Hamparan Nibung Ekosistem Semi Terestrial .1 Ekosistem mangrove

S TRATEGI DAN R ENCANA A KSI K EANEKARAGAMAN H AYATI P ROVINSI S UMATERA S ELATAN | 55 kelompok hutan hulu Sungai Kapas. Areal hutan sekunder rendah sebagian besar membentang dari arah Barat Laut dan Timur Laut serta memanjang kearah Utara. Sementara itu, areal hutan sekunder sedang, sebagian besar berada pada peralihan antara hutan sekunder tinggi dan rendah. Sedangkan berdasarkan citra landsat 2013, komposisi tutupan hutan di seluruh wilayah Hutan Harapan Sumatera Selatan dan Jambi dapat dikelompokkan menjadi lima klasifikasi, yaitu Hutan Sekunder Tinggi HST seluas 33.321 Ha 34,0 , Hutan Sekunder Sedang HSS seluas 25.191 Ha 25,7 dan Hutan Sekunder Rendah HSR seluas 21.500 Ha 21,9 , dan sebagian kecil lahan terbuka dan belukar seluas 13.803 Ha 14,1 . Jenis pohon pada hutan sekunder tinggi didominasi oleh jenis pohon meranti Shorea spp, medang Litsea spp, dan balam Palaquium spp. Jenis pohon pada hutan sekunder sedang didominasi oleh meranti Shorea spp, medang Litsea spp, dan kempas Koompasia excelsa. Beberapa jenis pohon termasuk kedalam jenis-jenis yang dilindungi, diantaranya jelutung Dyera sp., surian Toona sp., bulian Eusideroxylon zwageri, dan tembesu Fagraea fragrans Prtomihardjo, et al., 2005. Gagasan restorasi ekosistem di hutan produksi adalah untuk mengembalikan kecenderungan degradasi dan deforestasi agar hutan alam dengan ekosistem penting tetap terjaga, baik fungsi dan keberadaannya. Inisiatif Hutan Harapan setidaknya menyelamatkan 20 ekosistem hutan dataran rendah yang tersisa di Sumatera pada tahun 2011. Tantangan yang dihadapi saat ini dalam pengelolaan Restorasi Ekosistem di Hutan Harapan sebagai berikut: - Perluasan kebun kelapa sawit secara yang dipicu ketersediaan pabrik pengolahan kelapa sawit di daerah sekitar. - Pengembangan usaha hasil hutan bukan kayu yang feasible dalam skala ekonomi yang mencukupi untuk membiayai pengelolaan berkelanjutan. - Belum adanya insentif pengurangan pembayaraan PBB. - Kebakaran lahan di areal yang digarap masyarakat. - Kegiatan logging di bagian selatan yang terkait dengan keberadaan pabrik pengolahan kayu di Sumatera Selatan. Kawasan hutan Suaka Margasatwa Dangku adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ekosistem hutan dataran rendah yang dikelola oleh BKSDA Sumatera Selatan dengan sistem bloking. Kawasan Suaka Margasatwa Dangku ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan SK Menhut No. 866Menhut-II2014; tanggal 29 September 2014, dengan luas 47,997 ha. Secara administratif pemerintahan, SM Dangku berada dalam wilayah Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan dan secara astronomis S TRATEGI DAN R ENCANA A KSI K EANEKARAGAMAN H AYATI P ROVINSI S UMATERA S ELATAN | 56 terletak pada 103°38 ’- 104°04’ Bujur Timur dan 2°04’-2°30’ Lintang Selatan Maharani dan Pitria, 2013. Kawasan Suaka Margasatwa Dangku memiliki tipe ekosistem hutan dataran rendah yang telah didominasi oleh pertumbuhan spesies sekunder dalam proses suksesinya, setelah lebih dari 30 tahun mengalami proses degradasi dan deforestasi hutan. Topografi SM Dangku termasuk landai hingga bergelombang ringan dengan kelerengan 0 – 25. Ketinggian kawasan antara 20 – 130 m dpl dengan suhu udara rata-rata antara 28° – 34° C Maharani dan Pitria, 2013. SM Dangku memiliki tipe ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah dengan jenis flora yang didominasi Famili Dipterocarpaceae antara lain meranti Shorea spp., pulai Alstonia spp., jelutung Dyera spp., durian Durio sp., dan terentang. Selain itu terdapat flora jenis- jenis lainnya seperti manggaris Kompaassia sp., tembesu Fagraea fragrans, merbau Instia bijuga, medang Litsea sp., merawan Hopea mengarawan, balam, dan berbagai jenis tumbuhan bawah seperti rotan Calamus sp., resak, pandan, dan semak belukar Maharani dan Pitria, 2013. Pada tahun 2015 2016, Bioclime melakukan survey keanekaragaman hayati di SM Dangku dan berhasil mendaftar 122 spesies tumbuhan dari kawasan ini. Daftar lengkap untuk keanekaragaman tumbuhan SM Dangku dirangkum dalam Lampiran 10. SM Dangku memiliki kendala pengelolaan berupa perambahan kawasan menjadi areal pemukiman dan perkebunan, perburuan liar terhadap satwaliar, baik satwa dilindungi maupun tidak dilindungi, dan pencurian kayu Maharani dan Pitria, 2013. Kendala tersebut menjadi ancaman terhadap kelestarian kawasan maupun keanekaragaman hayati SM Dangku. Selain memiliki ekosistem hutan pegunungan, Taman Nasional Kerinci Seblat TNKS juga memiliki ekosistem hutan dataran rendah. TNKS merupakan salah satu taman nasional di Indonesia yang memiliki peranan ekologi penting. Kawasan seluas 1,37 juta ha ini, membentang di tengah Pulau Sumatera, di empat wilayah Provinsi yaitu Provinsi Sumatera Barat, Prov. Jambi, Prov. Bengkulu dan Prov Sumatera Selatan. Untuk Provinsi Sumatera Selatan, lokasi TNKS termasuk wilayah V yang termasuk wilayah administrasi kota Lubuk Linggau dan Kabupaten Musi Rawas Utara dengan luas 250.613 ha. Disamping berperan penting dalam melindungi flora dan fauna yang ada di dalamnya, kawasan yang telah menjadi salah satu kluster warisan dunia world heritage bersama-sama dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Taman Nasional Leuser ini berjasa dalam pengatur tata air, konservasi tanah, dan iklim bagi wilayah sekitarnya. TNKS memiliki beragam flora dan fauna. Sekitar 4.000 spesies tumbuhan tumbuh di wilayah taman nasional, baik di ekosistem hutan dataran rendah maupun hutan pegunungan,