Nilai Pendidikan ReligiusAgama dalam Novel

melakukan pendidikan kemanusiaan kepada anak atau anggota keluarga dimanapun dan kapanpun. Misalnya apa yang terjadi pada Bowo yang mengalami kegoyangan pikiran saat dia di Amerika dan jauh dari pengawasan orang tua adalah contoh negatif. Jadi orang tua dalam melakukan pendidikan apapun harus utuh. Anak atau anggota keluarga harus terus diamati dan diperhatikan kapanpun meskipun dia talah beranjak dewasa atau berkeluarga.

d. Nilai Pendidikan ReligiusAgama

Nilai religius dapat dikatakan nilai dasar kemanusiaan yang berkaitan dengan ketuhanan secara umum dan diakui oleh semua pemeluk agama.

1. Nilai Pendidikan ReligiusAgama dalam Novel

PBS Bila dikaji secara detail kandungan nilai pendidikan religius agama novel PBS , maka terlihat bahwa tokoh Aku Anissa dalam novel ini memiliki sikap yang religius. Tentunya apa yang dilakukan dalam hidup oleh Nissa adalah hasil kasih sayang dan perhatian kedua orang tuanya. Kiai dan Nyai selalu mengajarkan Nissa untuk selalu bersikap hormat dan tawadu’ kepada orang tua khususnya Ibu. Tokoh Nissa selalu mendengarkan nasihat-nasihat agama yang dapat dijadikan pemahaman dalam menjalani kehidupan dan menjawab permasalahan-permasalahan hidup. Ia selalu mendapatkan nasihat tentang kekuasaan Allah yang Maha Agung. Hal itu bisa dilihat pada kutipan berikut: “Anakku, Nisa. Didunia ini, semua yang diciptakan oleh Allah, apa saja jenis kelaminnya, baik laki-laki mapun perempuan, semuanya sama baiknya, sama bagusnya, sama enaknya. Sebab Allah juga memberikan kenikmatan yang sama pada keduanya. Tinggal bagaimana kita mensyukurinya. Jadi laki-laki, enak. Jadi perempuan juga enak. Abidah El Khalieqy, 2001: 15. Orang tua Nisa selalu mengingatkan untuk belajar dan belajar demi masa depannnya. Sehingga tidak mengherankan bila saja sosok Nissa sebagai tokoh utama dalam novel ini juga memiliki semangat yang tinggi untuk belajar khususnya belajar ilmu agama. Ia selalu belajar kepada siapa saja termasuk kepada Mbak May untuk mengajari baca qira’ah . Sebagai anak seorang pemilik pesantren Nisa telah didik untuk belajar agama. Sehingga tak mengherankan kalau Nisa sudah menyelesaikan tiga puluh juz Al qur’an yang ia pelajari. Ibunya juga memberikan dorongan dengan mengadakan pengajian. Nissa sebagai tokoh utama dalam novel ini oleh Abidah El Khalieqy digambarkan sebagai sosok yang unik. Dalam novel ini ia dididik oleh bapaknya sebagai kepala keluarga yang juga pengasuh pondok pesantren untuk menjadi perempuan yang bisa menghargai kehormatan wanita. Ia harus menutup aurat meski belum baliq. Hal itu karena kultur pesantren yang mereka hadapi. Hal itu terlihat pada kutipan berikut: Dengan berbisik ditelinga Mbak May, agar tidak didengar oleh orang lain, kuucapkan keinginan secara pelan dan spontan. “Mbak....maukah Mbak May, mengajariku qira’ah?” “Mengapa tidak? Jika Nisa mau, Nisa bisa datang ke kamar Mbak May setiap sore menjelang magrib.” Abidah El Khalieqy, 2001: 17. Dan kini, sejak lek Khudhori tingal disini, aku telah menyelesaikan tiga puluh juz dan Ibu menyelenggarakan acara khataman. Bahkan mengundang juga kiai Jamaluddin untuk memberi pengajian. Abidah El Khalieqy, 2001: 40. .....Tidak seperti Wildan dan Rizal, yang bebas keluyuran dalam kuasanya, main bola main layang-layang, sementara aku disekap di dapur untuk mencuci kotoran mereka, mengiris bawang hingga mataku pedas demi kelezatan dan kenyamanan perut mereka. Kemarin Bapak bilang, katanya aku harus segera mengenakan kerudung dan baju kurung, sebab sekalipun belum baligh, katanya tubuhku bongsor sekan gadis usia dua belas tahun yang harus memakai jilbab. Abidah El Khalieqy, 2001: 44-45. Nilai positif yang dapat diambil kaitannya dengan nilai pendidikan religiusagama dalam novel PBS, bahwa pendidikan religiusagama sebaiknya ditanamkan sejak kecil. Apa yang sudah dilakuan oleh orang tua Nissa adalah salah satu bentuk wujud kasih sayang dan perhatian dalam belajar ilmu khususnya ilmu agama. Tokoh utama Nissa dalam novel ini dengan tekun belajar agama sehingga diapun memiliki wawasan yang luas. Ibunya juga memberikan dorongan dengan mengadakan pengajian. Nissa sebagai tokoh utama dalam novel ini oleh Abidah El Khalieqy digambarkan sebagai sosok yang unik. Dalam novel ini ia dididik oleh bapaknya sebagai kepala keluarga yang juga pengasuh pondok pesantren untuk menjadi perempuan yang bisa menghargai kehormatan wanita. Ia harus menutup aurat meski belum baliq. Nilai negatif yang dapat diambil kaitannya dengan nilai pendidikan religiusagama dalam novel PBS, bahwa pendidikan religiusagama yang diajarkan oleh orang tua haruslah moderat jangan fanatik. Hal itu terlihat bahwa Kiai Hanan dan Nyai orang tua Nissa dalam mendidik anak khususnya pendidikan religiusagama sangat kaku. Orang tua tidak memperhatikan kondisi psikologis anak. Hal itu terlihat saat orang tua Nissa agar belajar Qira’ah padahal dia sebenarnya malas. Begitu juga bagaimana bentuk pendidikan religiusagama yang kurang pas terlihat pada kekakuan sikap dan pandangan Bapaknya bahwa Nissa harus pakai jilbab meski belum baliq. Dalam konteks ini orang tua terlalu memaksakan kehendak bahwa anak harus begini atau begitu kalau tidak salah. Sebaiknya dalam konteks ini orang tua sudah saatnya dalam mengajarkan pendidikan religiusagama harus bersifat moderat dan anak harus diajak berfikir yang jernih bukan hanya diberikan konsep tanpa ada argumen yang masuk akal. Kalau hal ini dilakukan secara otomatis anak dalam mempeoleh pendidikan religiusagama dapat menghayati dalam alam nyata atau kehidupan.

2. Nilai Pendidikan ReligiusAgama dalam Novel