Ketinggian dan Kelerengan Kondisi Geofisik

S TRATEGI DAN R ENCANA A KSI K EANEKARAGAMAN H AYATI P ROVINSI S UMATERA S ELATAN | 11 topografi bergunung dan berlereng terjal dan tersusun dari hasil letusan gunung berapi berupa perselingan batuan beku ekstrusif dan material piroklastik. Jenis tanah yang dominan adalah andosol, latosol dan litosol. Kawasan ekoregion ini masih berhutan lebat yang memiliki sumber cadangan air yang sangat besar dan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, berupa berbagai tumbuhan dan satwa langka harimau, tapir, orangutan dan burung KLH, 2013. h Perbukitan Denudasional Kompleks Bangka Belitung – Natuna Ekoregion ini tersusun oleh batuan sedimen batu pasir yang mengalami proses denudasi dan membentuk tanah yang banyak mengandung mineral sekunder besi dan aluminium oksida dan bersifat masam tanah podsolikultisol. Vegetasi alami yang tumbuh biasanya toleran terhadap sifat masam, seperti rumput alang-alang. Meski rawan erosi karena topogafi yang berombak hingga bergelombang dan curah hujan yang cukup tinggi, penggunaan lahannya cukup bervariasi, seperti pemukiman, pertanian lahan kering ladang, perkebunan karet, dan perkebunan kelapa sawit KLH, 2013. i Perbukitan Struktural Jalur Bukit Barisan Perbukitan struktural tersusun oleh batuan instrusif dan batuan sedimen yang telah terdeformasidan berasosiasi dengan jalur Bukit Barisan. Kawasan ini memiliki ketersediaan air yang cukup sepanjang tahun dan tanah dengan tingkat kesuburan yang cukup. Jenis tanah yang dominan adalah latosol alfisol dan podsolik ultisol, serta litosol yang dapat dijumpai di beberapa tempat berlereng curam. Keanekaragaman hayati relatif rendah dengan tipe penutupan dan penggunaan lahan yang agak beragam, seperti hutan, semak belukar, padang rumput, ladang, dan pemukiman. Ekoregion ini rawan terhadap ancaman gempa bumi dan longsor KLH, 2013. j Perbukitan Vulkanik Jalur Bukit Barisan Ekoregion yang berasosiasi dengan keberadaan gunung berapi ini sebagian besar dapat ditemukan di bagian lereng tengah gunung berapi. Jenis tanah didominasi oleh podsolik dan latosol dengan tingkat kesuburan yang beragam menyebabkan ekoregion ini mempunyai tipe penutupanpenggunaan lahan yang beragam, seperti hutan, semak belukar, lahan pertanian, dan permukiman. Vegetasi alami, seperti mahoni dan Rafflesia arnoldi, dan berbagai fauna langka, seperti gajah, badak Sumatera, harimau, beruang madu, macan tutul, primata dan berbagai jenis burung, dapat ditemukan di ekoregion ini. Ancaman yang ada di ekoregion ini berupa aliran lahar dan banjir bandang KLH, 2013.

2.1.5 Jenis Tanah

Jenis tanah Provinsi Sumatera Selatan terdiri atas 11 jenis, yaitu:  Organosol ditemukan di sepanjang pantai dan dataran rendah. S TRATEGI DAN R ENCANA A KSI K EANEKARAGAMAN H AYATI P ROVINSI S UMATERA S ELATAN | 12  Litosol ditemukan di pinggiran pegunungan terjal wilayah Danau Ranau dengan patahan di sepanjang Bukit Barisan.  Alluvial ditemukan di sepanjang Sungai Musi, Sungai Lematang, Sungai Ogan, Sungai Komering dan punggung Bukit Barisan.  Hidromorf ditemukan di dataran rendah Musi Rawas dan Muara Enim.  Lempung-humus ditemukan di sepanjang pantai dan dataran rendah.  Regosol ditemukan di sekeliling pantai timur, di pinggiran pegunungan terjal Danau Ranau dan kerucut vulkan.  Andosol ditemukan di semua kerucut vulkan muda dan tua, umumnya di wilayah dengan ketinggian hingga 100 mdpl.  Redzina ditemukan di sekitar Kota Baturaja.  Latosol umumnya ditemukan di wilayah tanah kering.  Laterik ditemukan di dataran rendah di sekitar Martapura.  Podsolik ditemukan di dataran rendah dan di pegunungan Bukit Barisan.

2.1.6 Sungai

Provinsi Sumatera Selatan memiliki sungai-sungai besar Gambar 2.6 yang bermata air dari Bukit Barisan, kecuali Sungai Mesuji, Sungai Lalan, dan Sungai Banyuasin. Sungai Musi bermata air dari Bukit Barisan dan bermuara di Selat Bangka, sedangkan delapan sungai lainnya, yaitu Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Kelingi, Sungai Lakitan, Sungai Rupit, dan Sungai Rawas merupakan anak Sungai Musi BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2015. Gambar 2.6 Jaringan sungai Provinsi Sumatera Selatan Sumber: Bioclime, 2016