Sejarah Masuknya Musik Gereja dalam Konteks Misi Gereja Batak

dengan adanya tugas asasi dari Paduan Suara Gereja untuk bernyanyi secara responsoris bergilir-ganti dengan jemaat 58 . Calvin pun tetap mempertahankan adanya Paduan Suara Gereja di dalam ibadah sebagai kelompok penyanyi khusus, yang di bawah pimpinan seorang procantor, mendukung dan membantu jemaat menyanyikan nyanyian-nyanyian ibadah dengan baik. Perkembangan Paduan Suara Gereja yang pesat di dalam gereja-gereja di Eropa Barat dan Amerika itu pada akhirnya merambat pula ke berbagai benua melalui pekabaran Injil yang menumbuhkan gereja-gereja baru. Dengan demikian, Paduan Suara Gereja akhirnya dikenal pula di dalam kehidupan gereja- gereja di Indonesia, yang bertumbuh sebagai hasil pekabaran Injil gereja-gereja di Eropa dan Amerika itu.

2.3. Sejarah Masuknya Musik Gereja dalam Konteks Misi Gereja Batak

Penggunaan instrumen musik sangat penting artinya bagi jemaat, karena melalui musik anggota jemaat tertolong untuk menginternalisasikan makna ibadah dan kehikmatan penyembahan kepada Allah dalam kebaktian. Dengan kata lain musik di dalam gereja berkuasa dan mempunyai peranan penting di dalam pembinaan rohani anggota jemaat. Oleh karena itu kedudukan atau penggunaan instrumen musik dalam kebaktian gereja, bukanlah sebagai tambahan melainkan merupakan hal yang integral sejak awal sampai berakhirnya kebaktian. 58 Ibid. hal., 28. Universitas Sumatera Utara Luther D. Reed 59 , mengatakan: “Fungsi utama dari musik ialah: “to clothe the text of liturgi” Pembungkus teks liturgi. To clote sama dengan melapisi, menutupi. Musik itu adalah sebagai pembungkus teks liturgi agar teks liturgi dapat lebih indah, lebih mudah dihayati. 60 Sebab jika ditinjau dari sudut praktisnya, kegunaan musik itu bukan hanya kepada yang menyanyikannya, tetapi juga kepada orang-orang yang mendengarkan. Dengan demikian musik dapat dikatakan sebagai alat puji-pujian dan sebagai alat untuk memberitakan Firman Allah. Dengan kata lain penggunaan instrumen musik dalam kebaktian adalah tata cara yang diorganisir di dalam pelaksanaan kebaktian . Maka dalam kebaktian Kristen haruslah tercipta komunikasi yang baik antara Tuhan dengan manusia. Komunikasi yang dimaksud adalah hubungan antara jemaat yang hadir di dalam kebaktian dengan Tuhan yang hadir. T.S. Garrett dalam Reed 61 mengatakan Kebaktian Kristen adalah mencakup semua hidup, kebaktian adalah sebagai jawaban kepada Tuhan yang hadir. Jawaban itu dibentuk dalam bentuk liturgi dan diwarnai dengan suara dan perbuatan yang indah-indah yang membentuk suatu peristiwa yang berisikan Tuhan hadir berfirman kepada manusia, manusia mendengarnya dan memberikan puji-pujian melalui nyanyian musik, doa permohonan dan memberikan persembahan atas pemberian Tuhan. Perbuatan itu sama halnya dengan kebaktian 59 Luther D. Reed, Workship A Study of Corpurate Devation, Philadelphia: 1959, hal., 159. 60 Ibid. hal., 160. 61 T. S. Garrett, Christian Worship Introduction Outline, hlm. 5, bnd. J.L. Ch. Abineno, Melayani dan Beribadah Di Dalam Dunia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1974, hal., 19. Universitas Sumatera Utara surgawi, yang mana kebaktian itu disemarakkan dengan warna-warni musik, simbol dan perbuatan-perbuatan lainnya Why. 15:1-4. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sejarah musik di dalam liturgi telah ada yang terus berkembang sejak kebaktian Jahudi sampai kepada kebaktian orang Kristen sampai sekarang. Untuk itu musik gereja adalah untuk gereja bukan untuk musik, maksudnya musik gereja berperan sebagai alat pembawa, pengangkat teks bagi liturgi kebaktian Kristen dan bukan untuk disekularisasikan. Demikian untuk tujuan seperti yang sudah disebutkan di atas, dan sesuai dengan pengalaman misi dalam pertumbuhan gereja di tanah Batak maka para misionaris memanfaatkan musik dalam mempercepat perkembangan Gereja Batak selanjutnya. Beberapa hal yang diajarkan adalah, yakni :

a. Alat Musik Tiup