S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 6
2.1.2 Ketinggian dan Kelerengan
Letak Provinsi Sumatera Selatan membentang dari pantai timur Sumatera hingga pegunungan bukit barisan di bagian barat, pada rentang ketinggian 0
– 3.144 mdpl Gambar 2.2. Berdasarkan kelas ketinggiannya dari permukaan laut, dataran Provinsi
Sumatera Selatan terdiri atas kelas 0 – 25 mdpl 23,5, kelas 26 – 50 mdpl 17,7, kelas
51 – 100 mdpl 35,3, dan kelas 101 mdpl ke atas 23,5 BPS Provinsi Sumatera
Selatan, 2016. Bentang alam dari bagian timur ke bagian barat provinsi ini terbagi menjadi lima zonasi, yaitu zona pantai, rawa, dataran, transisi, dan pegunungan Bappeda Provinsi
Sumatera Selatan, 2015. Kawasan pantai timur Sumatera Selatan terdiri atas rawa-rawa dan perairan payau yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Sedikit ke arah barat
merupakan dataran rendah yang luas. Di dataran rendah rendah di bawah 1.000 m sebagian besar memiliki kelerengan yang relatif datar, sedangkan daerah perbukitan pada
ketinggian 1.000-1.200 mdpl memiliki kelerengan yang curam Gambar 2.3. Puncak tertinggi pada Bukit Barisan terdiri dari puncak Gunung Dempo 3.000 m, Gunung
Bungkuk 2.125 m, Gunung Seminung 1.964 m, dan Gunung Patah 1.107 m Kemenhut 2013; BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2015; BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2016.
Daerah pegunungan di bagian barat sebagian besar mempunyai kelerengan yang tinggi 25, sedangkan di bagian tengah dan timur relatif datar.
Gambar 2.2 Peta Ketinggian Provinsi Sumatera Selatan Sumber: Prasetyo, 2016. Berdasarkan data DEM SRTM
S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 7 Gambar 2.3 Peta Kemiringan lereng Provinsi Sumatera Selatan Sumber: Prasetyo, 2016.
Berdasarkan data DEM SRTM
2.1.3 Iklim
Sebagian besar wilayah Provinsi Sumatera Selatan memiliki iklim tropis basah. Intensitas curah hujan tahunan rata-rata sangat tinggi hingga mencapai lebih dari 4.000 mm di daerah
pegunungan di bagian barat dan intensitas rendah di pantai timur hingga lebih rendah dari 2.000 mm Gambar 2.4. Suhu berkisar antara 24,40 -
33,40˚ C, dengan suhu rata-rata sebesar 27,7
˚ C. Kelembaban udara berkisar antara 60 – 92 dengan rata-rata penyinaran matahari 51. Kecepatan angin berkisar 3,50 knot atau 6,48 kmjam BPS Provinsi
Sumatera Selatan, 2016.
S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 8 Gambar 2.4 Isohyet Provinsi Sumatera Selatan Sumber: REDD Provinsi Sumatera Selatan
2.1.4 Bentang Lahan
Kementerian Lingkungan Hidup KLH; sejak 2014 menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan KehutananKLHK membagi bentang lahan Pulau Sumatera menjadi 11 ekoregion dan
10 dari 11 ekoregion tersebut terwakili di Provinsi Sumatera Selatan KLH, 2013, yaitu 1 Dataran Marin Timur Sumatera, 2 Dataran Gambut Sumatera, 3 Dataran Fluvial
Sumatera, 4 Dataran Struktural Jalur Bukit Barisan, 5 Dataran Vulkanik Jalur Bukit Barisan, 6 Pegunungan Struktural Jalur Bukit Barisan, 7 Pegunungan Vulkanik Jalur Bukit
Barisan, 8 Perbukitan Denudasional Kompleks Bangka Belitung
– Natuna, 9 Perbukitan Struktural Jalur Bukit Barisan, dan 10 Perbukitan Vulkanik Jalur Bukit Barisan
Gambar 2.5.
S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 9 Gambar 2.5 Ekoregion Provinsi Sumatera Selatan Sumber: KLHK, 2013
a Dataran Marin Timur Sumatera Dataran marin timur Sumatera merupakan daerah endapan alluvium dari sungai yang
berasal dari pegunungan bukit barisan, pasir marin, koral dan endapan bahan organik vegetasi marin. Pada umumnya pH tanah akan bereaksi masam sulfat masam lebih
rendah dari pH 5. Di daerah ini banyak ditumbuhi vegetasi mangrove nipah, bakau KLH, 2013.
b Dataran Organik Gambut Sumatera Ekoregion dataran organik gambut terbentuk dari penumpukan bahan organik pada daerah
cekungan, sehingga terbentuk gambut topogen. Dengan berjalannya waktu dan terhambat proses dekomposisi biomassa maka terbentuk gambut ombrogen yang berbentuk kubah
Agus dan Subiaksa, 2008. Tanah gambut yang terbentuk bereaksi masam, sehingga ketersediaan mineral sangat sedikitlahan marginal. Namun demikian lahan gambut ini sejak
lama telah digunakan masyarakat untuk bercocok tanam, baik tanaman pangan atau perkebunan KLH, 2013.