Satu hal yang penting bahwa cakupan pembahasan tulisan-tulisan dekade 70-an itu sudah bervariasi. Ada tulisan yang mendeskripsikan instrumen musik,
mengulas fungsi dan konteks sosial, menganalisa dan mencari pola struktur musik, menginterpretasikan sistem dan teori musik dan bahkan ada yang
membicarakan masalah nilai estetika. Ada tulisan yang menyertakan rekaman- rekaman musik lapangannya. Sederetan nama yang memberikan kontribusinya
pada masa tahun 70-an ini antara lain, Lothar Schreiner, Liberty Manik, Dada Meuraxa, Lynette M.Moore, Arlin D. Jansen, Margaret Kartomi, David
Goldsworthy, Reiner Carle dan M. Hutasoit.
80
2.5. Perkembangan Musik di Gereja HKBP 1980-2000
Sampai menjelang akhir abad ke-20 kebudayaan musik khususnya musik gereja Batak Toba, secara garis besar masih merupakan sejarah perjalanan sejarah
musik yang masih harus dikembangkan. Pandangan ini cukup beralasan, karena didasari pada kenyataan minimnya referensi yang ada. Namun demikian,
pernyataan ini tidak semata-mata mengabaikan tulisan tentang musik gereja Batak.
Tidak seperti ketertinggalan masalah musik, masalah-masalah yang berhubungan dengan keagamaan, adat, struktur sosial, organisasi sosial, ekonomi,
bahasa dan sastra, politik, migrasi, perubahan dan kehidupan sosial orang Batak banyak dibicarakan, dituliskan dan diterbitkan. Dalam bukunya Parsorion
riwayat Hidup ni Missionar Gustaf Pilgram Dohot Harararat Ni kekristenan di Toba, Dr. Andar Lumban Tobing mencatat bahwa pada tahun 1885, Gustav
80
Ibid. hal., 29-34.
Universitas Sumatera Utara
Pilgram sudah menulis tentang musik Gondang Sabangunan.
81
Tulisan ini berjudul “Referat Uber heidnische Musik und Tanz”. Pilgram mengulas tentang
musik Gondang Sabangunan dari perspektif seorang Kristen. Toenggoel P.Siagian 1966 pada artikelnya “Bibliography on the Batak People” di dalam jurnal
Indonesia terbitan Cornell University, mencatat beberapa penulis lain. Pertama, J. H.Meerwaldt 1904, 1905,1906,dan 1907 yang secara
kontiniu menulis tentang adat, agama, tekstual lagu-lagu, dan deskripsi instrumen musik Batak Batak Toba. Kedua adalah J. G. Huyzer dengan artikelnya yang
membahas dan menelaah tentang perbedaan bentuk fisik hasapi, instrumen yang dipetik dan mempunyai dua senar. J. P. Sarumpaet 1988 dalam bukunya
Bibliografi Batak, terbitan Sahata Publication-Melbourne, juga menyebutkan dua nama penulis yang menyumbang tulisannya antara tahun 1920-an dan 1930-an.
Dari penelitian sejarah yang sudah dilakukan, ternyata penggunaan musik gereja yang sudah digunakan masih berhubungan erat dengan Gondang. Namun,
untuk beberapa periode berikutnya, ternyata masih banyak yang meragukan bahwa Gondang yang sudah dipakai di gereja dihilangkan.
Artikel Heinze mendeskripsikan ensambel musik suku Batak Toba pada abad 19 serta penggunaannya di masyarakat. Tulisan ini juga merupakan bagian
dari buku Nord-Sumatra, Vol. 1: Die Bataklander, ditulisan oleh Wilhem Volz, diterbitkan oleh D. Reimer, Berlin pada tahun 1909. Yang kedua, Jaap Kunst
1942 mengkontribusikan. “Music in Nias” nya, terbitan Leiden, menguraikan aspek sosial serta instrument musik padasuku Nias. Tunggul P. Siagian 1966
81
W. Robert Hodges “Sing to The Lord a New Song” dalam Membangun Tubuh Kristus,
J.R. Hutauruk ed.. Pematang Siantar STT HKBP 1996, hal., 312.
Universitas Sumatera Utara
mencatat seorang penulis “halak kita”, Mangaraja Salomo Pasaribu, yang mencurahkan perhatiannya untuk menulis musik Batak Toba. Kontribusinya
berjudul “Taringot tu Gondang Batak”: terbitan Manullang-Sibolga di tahun 1925. Sebenarnya, kehadiran publikasi-publikasi tentang musik yang sudah saya
sebut di atas walaupun tidak tertumpu hanya pada kebudayaan musik Batak Toba merupakan suatu era diawalinya perhatian sarjana ilmu sosial terhadap
kebudayaan musik masyarakat di Sumatra Utara. Namun kelanjutannya terasa terputus.
Di sisi lain artikelnya “Suku Batak” dengan “Gondang Bataknya” dalam majalah Peninjau membicarakan sekilas tentang kedudukan Gondang Sabangunan
pada masyarakat Batak Toba. Berbeda dari yang lainnya, Dada Meuraxa 1973 hadir dengan tulisannya Sejarah Kebudayaan suku-suku di Sumatra Utara, terbitan
Sastrawam Medan, menguraikan secara umum tentang instrument dan fungsinya dalam ensambel musik Gondang Batak. Sementara itu M. Hutasoit 1976
menyumbang satu tulisannya berjudul Gondang dohot Tortor. Batak, yang walaupun sederhana namun memberikan cukup banyak informasi mengenai
musik gondang, judul-judul gondang dan gerakan-gerakan tortor. Pada dekade 80-an beberapa tulisan ilmiah tentang musik Gondang
Sabangunan melengkapi koleksi yang sudah ada. Pembahasan tulisan-tulisan tersebut menyoroti aspek-aspek sosial dan religinya, dan aspek teori musiknya. Di
awali oleh Artur Simon yang pada tahun 1982 menulis sebuah artikel berjudul Etnologi Music. Dan pada tahun 1984, ia kembali menyumbangkan satu artikel
melalui dari hasil pengamatannya, tentang perubahan-perubahan fungsi musik dan pergeseran nilai-nilai adat di dalam kehidupan masyarakat Batak.
Universitas Sumatera Utara
Aksentuasinya tentang “terobosan” musik tiup brass band yang menekan posisi Gondang Sabangunan dalam mengisi upacara-upacara adat di kalangan
masyarakat Batak Toba yang nota bene berdomisili di kota adalah point penting tulisan itu. Di tahun yang sama dia mempublikasikan dua buah piringan hitam
berisikan musik Gondang Sabangunan dan transkripsi musiknya, dengan lebel Gondang Toba. Simon mengkontribusikan satu tulisan lagi yang ulasannya
berkisar pada fungsi sosial dan religi musil-musik Batak dalam konteks upacara yang menghadirkan musik.
82
82
---------, Musik Tradisional : Gondang Batak. Tarutung, 1988, hal., 25-26.
Universitas Sumatera Utara
BAB III SEJARAH KOOR DI HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN HKBP