalam suatu dialog tokoh, dapat disimpulkan watak lebih dari satu tokoh.
Karena kedua metode tersebut mempunyai kekurangan dan kelebihan, dalam sebuah novel dapat digunakan gabungan dari kedua metode tersebut. Hal ini dapat
menghilangkan kesan karakteristik yang monoton, sehingga cerita lebih menarik. Kebanyakan novel-novel sekarang pengarang cenderung menggunakan kedua metode
secara bergantian.
Robert Humpre 1988: 10 dalam Herman J. Waluyo. 2009: 33 menyebutkan 4 cara menampilkan watak tokoh, yaitu: 1 teknik monolog interior; 2 teknik monolog
interior langsung; 3 pengarang serba tahu; 4 teknik solilokui.
d. Setting atau Latar