4. Setting Novel
PBS
Setting cerita berkaitan dengan waktu dan tempat penceritaan. Waktu dapat berarti siang dan malam, tanggal, bula, dan tahun; dapat pula berarti di dalam atau di
luar rumah, di desa atau di kota, dapat juga di kota mana, di negeri mana dan sebagainya. Unsur setting lain yang tidak dapat dipisahkan adalah hasil budaya masa
lalu, alat transportasi, alat komunikasi, warna lokal dan daerah dan lain-lain.
a. Setting Waktu
Novel
PBS
telah banyak menampakkan waktu yang jelas dan spesifik. Hal itu nampak sekali bahwa setting yang terkait dengan waktu ini terlihat pada
kutipan berikut ini:
Meski sudah berlalu, jauh dibelakang waktu, masa kanak-kanak itu banyak menyimpan cerita. Kadang mengasyikkan, tapi lebih banyak yang
menyebalkan. Dan kini, setelah aku mendapatkan gelar, sudah memiliki Mahbub, anak semata wayang. Cerita itu sering muncul seturut dengan
pengetahuan yang kudapatkan dari lembaran buku kehidupan. Abidah El Khalieqy, 2001: 2.
Besoknya hari Minggu sangat cerah. Pagi-pagi sehabis membantu Ibu di dapur, kuambil semua uangku yang selama ini kusimpan dalam sebuah kitab yang tidak
terjangkau oleh penciuman Rizal. Abidah El Khalieqy, 2001: 58. Malam harinya, hingga ayam berkoko melintasi subuh, aku tak kuasa bangun,
pun tak kuasa menggerakkan badanku karena sakit dan memar. Sekan baru jatuh dari tempat ketinggian untuk kemudian
nyungsep
ke dasar jurang, antara sadar dan tak sadar, kupaksakan diri untuk membuka mata dan mengetahui kondisi
sekeliling. Abidah El Khalieqy, 2001: 103-104.
Pada suatu sore ketika Samsudin tak ada di rumah kami membincangkan banyak hal mengenai hubungan dan pertalian pernikahan kami yang
problematis. Mbak kalsum begitu antusias membahasnya sehingga aku harus menyiapkan buku untuk mencari dan menunjukkan dalil-dalilnya. Abidah El
Khalieqy, 2001: 125-126.
Pagi pun datang dengan benderang, mengucap salam bagi semesta. Aku berjingkat tidak untuk menyiapkan sarapan bapak dan ibu. Statusku sebagai istri
dari seorang laki-laki hanya terikat kewajiban mengurus rumah tangga bagi suaminya saja. Abidah El Khalieqy, 2001: 158.
Kulihat Mbak Kalsum sudah mengantuk dan merasa lelah dengan geliat Fadilah, anaknya. Akupun bergegas menuju kamar dan menata hatiku untuk menyambut
kedatangan lek Khudhori pada suatu pagi di awal Juli nanti. Abidah El Khalieqy, 2001: 141-142.
“Kalau belum terlalu capek, temuilah mereka kembali. Memang adat kita seperti ini. Jika kalian kangen, kan masih ada esok dan lusa. Dan kau, Nisa sebaiknya
temani Ibumu diruang tamu, jangan ngumpet terus, tidak baik.” Abidah El Khalieqy, 2001: 150.
b. Setting tempat