Tahun 1936 – 1961 Sejarah koor di HKBP

Berkat Zuster Elifiede semakin banyak jumlah wanita Batak yang dapat membaca dan bernyanyi. Zuster Elifiede mengajari wanita Batak untuk menyanyikan lagu-lagu koor-koor yang pada umumnya bertemakan penghiburan. Semakin banyak lagu yang diajarkan semakin banyak pula para wanita Batak yang tertarik untuk datang belajar bahkan untuk mendengarkan Zuster Elifiede bernyanyi sambil memainkan gitarnya. Dari pembahasan diatas penulis melihat bahwa periode ini merupakan periode dimana koor-koor yang diajarkan ataupun yang dinyanyikan yang seluruhnya ada sekitar seratusan judul koor yang diajarkan kepada kelompok- kelompok koor yang secara khusus diajarkan pada kelompok koor wanita remaja dan dewasa, yaitu koor-koor yang dibawa dan diajarkan oleh Zuster Elifiede Harder ditambah dengan koor-koor yang telah ada pada periode sebelumnya.

3.1.3. Tahun 1936 – 1961

Pada rentang waktu ini telah ada 2 orang Pendeta HKBP yang telah ikut ambil bagian dalam pengembangan lagu-lagu koor di HKBP yaitu Pdt. A. Simorangkir dan Pdt. J. Hutauruk dengan cara menerjemahkan lagu-lagu yang mereka dapatkan dari buku-buku koor terbitan gereja Jerman dan beberapa lagu diantaranya hanya memakai melodi aslinya sementara teksnya dikarang sendiri oleh kedua pendeta tersebut 96 . Pada periode ini HKBP sudah menjelang masa kemandiriannya, yaitu sekitar tahun 1940 sudah ada buku nyanyian jemaat HKBP berisi 373 nyanyian 96 Hasil wawancara dengan Pdt. DR. JR. Hutauruk tanggal 3 Maret 2011 di Medan, Bapak Torang Hutagalung di Pematang Siantar. Universitas Sumatera Utara yang juga berasal dari koor-koor yang sudah diajarkan dan dinyanyikan oleh kelompok-kelompok paduan suara. Sementara yang paling berjasa dalam penyusunan nyanyian itu adalah Pdt. Qwentmeier yang sedang melayani di Lumban Pinasa ketika itu. Jadi tahun 1933 nyanyian jemaat HKBP sudah dibukukan dan telah mencapai 373 nyanyian tanpa ada tulisan not 97 . Adapun sumber-sumber koor ini adalah 98 : masih ada usaha pencarian: 1. EKG = Evangelisches Kirchen Gesangbuch, stammausgabe 1950 1951. Kitab nyanyian gereja– gereja evangelist di jerman. Sammausgabe adalah bagian pokok yang di pakai oleh semua gereja regional di Jerman. 2. EKG B = Evangelisches Kirchen Gesanbuch, Sonderausgabe. Sama dengan EKG tapi ditambah dengan bagian khusus “sonderausgabe” yang dipakai oleh gereja evangelis di daerah Berlin Braindenburg. 3. EKGR = Sama dengan EKG. Kitab nyanyian ini dipakai oleh gereja evangelis di daerah Rhendland, Wesfalen dan Lippe. 4. EvPs = Evangelicher Psalter 1912. Kitab nyanyian Jerman yang berwarna pietis. 5. EvPs A = Sama dengan EvPs di tambah suplemen “ anhang” 6. HAM = Hymns Ancient And Modern, London 1924. 7. M.H = Methodist Hymn Book, London 1934 97 A. Panggabean, ”Dasar Theologia Operational HKBP bersama atau tanpa Nommensen Dari mana sumber theologia HKBP? dalam HKBP, Benih yang Berbuah: Hari Peringatan 150 tahun Ompui Ephorus Dr.Ingwer Ludwig Nommensen Almarhum 6 Februari 1834- 6 Februari 1984 Pematang Siantar : Bagian Ilmu Sejarah Gereja dan Pekabaran Injil STT-HKBP bidang Penelitian dan Pengembangan, 1984, 121-1124. 98 Kantor Pusat HKBP. Buku Ende HKBP. Pematang Siantar: Percetakan HKBP, 1990. Universitas Sumatera Utara 8. HCL = Hymns of The Christian Life, Christian publication Inc, Harrisburg 1936 9. L.U = Liber Usualis, kitab nyanyian Gregorian dari gereja Katolik. 10. Gtsl = Gotteslob, Katholisches Gebet – und Gesangbuch, Keuskupan Regensburg, 1975. 11. Gms = Gemainshaft lieder, Basel 1950 12. Mzm =Mazmur jenewa, 1562. 13. EvGz = Evangelische Gezangen , Buku nyanyian Belanda1805 1807 14. Julian = John Julian, Dictionary of hymonologi, New York 1957 15. Buku nyanyian gereja Protestant di Swiss 1952. Kemudian tahun 1934 dengan berdirinya sekolah Bibelvrow di Laguboti, maka bertambah pula kumpulan lagu jemaat HKBP itu yang disebut dengan Buku Haluaon Na Gok Keselamatan yang utuh yang disusun oleh Zuster Elfriede Harder yang pada saat itu juga menjabat sebagai pimpinan sekolah Bibelvrow.

3.1.3.1. Kumpulan Koor Yang Menjadi Buku Haluaon na Gok HKBP

Buku Haluaon Na Gok diartikan keselamatan yang penuh. Sampai Tahun 1959 buku ende Haluaon na gok telah dipakai oleh HKBP dalam kebaktian minggu. Sebenarnya buku nyanyian Haluaon Na Gok sudah ada sejak Tahun 1934 tetapi belum diterima HKBP sebagai nyanyian resmi pada kebaktian minggu jemaat gereja HKBP karena para Pendeta Jerman maupun Pendeta Batak Universitas Sumatera Utara menyebutkan bahwa ende on ende ni na angka natondi-tondion 99 nyanyian ini seperti nyanyian orang yang kerasukan 100 . Hal lain yang membuat penolakan itu adalah pada saat itu instrument musik gitar tidak di perbolehkan untuk mengiringi lagu koor pada kebaktian minggu di gereja. Pada sekitar tahun 1959 Buku Haluaon na Gok ini resmi dipakai oleh anggota jemaat dalam kebaktian minggu 101 . Tetapi satu hal yang jelas banyak sekali kaum perempuan yang merasa kena strum bila telah mendengar Zuster Elifiede Harder bernyanyi sambil bermain gitarnya. Terasa lagu-lagu tersebut kuat sekali menyentuh hati mereka yang terdalam, terutama ketika sedang menghadapi pergumulan. Dan entah bagaimana, lagu itu terasa menghantar mereka pada suatu kekuatan yang Illahi. Dalam perkembangannya, kemudian akhirnya lagu-lagu tersebut di terima oleh HKBP sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari buku Ende HKBP 102 . Tahun 1995, HKBP menerbitkan buku Bibel Alkitab yang digabung dengan buku Ende HKBP yang bernot angka. Disana penomoran buku Ende bagian Haluaon Na Gok tidak lagi di mulai dari nomor 1 sampai 232 tetapi dimulai dengan nomor 374 sampai 556 103 . Kini pun dalam perkembangannya, kemudian akhirnya lagu-lagu tersebut diterima oleh HKBP sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari buku ende HKBP. Banyak pengalaman banyak jemaat yang sedang bergumul di HKBP merasakan 99 Wawancara dengan Pdt B. Lumbantobing, MTh, di Pematang Siantar 10 januari 2011. 100 Wawancara dengan Pdt B. Lumbantobing, MTh, di Pematang Siantar 10 januari 2011. 101 Wawancara dengan Pdt B. Lumbantobing, MTh, di Pematang Siantar 10 januari 2011. 102 Wawancara dengan Pdt B. Lumbantobing, MTh, di Pematang Siantar 10 januari 2011; Wawancara dengan Pdt Pieter Simanjuntak, MTh, di Medan 23 januari 2011. 103 . Wawancara dengan Pdt B. Lumbantobing, MTh, di Pematang Siantar 10 januari 2011; Wawancara dengan Pdt Pieter Simanjuntak, MTh, di Medan 23 januari 2011. Universitas Sumatera Utara bahwa nyanyian-nyanyian dan Haluaon Na Gok sangat bagus dan menganyun- ayun 104 . Tahun 1995 HKBP menerbitkan buku BibelAIkitab yang digabung dengan buku Ende HKBP yang bernotasi angka. Disana penomoran Buku Ende bagian Haluaon Na Gok tidak lagi dimulai dan nomor 1 sampai 232 tetapi dimulai dengan nomor 374 sampai 556 pada saat penggabungan ini ada 49 nyanyian yang dibuang dari Haluaon Na Gok karena nyanyian tersebut telah ada pada Buku Ende HKBP bagian pertama. 105 Buku Ende Haluaon na gok dicetak dengan penomoran yang dimulai dan nomor 1 sampai 232. Baru pada tahun 1995 penomorannya dirubah dengan menggabungkannya ke Buku Ende yang sebelumnya, dimulai dengan nomor 374 sampai 556. Sejak Szuster Elifiede Harder mengumpulkan nyanyian ini, beliau telah menuliskan sumber nyanyian dalam buku nyanyian Naluaon Na Gok. Berikut sumber lagu Haluaon Na Gok: Buku Logu, Cantate, Carstem, Chrishhonalieder, Ende Angkola, Evangelischer Psalter, Evangeliumssanger, Fellowship Hymns, Frohe Botshaft, Guitarreileder jilid 1 dan 2, Judgenbundlieder, Missionsharfe, Musikant, Rettungsjubel, Reichslieder, Sankey Lieder, Sangergruss, Siegeslieder, Singet dem Herrn, Unser Lied , Vereinslieder, Wehr – und Waffenlieder, Zangbundel J. De Herr, Zangbundel Leger des Heils, Zoeklicht dan “Selesele” semuanya berjumlah 26 sumber lagu 106 . 104 Wawancara dengan beberapa anggota jemaat HKBP, di Tarutung, Pematang Siantar dan Medan dapat dilihat pada halaman lampiran Tesis ini. 105 Wawancara dengan Pdt B. Lumbantobing, MTh, di Pematang Siantar 10 januari 2011. 106 Kantor Pusat HKBP. Buku Ende HKBP. Pematang Siantar: Percetakan HKBP, 1990. Universitas Sumatera Utara Dari pembahasan diatas penulis melihat bahwa periode ini merupakan periode dimana koor-koor yang diajarkan ataupun yang dinyanyikan masih tetap didominasi oleh koor-koor pada periode sebelumnya akan tetapi beberapa orang dari pendeta HKBP mulai menerjemahkan sendiri lagu dari luar dan ada yang membuat teks sendiri memakai melodi dari luar 107 . Dua buah lagu koor yang dinyanyikan di HKBP pada periodisasi ini akan dianalisi pada Bab V thesis ini yaitu yang berjudul: “ Las Ma Roham” dan “Singkop Do Asi Ni Roham”. 107 Mengenai jumlah koor yang mereka terjemahkan tidak ada data tertulis yang menyebutkannya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

3.1.4. Tahun 1962 – 2003