3.3. KOOR DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN DI HKBP
Sub bab ini akan membahas bagaimana HKBP mulai dari kedatangan missionaris sampai institusi HKBP memikirkan pentingnya koor di gereja hingga
pelajaran koor ini tetap dimasukkan dalam kurikulum di lembaga pendidikan di HKBP.
3.3.1 Sekolah Karteket di Parausorat, Sipirok
Sekolah ini di kenal sebagai “ perguruan teologia “ yang pertama dalam sejarah pendidikan teologia HKBP, yang didirikan tahun 1868. Lama belajar
ditetapkan 2 tahun, yang diasuh oleh DR.A. Schreiber dan dibantu oleh 2 orang missionaris setempat yakni Klammer dan Schutz.
Tujuan sekolah ini adalah dwi-fungsi, yaitu mendidik para siswa dari putra-putra Batak untuk menjadi pekerja dalam gereja, sebagai pembantu dari
pendeta-pendeta missionaris dan untuk menjadi guru di sekolah-sekolah yang sudah di berdiri dan di sekolah-sekolah yang akan di buka di tempat-tempat yang
di tunjuk. Sesuai dengan tujuan itu maka kurikulum yang di jadikan disekolah itu,
selain pengetahuan sesuai dengan tujuan itu maka kurikulum yang di jalankan di sekolah itu, selain pengetahuan teologia, Musik Baik vocal maupun instrument
juga meliputi pengetahuan umum.
3.3.2. Sekolah Pendeta Di Seminari Pansurnapitu
Setelah usaha perkembangan Injil yang makin luas di Tanah Batak, maka Zending RMG yang mengasuh gereja Batak di bawah pimpinan I. L. Nommensen
merasakan perlunya tenaga-tenaga pendeta dari anak-anak daerah untuk
Universitas Sumatera Utara
membantu para pendeta utusan RMG melayani orang-orang Kristen Batak itu sendiri.
Untuk itu maka pada tahu 1883 dibukalah Sekolah Pendeta di Seminari Pansurnapitu itu juga. Para siswa yang diterima untuk mengikuti Sekolah Pendeta
ini ialah guru-guru yang telah bekerja baik dalam tugasnya sebagai guru sekolah Zending dan guru jemaat. Dengan demikian yang memiliki calon siswa Sekolah
Pendeta itu ialah rapat para missionaris dari antara guru-guru yang dinilai telah cukup berpengalaman dan mempunyai reputasi yang baik dalam tingkah laku dan
secara intelektual. Sesuai dengan tujuan itu maka kurikulum yang di jadikan disekolah itu,
selain pengetahuan sesuai dengan tujuan itu maka kurikulum yang di jalankan di sekolah itu, selain pengetahuan teologia, Musik Baik vocal maupun instrument
juga meliputi pengetahuan umum.
3.3.3.Seminar Sipoholon
Kurikulum SeminarI Sipoholon ini juga diperkaya, terutama dalam bidang pengetahuan umum, karena mutu guru tamatan Seminari ini di harapkan juga
mendapat pengakuan yang baik dari pemerintahan Belanda. Kurikulum Seminari Sipoholon tahun 1902 ini sudah memasukkan
pelajaran musik lebih banyak dibanding sebelumnya.
3.3.4. Sekolah Penginjilan Wanita Bibelvrow di Laguboti