Nilai Pendidikan Moral dalam Novel

Aku merasa, inikah akibatnya jika membohongi orang tua dan tidak berkata jujur. Mimpi apa aku semalam hingga aku bertemu dengan monster mengerikan. Apakah aku harus lari berteriak minta tolong? Tetapi benarkah dia ini penjahat? Abidah El Khalieqy, 2001: 66. Karena Nisa sering mendapatkan perlakuan yang tidak adil Nisa sering melakukan tindakan yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang putri kiai yang punya pondok pesantren. Ia mengintip pembicaraan perihal rencana penikahannya dengan Samsudin putra kiai Hanan. Hal itu terlihat pada kutipan berikut: Pastilah mereka mengira, alangkah bodoh dan naifnya aku ini, sehingga untuk menentukan nasib masa depanku sendiri, tek perlu melibatkanku. Sebelum ibu tahu kalau aku mengintip, segera aku berjingkat dan kembali masuk ke kamar. Abidah El Khalieqy, 2001: 90. Sebagai seorang istri semestinya Nisa untuk taat kepada suami Samsudin. Tapi apa kenyataannya bahwa Nisa tidak memperlakukan suaminya dengan baik. Bahkan ia telah memaki-maki suaminya. Nisa telah melkukan tuduhan kepa suaminya telah memperkosanya. Hal ini terlihat pada kutipan berikut: Aku hendak berteriak, tapi kalah cepat dengan telapak tangannya yang membungkam mulutku. Aku menyerah untuk sementara. Dan setelah itu, ketika ia selesai dan merasa puas dibakar nafsu, kutuding mukanya dengan sedikit putus asa. ”Kau memperkosaku, Samsudin Kau telah memperkosaku” Abidah El Khalieqy, 2001: 97.

2. Nilai Pendidikan Moral dalam Novel

Pintu Dalam novel ini tokoh utama aku Bowo mendapatkan perlakuan yang tidak nyaman dan mengusik ketenangan pikiran dan batinnya. Sehingga membuat tokoh aku kehilangan kendali dan mengumpat kepada orang menghinanya. Hal itu terlihat pada kutipan berikut: “Hai kamu sipit” teriak salah seorang senior. Benar kan kataku? Meski tidak menyebut kata cina, bisa kurasakan ia pilih kasih. “ Diancuk,” umpatku dengan logat ala Jawa Timuran. “Apa kamu bilang? Kamu anak baru kan? Hati-hati di OS entar ya” ujarnya dengan tangan kanan memegang kerah kemejaku sambil mengepulkan asap rokoknya diwajahku. Fira Basuki, 2002: 45-46. Penulis novel ini telah menghadirkan tokoh utama aku Bowo sebagai orang yang tidak bermoral. Ia selalu tidak bisa menahan nafsunya melihat lawan jenis sehingga ia melakukan hubungan yang semestinya dilakukan oleh seorang yang telah menikah secara sah. Hal itu terlihat pada kutipan berikut: Satu, dua bulan tinggal dengan Erna berjalan biasa. Tapi memang setan senang dengan orang berlainan jenis yang menyendiri. Suatu malam, saat aku bersiap menarik selimut di sofa, aku melihat Erna melintas menuju dapur dengan hanya menggunakan kutang dan celana dalam. Entah sengaja, entah memang begitulah pakaian tidurnya. Aku terbius bisikan setan dan mengikuti Erna kembali menuju kamarnya: mengikuti buah dadanya dan tubuh sensualnya. Sesudahnya adalah sejarah Fira Basuki, 2002: 72-73. Orang yang baik semestinya harus konsekuen dalam bertutur kata. Namun tidak berlaku pada tokoh utama aku Bowo. Ia ingkar janji untuk menikahi Erna. Hal ini yang akhirnya Erna memaki-maki dengan segala bentuk. Hal itu terlihat pada kutipan berikut: Memang benar begitu Erna memberiku ultimatum dan pulang ke Jakarta, aku juga membuat keputusan. Aku tidak akan menikahi wanita yang tidak aku cintai. Titik. Aku memberitahukannya lewat telepon. Dia memaki-makiku dengan segala panggilan. “Urus itu semua apartemen Kirim barang-barangku ke Jakarta. Fira Basuki, 2002: 76. Tokoh utama aku Bowo benar-benar seorang petualang cinta sejati. Setelah melakukan hubungan seks diluar nikah dengan Erna, kini tokoh aku digambarkan juga melakukan hubungan seks diluar nikah dengan tokoh Paris Antonia teman wanitanya yang baru saja dikenalnya. Kutipan novel sebagai berikut: Paris melentangkang tubuhnya ditempat tidur Queen size. Tubuhnya yang voluptuous, berlekuk sempurna tergolek seperti menanti. Tubuhku menjadi panas dan penisku perlahan mengalami ereksi. Seperti magnet, aku berjalan ke arahnya. Aku kini berada di atasnya. Jari Paris seperti menari-nari di sekujur tubuhku, hingga ke baju atasan. Yang kurasa setelah itu angin dari AC kamar mengibas dada telanjangku. Fira Basuki, 2002: 105-106.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Struktur Naratif Novel