S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 172
5.2.5 Respons terhadap Kelemahan Penegakkan Hukum
Penegakkan hukum terhadap berbagai pelanggarantindakan pidana kehutanan sampai saat ini masih lemah. Terbukti dengan masih banyaknya pelanggaran yang terjadi, seperti
telah dibahas pada sub-bab 5.1, seperti pembakaran hutan dan lahan secara sengaja, perambahan kawasan hutan, penebangan liar, perburuan liar, perdagangan satwa, dll.
Respons terhadap kelemahan penegakkan hukum ini telah disesuaikan dengan penyebabnya, misalnya untuk pembalakan liar, perburuan liar, dan perdagangan satwa
liarperedaran hasil hutan, maka responsnya adalah kegiatan-kegiatan yang bersifat pengendalian dan yang menekanmenurunkan jumlah kasus yang ada, yaitu melalui
pengendalian peredaran hasil hutan, pengamanan hutan, penyelidikan kasus-kasus peredaran hasil hutan. Respons dapat juga berupa kegiatan yang bersifat mencegah
terjadinya kasus tersebut, yaitu melalui penerbitan peraturan, pengembangan program yang membuat pelaku beralih dari kegiatan pelanggaran kepada kegiatan pencegahan, ataupun
yang terkait dengan kepastian kawasan. Program dan kegiatan sebagai respons terhadap “kelemahan penegakkan hukum” yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan terangkum dalam Tabel 5.10, sedangkan yang dilakukan oleh UPT KLHK terangkum dalam Tabel 5.11. Program dan kegiatan yang terangkum dalam kedua tabel
tersebut sebagian juga merupakan respons terhadap pendorong dan tekanan lainnya, yaitu “anomali iklim”, “kebakaran hutan dan lahan”, ”karakter bioekologi”, “perubahankerusakan
biofisik”, “kebijakan pemerintah”, “okupasikonversi lahan”, “pemanfaatan berlebihan”, “pembalakanperburuan liar”, dan “konflik satwa-manusia”. Namun demikian, kegiatan
penegakkan hukum yang selama ini diupayakan belum mencapai hasil yang diharapkan, dikarenakan tahap akhir penegakkan hukum berada di pengadilan dan sanksi yang
diberikan pengadilan kepada para pelanggar hukum tidak maksimal dan tidak memberikan efek jera.
5.2.6 Respons terhadap KeuntunganNilai Ekonomi
Keuntungannilai ekonomi tumbuhan dan satwa liar merupakan pendorong terjadinya penurunan status keanekaragaman hayati. Pendorong ini menyebabkan berbagai tekanan
berupa pelanggaran tindakan pidana kehutanan, seperti “pembalakanperburuan satwaliar”, “pemanfaatan berlebihan”, “okupansikonversi lahan”, “kebakaran hutan dan lahan,
“perubahankerusakan biofisik”, “pencemaran lingkungan”, maupun “konflik satwa-manusia” seperti telah dibahas pada sub-bab 5.1.5. Sehingga respons yang ada saat ini untuk
pendorong “keuntungannilai ekonomi” ini tidak secara langsung menangani pendorong, tetapi berupa respons terhadap tekanan-tekanan yang disebabkannya. Dalam Tabel 5.12
terangkum respons dari Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, sedangkan dalam
S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 173 Tabel 5.13 terangkum respons dari UPT KLHK, beserta pendanaan yang dialokasikan oleh
masing-masing lembaga.
Tabel 5.10 Respons terhadap kelemahan penegakkan hukum yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
Program Kegiatan
Total Pendanaan APBD 2013-2018
Rp. Dinas Kehutanan Dishut
Program Peningkatan Produksi Industri Kayu Hulu
2,3,4
1,39 milyar Pengendalian Peredaran Hasil Hutan
2,3,4
Program Pengukuhan Kawasan Hutan
3,4
1,519 milyar Pengukuhan dan Penatagunaan Hutan
3,4
Program Penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan
1,2,3,4
13,955 milyar Pengamanan Hutan
1,2,3,4
Penyelidikan Kasus-kasus Peredaran hasil Hutan
1, 2,3,4
Operasional Pos Pengamanan Terpadu Kawasan Hutan Tanjung Api-api
3,4
Program Peningkatan Usaha Kehutanan APBN
3
Peningkatan Tertib Peredaran Hasil Hutan dan Iuran Hasil Hutan
Program Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat APBN
2
Pengembangan Perhutanan Sosial
3
Program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan APBN
1,3,4
Pengendalian Kebakaran Hutan
1
Penyelidikan dan Pengamanan Hutan
3,4
Badan Lingkungan Hidup BLH Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Hidup
1,2,3,4
Penaatan dan penegakkan hukum lingkungan 860,5 juta
Pembinaan dan penerapan peraturan Bid. LH 550 juta
Penerbitan peraturan daerah Bid LH 500 juta
Dinas Kelautan dan Perikanan DKP
Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
2
Operasional Pengawasan Sumber Daya Ikan di Perairan Umum dan Laut
836,5 juta Tindak Lanjut Rancangan Zonasi Wilayah Kelautan,
Perikanan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil RZWKP3K ke Perda
300 juta Catatan: APBD= Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, PNBP= Pendapatan Negara
Bukan Pajak, APBN= Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; DAS= Daerah Aliran Sungai; Programkegiatan juga merupakan respons terhadap: 1 anomali iklim
dan kebakaran hutan dan lahan; 2 karakter bioekologi dan perubahankerusakan biofisik; 3 kebijakan pemerintah, okupasikonversi lahan, pemanfaatan berlebihan,
dan pembalakanperburuan liar; 4 konflik satwa-manusia. Sumber: Pemprov Sumsel 2014; Dishut Sumsel 2013; BLH Sumsel 2013; DKP
Sumsel 2014.
S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 174
Tabel 5.11 Respons terhadap kelemahan penegakkan hukum yang dilakukan oleh beberapa UPT KLHK di Provinsi Sumatera Selatan 2015- 2019
Indikator Kinerja Kegiatan dan Pendanaan Komponen Kegiatan
BKSDA Sumatera Selatan
Jumlah pelaksanaan kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan konservasi di 34 provinsi
1,2,3
Total dana APBN untuk IKK ini 2015-2019: Rp.8.058.132.000,-
Patroli pengamanan hutan
1,2,3
Koordinasi pengamanan hutan
1,2,3
Balai Taman Nasional Sembilang
Luas kawasan konservasi terdegradasi yang dipulihkan kondisi ekosistemnya
2,3,4
-- dilaksanakan melalui kegiatan: 1 Pengelolaan Kawasan Konservasi dan Pengembangan Kawasan Ekosistem Esensial, 2 Pengelolaan Taman Nasional, dan
3 Pengelolaan KSDA. Pemetaan Daerah Rawan Konflik
3,4
Sosialisasi batas kawasan
3,4
PembuatanPemeliharaan papan informasi tanda bts
3,4
Monitoring daerah rawan perambahan
2,3,4
Penyusunan roadmap penanganan perambahan
2,3,4
PembuatanPemasangan Papan InformasiTanda Batas DusunKawasan
2,3,4
Jumlah pelaksanaan kegiatan antisipasi terhadap gangguan dan ancaman bidang kehutanan
1,2,3,4
-- dilaksanakan melalui kegiatan: 1 Pengendalian Kebakaran Hutan; 2 Pengelolaan Taman Nasional, dan 3 Pengelolaan KSDA
Patroli Rutin
1,2,3,4
Sosialisasi Undangundang tentang pelanggaran dan Tipihut
1,2,3,4
Total dana APBN untuk pengelolaan BTNS belanja non-operasional selama 5 tahun 2015-2019: Rp. 28.147.185.000,-
Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat
Terselesaikannya penanganan perkara tindak pidana kehutanan minimal 75 kasus per tahun
2,3,4
Terlaksananya pengamanan dan penindakan terhadap gangguan dan ancaman bidang kehutanan di 77 Lokasi pada UPT PHKA
2,3,4
Terpenuhinya standar minimum sarana dan prasarana penyidikan dan pengamanan hutan di 77 UPT PHKA
1,2,3,4
Operasi pengamanan hutan
1,2,3,4
Total dana APBN untuk pengelolaan BTNKS membiayai gaji dan tunjangan, operasional perkantoran serta belanja non operasional perkantoran selama 5 tahun 2015-2019: Rp. 170.001.987.000,-
Catatan: Programkegiatan juga merupakan respons terhadap: 1 anomali iklim dan kebakaran hutan dan lahan; 2 karakter bioekologi dan perubahankerusakan biofisik; 3 kebijakan pemerintah, okupasikonversi lahan, pemanfaatan berlebihan, dan pembalakanperburuan
liar; 4 konflik satwa-manusia. Sumber: BKSDA Sumsel 2015; BTNS 2015; BBTNKS 2015.
S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 175
Tabel 5.12 Respons terhadap KeuntunganNilai Ekonomi yang dilakukan oleh Pemerintah Sumatera Selatan
Program Kegiatan
Total Pendanaan APBD 2013-2018
Rp. Dinas Kehutanan Dishut
Program Peningkatan Produksi Industri Kayu Hulu
2,3,4,5
1,39 milyar Pengendalian Peredaran Hasil Hutan
2,3,4,5
Program Rehabilitasi Lahan Kritis dalam Kawasan Hutan
2,3
17,65 milyar Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu
2,3
Program Penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan
1,2,3,4,5
13,955 milyar Pengamanan Hutan
1,2,3,4,5
Penyelidikan Kasus-kasus Peredaran hasil Hutan
2,3,4,5
Program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan APBN
3,4,5
Penyelidikan dan Pengamanan Hutan
3,4,5
Catatan: APBD= Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, PNBP= Pendapatan Negara Bukan Pajak, APBN= Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; DAS= Daerah
Aliran Sungai; Programkegiatan juga merupakan respons terhadap: 1 anomali iklim dan kebakaran hutan dan lahan; 2 karakter bioekologi dan perubahankerusakan
biofisik; 3 kebijakan pemerintah, okupasikonversi lahan, pemanfaatan berlebihan, dan pembalakanperburuan liar; 4 konflik satwa-manusia; 5 kelemahan penegakkan
hukum. Sumber: Pemprov Sumsel 2014; Dishut Sumsel 2013
Beberapa dari program dan kegiatan yang direncanakan, baik oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan maupun oleh UPT KLHK, juga merupakan respons terhadap pendorong
dan tekanan lainnya, yaitu “anomali iklim”, “kebakaran hutan dan lahan”, “karakter
bioekologi”, “perubahankerusakan biofisik”, “kebijakan pemerintah”, “okupasikonversi lahan”, “pemanfaatan berlebihan”, “pembalakanperburuan liar”, “konflik satwa-manusia”,
dan “kelemahan penegakkan hukum”.
S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 176
Tabel 5.13 Respons terhadap KeuntunganNilai Ekonomi yang dilakukan oleh beberapa UPT KLHK di Provinsi Sumatera Selatan 2015-2019
Indikator Kinerja Kegiatan dan Pendanaan Komponen Kegiatan
BKSDA Sumatera Selatan
Jumlah pelaksanaan kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan konservasi di 34 provinsi
1,2,3,5
Total dana APBN untuk IKK ini 2015-2019: Rp.8.058.132.000,-
Patroli pengamanan hutan
1,2,3,5
Koordinasi pengamanan hutan
1,2,3,5
Persentasi peningkatan populasi 25 jenis satwa terancam punah prioritas sesuai The IUCN Red List of Threatened Spesies sebesar 10 sesuai baseline data tahun 2013
2,3,4
Total dana APBN untuk IKK ini 2015-2019: Rp. 6.461.620.000,-
Evakuasi Satwa Liar
2,3,4
Operasional Conservation Response Unit CRU
2,3,4
Balai Taman Nasional Sembilang
Jumlah pelaksanaan kegiatan antisipasi terhadap gangguan dan ancaman bidang kehutanan
1,2,3,4,5
-- dilaksanakan melalui kegiatan: 1 Pengendalian Kebakaran Hutan; 2 Pengelolaan Taman Nasional, dan 3 Pengelolaan KSDA
Patroli Rutin
1,2,3,4,5
Sosialisasi Undangundang tentang pelanggaran dan Tipihut
1,2,3,4,5
Total dana APBN untuk pengelolaan BTNS belanja non-operasional selama 5 tahun 2015-2019: Rp. 28.147.185.000,-
Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat
Terjaminnya Peningkatan Populasi 25 Spesies yang Terancam Punah menurut Redlist IUCN sebesar 10 sesuai baseline data tahun 2013
1,2,3,4
Evakuasi Satwa Liar
1,2,3,4
Rehabilitasi dan Pelepasliaran Satwa
2,3,4
Terselesaikannya penanganan perkara tindak pidana kehutanan minimal 75 kasus per tahun
2,3,4,5
Terlaksananya pengamanan dan penindakan terhadap gangguan dan ancaman bidang kehutanan di 77 Lokasi pada UPT PHKA
2,3,4,5
Terpenuhinya standar minimum sarana dan prasarana penyidikan dan pengamanan hutan di 77 UPT PHKA
1,2,3,4,5
Operasi pengamanan hutan
1,2,3,4,5
Penyelesaian kasus hukum pelanggarankejahatan kehutanan
1,5
Total dana APBN untuk pengelolaan BTNKS membiayai gaji dan tunjangan, operasional perkantoran serta belanja non operasional perkantoran selama 5 tahun 2015-2019: Rp. 170.001.987.000,-
Catatan: Programkegiatan juga merupakan respons terhadap: 1 anomali iklim dan kebakaran hutan dan lahan; 2 karakter bioekologi dan perubahankerusakan biofisik; 3 kebijakan pemerintah, okupasikonversi lahan, pemanfaatan berlebihan, dan pembalakanperburuan
liar; 4 konflik satwa-manusia; 5 kelemahan penegakkan hukum. Sumber: BKSDA Sumsel 2015; BTNS 2015; BBTNKS 2015.
S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 177
5.2.7 Respons terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi masyarakat merupakan salah satu pendorong terjadinya penurunan status keanekaragaman hayati. Kondisi sosial dan ekonomi yang lemah mendorong
masyarakat melakukan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berlebihan, perambahan, dan juga perdagangan satwa liar maupun peredaran hasil hutan yang
diperoleh dari pembalakanperburuan liar. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan maupun UPT KLHK telah merespons kondisi sosial dan ekonomi ini melalui berbagai program yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga masyarakat tidak lagi melakukan pelanggaran yang baik secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan
penurunan jumlah dan populasi keanekaragaman hayati maupun kerusakan habitatnya. Program dan kegiatan tersebut berupa pengembangan produk, peningkatan kapasitas
masyarakat, maupun berupa peningkatan kesadaran akan pentingnya keanekaragaman hayati, kesempatan lapangan kerja, bantuan bergulir pengembangan produk, dll. Dalam
Tabel 5.14 terangkum respons dari Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, sedangkan dalam Tabel 5.15 terangkum respons dari UPT KLHK, beserta pendanaan yang
dialokasikan oleh masing-masing lembaga.
Tabel 5.14 Respons terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
Program Kegiatan
Total Pendanaan APBD 2013-2018
Rp. Dinas Kehutanan Dishut
Program Peningkatan Produksi Kayu dari HTI
2,3
2,74 milyar Perencanaan dan Pengembangan Hasil Hutan
Tanaman Rakyat, Hutan Rakyat dan Lumbung Kayu Desa
3
Perencanaan dan Pengembangan Hutan Kemasyarakatan HKm dan Hutan Desa HD
3
Program Peningkatan Penerimaan Sub Sektor Kehutanan
2,3
2,54 milyar Fasilitasi Pokja Pengembangan Industri Pengolahan
Kayu Rakyat
3
Pelayanan aksesibilitas dan keberadilan bagi masyarakat untuk memanfaatkan hasil hutan
3
Program Kelembagaan Pengelolaan DAS Terpadu Musi1
2
6,864 milyar Pelatihan kelompok tani dan pembuatan Demplot
teknik budidaya agroforestry dan konservasi tanah dan air
Tanaman Hutan Rakyat Sebagai Tabungan Pendidikan
2,3
Program Rehabilitasi Lahan Kritis dalam Kawasan Hutan
2,3,6
17,65 milyar Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu
2,3,6
Program Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung Das Berbasis Pemberdayaan Masyarakat APBN
2,3,5
Pengembangan Perhutanan Sosial
3,5
Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan dan