Sejarah Berdirinya HKBP HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN HKBP

BAB II HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN HKBP

Bab ini membahas tentang Huria Kristen Batak Protestan HKBP yang meliputi: sejarah berdirinya HKBP, sejarah terbentuknya paduan suara gerejawi, sejarah masuknya musik gereja dalam konteks misi gereja Batak, perkembangan musik dalam gereja HKBP 1930-1980 dan perkembangan musik di gereja HKBP 1980-2000.

2.1. Sejarah Berdirinya HKBP

Penetapan hari jadi HKBP tanggal 7 Oktober 1861 memiliki makna sejarah dan teologis yang mendalam. Tanggal 7 Oktober 1861 menjadi titik balik sejarah penginjilan dan sejarah gereja HKBP. Sejarah penginjilan dan sejarah gereja adalah ibarat dua sisi dari satu mata uang yang sama. Gereja tanpa penginjilan bukanlah gereja. Itulah sebabnya peristiwa 7 Oktober 1861 diartikan dan dimaknai dari dua segi, yakni penginjilan dan gereja. Hasil penginjilan di Tanah Batak adalah agama Kristen atau Kekristenan yang didalamnya terdapat sejumlah jemaat atau “pargodungan “ setasi sending dan sekaligus huria jemaat. Jemaat-jemaat tersebut sejak awal sudah diarahkan akan membentuk sebuah gereja sending yang kelak menjadi sebuah gereja yang mandiri dari sending. Pada awalnya tanggal 7 Oktober 1861 adalah titik balik penginjilan dari lembaga sending Rhein di dunia ini. Karena jauh sebelum tahun 1861 sending Rhein telah membuka daerah penginjlannya di Namibia – Afrika Selatan, Cina, Universitas Sumatera Utara Kalimantan dan di Afrika Utara. Tetapi sejak 7 Oktober 1861 dibuka suatu daerah penginjilan baru di Sumatera, “Bataklanden” atau Tanah Batak. Daerah penginjilan baru ini di beri nama “ Battamission” yang kemudian disebut “ Batak mission “ atau “Mission – Batak “. Tanggal lahir Batak Mission di tentukan pada 7 Oktober 1861 bertepatan dengan tanggal dari rapat pertama para penginjill utusan RMG di Tanah Batak. Hari lahir Batak Mission tersebut disambut pengurus sending RMG Rheinischen Missions- Gesellschaft di Jerman dengan rasa sukacita. Mereka memberi kabar gembira ini kepada jemaat- jemaat pendukung sending RMG Rheinischen Missions- Gesellschaft di Jerman pada awal 1862 sebagai beriku : “Die ersten Briefe unseser Brueder aus dan Battalande sind uns gekommen, und wir koennen heute der Heimathgemeinde den Beginn der Battamisson melden. Den 7 Oktober 1861 werden wir als den geburtstag dieses gliedes in dem Umkreis unserer Arbeit bezeichnen duerfen. An diesem tage traten die dortigen Brueder Zur ersten Conferenz in Sipirok zusammen.” 41 Inilah pemaknaan yang pertama akan arti dari tanggal 7 Oktober 1861, suatu pemaknaan dari kecamatan lembaga pengutus RMG di Jerman, Eropa. “Batak -Missio “ dalam hal ini berarti himpunan dari seluruh para utusan RMG di Tanah Batak beserta assetnya dan juga seluruh pargodungon termasuk jemaat dan pelayanan pribumi. Lembaga sending dan lembaga kegerejaan terpadu dalam suatu lembaga yag bernama “Batta – Mission“ bahasa Jerman atau “Batak – Mission“ Bahasa Batak. Lembaga “Batak – Mission“ ini sejak 1881 dipimpin oleh seorang pemimpin dengan jembatan Ephorus yang dilayankan oleh penginjil Ingwer Ludwig Nommensen 1881-1918. Nama “Batak Mission” telah melekat dalam ingatan para penginjil RMG dan juga umat Kriste Batak yang terhimpun dalam berbagai huria jemaat. Penginjil Dr. Johannes Warneck Ephorus sejak 1920-1932 menulis sebuah buku dalam rangka dalam menyambut jubileum Batak- Mission ke-50 dan 60 tahun dengan 41 “ Berichte der Rheinischen Missions- Gesellschaft”, Nr. 3 Mret 1862, hal., 57. Universitas Sumatera Utara judul : “Sechzing Jahre Batakmission in Sumatera “ 60 tahun Mission – Batak di Sumatera. 42 Pemaknaan sedemikian juga telah dijemaatkan oleh para pelaku sejarah “Batakmission “ sejak 1905 : tanggal 7 Oktober 1861 adalah hari jadi “Batak Mission“ di Tanah Batak. Tanggal tersebut sejak 1936 dimaknai oleh HKBP sebagai hari jadi HKBP sebagaimana termaktub dalam buku Jubileum 75 tahun HKBP: 1861-1936. Buku jubileum tersebut adalah hasil karya tulis majelis pusat HKBP 1936. 43 Lembaga pengiilan RMG terpaksa mengakhiri pelayananya di Tanah Batak 1940 akibat perang dunia II. Pada tahun 1949 lembaga penginjilan RMG menyerahkan secara resmi seluruh assetnya di Tanah Batak kepada HKBP sebagai lembaga kegerejaan hasil penginjilan lembaga Pekabaran Injil RMG. Pemahaman akan makna hari lahir HKBP sedemikian juga dikemukakan Ephorus J. Sihombing dalam majalah “Immanuel“ terbitan 1951, untuk mengingat 90 tahun : “ parmulaan ni ulaon ni Kongres mission Barmen R.M.G di tanonta on, manang ari hatutubuni hurianta…. Pa 90-halihon”. 44 Artinya “Permulaan pelayanan RMG di tanah kita atau Hari kelahiran Gereja kita”. DR. T. S. Sihombing selaku Sekjen HKBP dan redaktur Immanuel mengungkapkan apresiasi kepada lembaga PI RMG sebagai “ula-ula ni Debata” “alat di tangan Allah” untuk “pararathon Barita nauli “menyebarkan berita kesukaan” dan “paojakho Huria ni Kristus i di tongatonga ni bangsonta“ 42 J. Warneck, Sechzing Jahre Batakmission in Sumatera 60 tahun Mission – batak di Sumatera, Berlin, 1925. Tentang rapat 7 Oktober 1861 baca hal. 22. 43 Hoofdbestuur ni HKBP,Eben-Ezer : 75 taon huria Kristen Batak Protestant, Laguboti: Sendings-Werkplatsen, tanpa tahun. 44 Sihombing, “ Parningotan di ari 7 Oktober 1861-1951”, dalam Immanuel 1861-7 Oktober -1851 nomor parolopolopon, hal., 7. Universitas Sumatera Utara mendirikan Gereja Kristus di tangahtengah bangsa kita . 45 Beliau memandang bahwa lembaga PI RMG adalah “ Ina ni Huria Kristen Batak Protestan “ ibu dari HKBP yang ketika itu 1950 telah beranggotakan 600.000 orang. RMG dan HKBP telah menghadapi masa penuh penderitaan akibat perang dunia ke II secara terpisah. Pendudukan rezim Hitler ke negeri Belanda berakibat buruk bagi penginjil RMG dan HKBP. Para penginjil RMG di Tanah Batak mengalami penangkapan dan pengusiran bersama seluruh warga Negara Jerman dari Hindia Belanda Indonesia, 10 Mei 1940. HKBP mengalami pengambil alihan seluruh asset sending dan gereja oleh Belanda, kemudian Jepang dan pemerintah Indonesia. Peristiwa ini merupakan bagian dari pengalaman bersama RMG dan HKBP. Tahun 2011 adalah tahun jubileum 150 tahun Bagi HKBP dan bagi VEM Vereiningte Evangelische Mission di Wuppertal-Barmen, Jerman sebagai pewaris RMG. Kedua lembaga ini, masing-masing menyelenggarakan serangkaian kegiatan untuk mengingat dan merayakan awal penginjilan RMG di Tanah Batak dan hari jadi gereja HKBP. Terkait dengan hari jadi HKBP, seorang penginjil RMG yang pernah bekerja di pargodungon Simorangkir-Tarutung, yang kemudian menjadi dosen bidang sejarah Gereja di STT Jakarta, DR. TH. Mueller Krueger mengajukan suatu pertimbangan teologis. Diusulkan agar hari jadi HKPB bertitik-tolak dari peristiwa baptisan perdana 31 Maret 1861 dua pemuda Batak Simon Siregar dan 45 T. Sihombing, “ Redaksi : Hata Patujolo “, dalam “ Immanuel 71051”, hal., 3. Universitas Sumatera Utara Jakobus Tampubolon oleh penginjilis Gustav Van Asselt di Sipirok. 46 Pertimbangan ini patut di hargai dan di ambil hikmahnya bagi perjalanan HKBP di masa mendatang mengingat HKBP selalu mengedepankan fungsi dan tugas setiap warga HKBP sebagai pemilik imamat am orang-orang percaya 1 Ptr.2:9- 10. Dalam era keterbukaan HKBP sesuai dengan visi dan misinya, HKBP berusaha agar kembali pada jati dirinya sebelum 1936 yaitu, sebagai Huria Kristen Batak 1925 yang masih tetap mengedepankan semangat penginjilan yang holistik tanpa melupakan kemurnian ajaran Protestan sebagaimana ditandai dengan namanya sejak 1929 “Huria Kristen Batak Protestan“ HKBP. Kembali ke jati diri HKBP berarti kembali kepada pemberitaan Injil Yesus Kristus seperti yang telah dilakukan oleh para penginjil 7 Oktober 1961 Jumlah jemaat dan resort sejak 1998 hingga 2011 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Pola rekonsiliasi yang memberikan pilihan pada jemaat-jemaat yang sempat pecah untk menyatu atau mekar. Jemaat-jemaat yang memilih opsi mekar telah ikut mempercepat pertumbuhan jumlah tersebut. Jumlah resort yang terwakili di Sinode Gedong 2000 adalah 417 resort, diantaranya masih ada 17 yang berstatus “ linduat “ kembar, dan jumlah jemaat yang terhimpun dalam resort-resort tersebut sebanyak 2.859 jemaat, diantaranya masih ada 28 jemaat yang berstatus linduat. 47 46 Th. Muller-Kruger, Sejarah Gereja di Indonesia. Jakarta : BPK Gunung Mulia ,1959, hal., 183. 47 “Berita Jujur Taon HKBP 1998-2000”, hal., 8, 24. Universitas Sumatera Utara Jumlah utusan yang hadir pada sinode 2004 adalah dari 523 resort dan 13 resort persiapan. Pada sinode 2008 jumlah utusan yang hadir adalah 1067 48 dari 616 resort dan 2 resort persiapa. Tentang jumlah anggota jemaat HKBP hingga saat ini masih bersifat dugaan. Antara 1998-2011 HKBP memberikan jumlah anggota jemaat 3.000.000 dan 5.000.000 juta jiwa. Dalam buku “Mengembalikan Jati Diri HKBP”, Ephorus HKBP Pdt. Dr. Bonar Napitupulu membubuhkan angka 4,1 juta anggota jemaat HKBP yang tersebar dalam 26 distrik, 614 resort ditambah 14 persiapan resort dan 3.226 jemaat. 49 Sementara dalam statistik keanggotaan gereja-gereja Lutheran, bLWF Lutheran World Federtion memberikan angka 3,5 juta anggota jemaat HKBP. Ketidakpastian jumlah anggota jemaat HKBP dalam statistiknya tidak meragukan publik, bahwa HKBP masih merupakan gereja protestan yang terbesar di Asia Tenggara.

2.2. Sejarah Terbentuknya Paduan Suara Gerejawi