membantu para pendeta utusan RMG melayani orang-orang Kristen Batak itu sendiri.
Untuk itu maka pada tahu 1883 dibukalah Sekolah Pendeta di Seminari Pansurnapitu itu juga. Para siswa yang diterima untuk mengikuti Sekolah Pendeta
ini ialah guru-guru yang telah bekerja baik dalam tugasnya sebagai guru sekolah Zending dan guru jemaat. Dengan demikian yang memiliki calon siswa Sekolah
Pendeta itu ialah rapat para missionaris dari antara guru-guru yang dinilai telah cukup berpengalaman dan mempunyai reputasi yang baik dalam tingkah laku dan
secara intelektual. Sesuai dengan tujuan itu maka kurikulum yang di jadikan disekolah itu,
selain pengetahuan sesuai dengan tujuan itu maka kurikulum yang di jalankan di sekolah itu, selain pengetahuan teologia, Musik Baik vocal maupun instrument
juga meliputi pengetahuan umum.
3.3.3.Seminar Sipoholon
Kurikulum SeminarI Sipoholon ini juga diperkaya, terutama dalam bidang pengetahuan umum, karena mutu guru tamatan Seminari ini di harapkan juga
mendapat pengakuan yang baik dari pemerintahan Belanda. Kurikulum Seminari Sipoholon tahun 1902 ini sudah memasukkan
pelajaran musik lebih banyak dibanding sebelumnya.
3.3.4. Sekolah Penginjilan Wanita Bibelvrow di Laguboti
Sekolah Penginjilan Wanita Bibelvrow dibuka oleh HKBP pada tahun 1934 di bawah pimpinan Schwester Elfriede Harder. Sebelumnya pada tahun
Universitas Sumatera Utara
1926, nona ini telah memimpin sekolah wanita yang pertama di HKBP, yakni Meisjesvolkschool yang tahun1929 di tingkatkan menjadi Meisjesvervolkschool,
juga di Laguboti. Selagi memimpin Meisjesvervolkschool, itu dia juga membuka kumpulan khusus untuk wanita kebanyakan janda yang suka dididik dan di ajar
dalam hal pekerjaan rumah tangga dan pengetahuan Alkitab. Sesuai dengan tujuan itu maka kurikulum yang di jadikan disekolah itu,
selain pengetahuan sesuai dengan tujuan itu maka kurikulum yang di jalankan di sekolah itu, selain pengetahuan teologia, Musik Baik vocal maupun instrument
juga meliputi pengetahuan umum.
3.3.5. Sekolah Theologia Menengah
Sejak di berlakukannya Tata Gereja HKBP 1930, yang secara teoritis memberi status mandiri kepada gereja HKBP, maka didalam HKBP sendiri telah
tumbuh keinginan memperoleh pendidikan pendeta missionaris, yang diharapkan mampu menjadi pemimpin HKBP menggantikan para missionaris itu. Keinginan
ini mulai terwujud dengan keikut sertaan HKBP menggagasi dan mendukung berdirinya “Hoogere Theologische school“ HTSJakarta tahun 1954. Sejak
mulanya HKBP telah mengirim beberapa puteranya untuk mengikuti studi di sana.
Tetapi mulai zaman Jepang sampai perang kemerdekaan, HKBP sampai tidak dapat mengirim putera-puteranya untuk studi di Jakarta, padahal HKBP
pada waktu itu semakin membutuhkan pendeta-pendeta yang telah berpendidikan lebih tinggi di banding theologi teologia untuk melayani dan memimpin HKBP.
Karena itu HKBP memutuskan untuk mendirikan Sekolah Theologia Menengah
Universitas Sumatera Utara
SThM mulai tahu 1950 di Seminari Sipoholon. Calon siswa yang di teriama adalah lulusan dari SLTP, dengan lam belajar 5 tahun. Tahun 1954, berbarengan
dengan dibukanya Fakultas Theologia Univ. HKBP Nommensen, sekolah ini ikut dipindahkan ke Pematangsiantar karena dosen-dosen dari sekolah itu adalah
sama dan dapat memanfaatkan fasilitas yang dimiliki Fakultas Theologia. Sesuai dengan tujuan itu maka kurikulum yang di jadikan disekolah itu,
selain pengetahuan sesuai dengan tujuan itu maka kurikulum yang di jalankan di sekolah itu, selain pengetahuan teologia, Musik Baik vocal maupun instrument
juga meliputi pengetahuan umum.
3.3.6. Fak. Theologia Univ. HKBP Nommensen