Tema novel HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Struktur merupakan sebuah totalitas yang terdiri dari kesatuan unsur-unsur pembentuknya. Unsur-unsur itu akan saling berhubungan dan menentukan. Tiap-tiap unsur pembangun struktur hanya akan bermakna jika ada dalam kaitannya dengan keseluruhan. Dengan kata lain, dalam keadaan terpisah dari totalitasnya, unsur-unsur tersebut tidak ada artinya, tidak berfungsi, dan tidak bermakna. Dalam penelitian ini hanya akan dibahas unsur-unsur struktur, yaitu: tema, alur, penokohan, setting, dan point of view.

a. Struktur Novel

PBS

1. Tema novel

PBS Untuk menuju pada kesimpulan tentang tema novel PBS terlebih dahulu dikemukakan beberapa kutipan, setelah membaca novel tersebut, yaitu: a Kubenamkan diri dalam kamar dan menahan sendiri kesakitan dan putus asa. Hari yang gelap itu berwarna merah darah. Seperti impian masa depanku yang tiba-tiba diliputi warna gelap. Keluh kesah kutelan kembali menjadi gumpalan-gumpalan pemberontakan yang terus mengalir bersama waktu. Bagai air bah mencari korban kesekian untuk dikaramkan. Seraya angin topan yang datang menimpa pohon-pohon hijau dilereng gunung. Abidah El Khalieqy, 2001: 94. b ”Ow...ow...ow...jadi begitu. Apa Ibu belum mengatakan padamu kalau naik kuda hanya pantas dipelajari oleh kakakmu Rizal, atau kakakmu Wildan. Kau tahu, mengapa? Sebab kau ini anak perempuan, Nisa. Nggak pantas, anak perempuan kok naik kuda, pencilakan , apalagi keluyuran mengelilingi ladang sampai ke blumbang segala. Abidah El Khalieqy, 2001: 7. c ”Yang aneh apanya, Bu. Pak guru bilang kewajiban seorang perempuan itu banyak sekali, ada mencuci, memasak, mengepel, menyapu, menyuapi, menyusui, memandikan dan banyak lagi. Tidak seperi laki-laki, Bu, kewajibannya Cuma satu, pergi ke kantor. Mudah dihafalkan. Mengapa dulu aku tidak laki-laki saja, Bu? Aku ingin pergi ke kantor. Aku juga tidak suka memasak di dapur, bau bawang, bau terasi dan asap mengepul. Aku ingin belajar naik kuda seperti Rizal. Boleh kan, Bu?” Abidah El Khalieqy, 2001: 14. d Ah. Betapa bodohnya aku. Jika semua itu harus menjadi bagian dari hidupku. Betapa malangnya menjadi seorang perempuan, jika sampai mati harus tidak boleh menola semua yang bertentangan dengan hati nurani. Abidah El Khalieqy, 2001: 78. e ”Tetapi anak perempuan kan tidak perlu sekolah tinggi. Sudah cukup jika telah mengaji dan khatam. Sudah ikut sorongan kitab kuning. Kami juga tika terlalu berguru. Ya, mungkin menunggu sampai si Udin wisuda kelak. Abidah El Khalieqy, 2001: 90. Dari Kutipan di atas, Abidah El Khalieqy ingin menuturkan tentang kisah perjalanan hidup seorang perempuan yang bernama Annisa yang biasa dipanggil Nisa. Ia selalu mendapatkan perlakuan tidak adil. Nisa selalu diposisikan pada titik paling nol. Keberadaannya seakan-akan menjadi penghalang bagi kaum laki-laki. Sehingga tak mengherankan kalau Nisa selalu melakukan pemberontakan atau protes terhadap keberadaannya khususnya dan kaum perempuan. Dalam novel ini secara umum pengarang ingin mengungkapkan bahwa perlunya pengakuan eksistensi perempuan . Dengan kata lain, tema sentral dalam novel ini cenderung ingin menyuarakan kesetaraan hak terhadap perempuan. Perempuan mesti mendapatkan hak yang sama dalam kehidupan.

2. AlurPlot Novel