Bulung dan Sekolah minggu. Lagu-lagu itu diambil dan kemudian diterjemahkan serta sebagian lagu diarransemen kembali dari buku Lutheran Worship;
Zangbundel; with one Voice; Evangelisches Gesangbuch; Libens lieder; Gesange aus Tize; Hyms for The Living Church; Thuma Mina; The Book Of Hyms; Singing
Youth ; Global Praise; Kidung Pujian Kristen; Mazmur dan Nyanyian Rohani
112
. Pada Periode ini jemaat HKBP telah ikut menghasilkan karya cipta
koornya walau sampai pada akhir tahun 70-an komposisi koor ini mengikuti komposisi barat baik dari segi harmoni maupun dari segi melodi. Pada tahun 80
hingga saat ini karya cipta koor di HKBP sudah banyak yang merupakan hasil karya yang berasal dari budaya sendiri dalam hal ini “bermelodi dan “berirama
Batak”
113
.
3.2. Sejarah Keberadaan Koor Dalam Peribadahan Di HKBP
Sub bab ini akan membahas posisi koor dalam perkembangan peribadahan di HKBP.
3.2.1. Koor Dalam Peribadahan Di Gereja HKBP Tahun 1861- 1940
Bentuk liturgi hari Minggu yang dijumpai pada periode ini berasal dari tahun 1904, di mana liturgi dibedakan untuk jemaat yang sudah lama dilayani
oleh pendeta dan jemaat yang masih baru dilayani oleh guru.
112
Hasil wawancara penulis dengan Kepala Biro Ibadah dan Musik Kantor Pusat HKBP Pearaja Tarutung tanggal 23 Desember 2010.
113
Hasil wawancara penulis dengan beberapa jemaat HKBP mengatakan pengertian “bermelodi dan “berirama Batak” diartikan sebagai melodi yang mewakili nada-nada yang sama
dengan nada yang dimainkan alat musik tradisional Batak toba yang terdiri dari 5 nada do-re-mi- fa-sol; sedangkan berirama Batak diartikan irama dalam musik Batak Toba seperti Urdot tempo
sedang, Embas Irama cepat.
Universitas Sumatera Utara
Liturgi hari Minggu tahun 1904
114
adalah: ‐
Bernyanyi ‐
Koor ‐
Votum : Atas nama Allah Bapa dan Nama AnakNya Yesus Kristus dan Nama Roh Kudus, yang menciptkan langit dan bumi, kiranya Ia
mencurahkan damaiNya ke dalam roh kamu sekalian, Amin. ‐
Pembacaan ayat satu ayat yang cocok untuk acara Minggu itu ‐
Doa dibacakan satu doa yang sudah ada dalam Agenda yang cocok untuk minggu itu; jemaat menyambut dengan kata amin.
‐ Pendeta berkata: Allah kiranya menyertai engkau.
‐ Mendengarkan 10 Hukum Tuhan; dibacakan atau bertanya tentang hal
itu kepada orang banyak ‐
Jemaat berdoa: Ya Tuhan Allah, kuatkanlah kami untuk melakukan yang sesuai dengan hukumMu
‐ Koor
‐ Bernyanyi
‐ Pengakuan Dosa pendeta membaca salah satu doa yang berhubungan
dengan pengkuan dosa ‐
Bernyanyi ‐
Koor ‐
Pendeta berkata: Mari kita mendengarkan nas pada hari Minggu ini dapat diambil dari Evanggelium, Epistel dan Perjanjian Lama
114
Agenda HKBP tahun 1986, hal., 1-4.
Universitas Sumatera Utara
‐ Pendeta berkata: berbahagialah orang yang mendengar firman Allah
dan memeliharanya. ‐
Bernyanyi ‐
Koor ‐
Pengakuan Iman Percaya ‐
Bernyanyi ‐
Khotbah ‐
Warta Jemaat tingting ‐
Bernyanyi ‐
Doa Penutup Bapa kami dan Berkat Pada zaman Nommensen, pelaksanaan kebaktian hari Minggu juga diatur
dalam tata Gereja 19061907, antara lain mengenai tugas-tugas pengkhotbah pendeta, guru dan sintua, lamanya khotbah, waktu untuk memulai ibadah, makna
lonceng dibunyikan, pemilihan lagu-lagu, pemilihan nas-nas yang harus sering dikhotbahkan, cara penyampaian khotbah, motivasi pengkhotbah, kegiatan lain
setelah selesai kebaktian Minggu, dan penegasan bahwa pelaksanaan ibadah harus sesuai dengan urutan yang telah ditetapkan dalam Agenda.
115
Beberapa peraturan tersebut, di antaranya adalah: ‐
Waktu kebaktian adalah pukul 9 atau pukul 10. Lonceng Gereja harus dipukul dua kali sebagai tanda panggilan dan untuk ketiga kalinya
sebagai tanda masuk. Kalau tidak ada lonceng Gereja dapat digunakan gong.
115
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
‐ Lagu nomor satu adalah lagu tetap untuk membuka kebaktian.
Sedangkan lagu-lagu lain dipilih oleh pengkhotbah dan harus diberitahukan kepada guru jemaat.
‐ Nyanyian Gereja dan koor-koor yang disajikan dipimpin oleh guru
jemaat dan sebelum lagu selesai pendeta dapat naik ke mimbar, lalu berdoa di dalam hatinya dan kemudian menghadap jemaat serta
berkata: Di dalam nama Allah Bapa dan Anak dan Roh Kudus….:. Selanjutnya ia berdoa dan berkhotbah
‐ Selesai berkhotbah tidak terlalu lama, maksimal setengah jam, lalu
persembahan dijalankan. ‐
Doa Penutup dan berkat ‐
Jika guru yang berkhotbah, dia harus mengingat aturan yang ada dalam buku Agenda. Selanjutnya buku Agenda adalah pedoman untuk
persiapan pelayanan hari Minggu
116
.
3.2.2. Koor Dalam Peribadahan Gereja HKBP Tahun 1940 – sekarang