Cuma pacaran dengan Aida nyaris mustahil. Pertama karena dia tinggal di Bandung, kedua karena dalam seminggu di Bandung Kutahu dari teman-teman
kalau kakaknya, Aini, ternyata naksir aku. Lebih lanjut, Aida sepertinya selalu memusuhi aku dan tidak suka padaku. Sempat aku bertandang ke rumahnya di
daerah Sangkuriang, yang kudapatkan hanyalah obrolan dan keramahtamahan dari Aini, sedangkan ia sendiri konon memilih tinggal di kamarnya
mendengarkan musik. Fira Basuki, 2002: 3.
“
Nyuwun duko,
Ma, Pa,” kataku sambil bersujud dihadapan mereka.”
“Mama-Papa tahu kamu
nggak
mungkin ‘mbunuh orang, ya ‘kan Bowo?” tanya
mama miris. Fira Basuki, 2002: 51.
3. Persamaan dan Perbedaan Unsur-unsur Struktur Novel
PBS
dan
Pintu
Sebagai bentuk karya sastra tentunya terdapat persamaan dan perbedaan unsur-
unsur yang terdapat di dalam novel, tak terkecuali novel
PBS
dan
Pintu.
Persamaan dan perbedaan unsur-unsur kedua novel
PBS
dan
Pintu
, dapat dilihat dua segi yaitu: 1 isi, dan 2 strukturnya.
a. Segi isi
Segi isi meliputi unsur-unsur:
1. Unsur Sosial
Unsur sosial dalam novel
PBS
dapat dilihat pada kutipan berikut: Pondok kami memang bukan pondok besar sebagaimana pondok pesantren
Bahrul Ulum Tambak Beras atau Tebuireng. Hanya saja, ada beberapa kompleks yang telah dibangun oleh Bapak, yang kemudian dihuni oleh lima
puluh santri putri, dengan ustadz yang paling tua dan dipercaya oleh bapak, yaitu ustadz Ali Abidah El Khalieqy, 2001: 52.
Sedangkan unsur sosial dalam novel
Pintu
dapat dilihat pada kutipan berikut: Chicago adalah kota yang terindah Swear Tentu saja aku tidak bisa bilang
Jakarta juga indah....hehehe...Tapi benar sayang, begitu kelaur dari airport O’Hare, aku tak berhenti-henti berdecak kagum. Fira Basuki, 2002: 55
2. Unsur Budaya Unsur budaya dalam novel
PBS
dapat dilihat pada kutipan berikut:
“Yang aneh apanya, Bu. Pak Guru bilang kewajiban seorang perempuan itu banyak sekali, ada yang mencuci, memasak menyetrika, mengepel, menyapu,
menyuapi, menyusui, memandikan dan banyak sekali Abidah El Khalieqy, 2001: 14.
Sedangkan Unsur budaya dalam novel
Pintu
dapat dilihat pada kutipan berikut:
“Jangan duduk di depan pintu.” “Kenapa?”
“
Nggak ilok
.” “....
Ojo ngene, ojo ngono
....”. Jangan begini jangan begitu. Aduh susahnya jadi orang Jawa Fira Basuki, 2002: viii.
3. Unsur Feminisme
Unsur Feminisme dalam novel
PBS
dapat dilihat pada kutipan berikut: “Anakku, Nisa. Di dunia ini, semua yang diciptakan Allah, apa saja jenis
kelaminnya, baik laki-laki atau perempuan, semuanya sama baiknya, sama bagusnya, sama enaknya. Sebab Allah juga memberikan kenikamatan yang
sama pada keduanya. Tinggal bagaimana kita mensyukurinya. Jadi laki-laki, enak. Jadi perempuan juga enak. “Tapi aku ingin belajar naik kuda dan pergi
ke kantor.” Abidah El Khalieqy, 2001: 15.
b. Segi Struktur Segi strukturnya meliputi unsur-unsur:
1. Tema sentral yang diangkat berbeda. 2. Sama-sama secara konvensional yaitu menggunakan alur
secara jelas
3. Terkait dengan penokohan tokoh utama dalam
PBS
dan
Pintu
secara jenis kelamin berbeda.
PBS
tokoh utamanya wanita sedangkan
Pintu
tokoh utamanya laki-laki.
4. Kedua novel ini menggunakan setting yang berbeda karena kehidupan
tokoh berbeda. Perbedaan itu terlihat bahwa tokoh utama dalam novel
PBS
lebih banyak di Jawa khususnya di Jombang, Jogjakarta. Sedangkan dalam
Pintu
tokoh utamanya lebih banyak di Amerika New Orlands, Sinagapura,
dan Juga Missouri atau luar negeri meskipun dalam novel ini juga menggunakan setting dalam negeri khususnya Jawa. Misalnya, Surabaya,
Bandung, dan Sangkuriang. Setting sosial budaya memiliki perbedaan yaitu dilihat dari cara pergaulan dan interaksi tokoh.
5 Terkait dengan sudut pandang pengarang, kedua novel ini ada kesamaan
yaitu sama-sama menggunakan tokoh “akuan”.
4. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel