Keanekaragaman Primata Keanekaragaman Satwa

S TRATEGI DAN R ENCANA A KSI K EANEKARAGAMAN H AYATI P ROVINSI S UMATERA S ELATAN | 110 Gambar 4.39 Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae di Hutan Harapan Foto: Asep Ayat, 2011

4.2.3 Keanekaragaman Burung

Burung merupakan indikator penting dalam menentukan daerah-daerah prioritas pelestarian alam. Pasalnya, burung dapat hidup di seluruh habitat daratan di seluruh dunia, peka terhadap perubahan lingkungan, dan taksonomi serta penyebarannya telah cukup diketahui. Sebagai indikator penting, kekayaan dan keragaman burung dapat digunakan sebagai dasar perbandingan antardaerah untuk menentukan prioritas utama konservasi. Sebagai gambaran, Burung Indonesia telah mengidentifikasi 228 Daerah Penting bagi Burung dan Keragaman Hayati DPB atau Important Bird and Key Biodiversity Area IBA. Daerah-daerah itu merupakan kawasan prioritas konservasi yang menjadi daerah kunci bagi pelestarian burung-burung terancam punah dan endemik beserta keragaman hayatinya. Namun, dari jumlah tersebut hanya sekitar 58 DPB saja yang terletak dalam jaringan kawasan konservasi. Selebihnya, tersebar di wilayah hutan alam produksi. S TRATEGI DAN R ENCANA A KSI K EANEKARAGAMAN H AYATI P ROVINSI S UMATERA S ELATAN | 111 Gambar 4.40 Gajah Sumatera Elephas maximus sumatranus di Hutan Harapan Foto: Asep Ayat, 2011 DPB merupakan alat bantu yang dapat digunakan untuk mencari kawasan atau daerah yang secara global penting bagi pelestarian keanekaragaman hayati. Yang dimaksud dengan DPB adalah daerah yang secara internasional penting bagi pelestarian keanekaragaman hayati baik di tingkat global, regional maupun sub-regional. Selain itu merupakan alat bantu yang praktis untuk pelestarian keanekaragaman hayati dan dipilih dengan menggunakan kriteria-kriteria baku. Kriteria untuk menentukan daerah itu penting bagi burung, pertama, S TRATEGI DAN R ENCANA A KSI K EANEKARAGAMAN H AYATI P ROVINSI S UMATERA S ELATAN | 112 terdapat spesies burung yang secara global terancam punah. Kedua, di dalam kawasan tersebut secara tetap terdapat spesies burung yang memiliki sebaran terbatas. Ketiga, terdapat spesies burung endemik dan keempat di dalam kawasan tersebut terdapat spesies burung yang hidup dalam kelompok besar. Perlindungan DPB, sebagai pelengkap kawasan konservasi formal, memerlukan pengembangan pendekatan alternatif dalam bentuk pengelolaan kawasan oleh masyarakat, kawasan konservasi partikelir serta kesepakatan pelestarian dengan pemilik lahan. Efektifitas pengelolaan kawasan konservasi harus menjadi fokus utama perhatian Pemerintah Indonesia. Mengingat, keterbatasan pendanaan, kualitas sumber daya manusia, serta sarana dan prasarana pengelolaan yang belum memadai merupakan serangkaian masalah yang belum tertuntaskan hingga kini.

4.2.3.1 Daerah Prioritas Burung dan di wilayah Sumatera Selatan

Burung Indonesia telah mengidentifikasi 40 Daerah Penting bagi Burung dan Keanekaragaman Hayati DPB di Wilayah Sumatera dan 7 DPB di wilayah Sumatera Selatan Holmes dan Rombang, 2001. Wiayah DPB tersebut adalah kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Sembilang, Tanjung Selokan, Tanjung Koyan, Dataran Banjir Ogan Komering, Gunung Dempo dan Meranti Tabel 4.13, Gambar 4.41. Berdasarkan fungsi kawasan terbagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu kawasan konservasi Taman Nasional, Hutan Lindung, hutan produksi IUPHHK-RE dan kawasan lebak. DPB di wilayah Sumatera Selatan berada pada tipe ekosistem lahan basah, hutan dataran rendah dan hutan pegunungan dengan total kawasan seluas 2,369,750 ha. Deskripsi tipe ekosistem pada ke 7 DPB di Sumatera Selatan secara detil sebagai berikut: a Taman Nasional Kerinci Seblat TNKS Kawasan DPB Kerinci Seblat di bagian Wilayah Sumatera Selatan termasuk dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat TNKS yang tersebar di 4 propinsi yaitu Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Bengkulu. Wilayah TNKS merupakan kawasan Gunung Kerinci yang sudah tidak aktif lagi dan merupakan puncak tertinggi di Sumatera. Kawasan ini didominasi oleh hutan lereng, hutan dataran rendah dan hutan pegunungan atas. Daerah yang masih berupa hutan dataran rendah, terutama pada daerah perbatasan barat dan timur, mendapat tekanan yang besar akibat penebangan liar dan pembukaan lahan. Wilayah sekitar lereng Gunung Kerinci dimanfaatkan sebagai daerah persawahan dan perkebunan kayu manis yang merupakan ciri khas daerah ini. Usaha perkebunan kayu manis ini telah berpeluang membuka lahan ke arah dalam kawasan. Berdasarkan identifikasi Birdlife Internasional 2016, tipe habitat yang terdapat di kawasan ini adalah hutan pegunungan bawah 50, hutan pegunungan atas 30, dan hutan hujan dataran rendah selalu hijau 20. S TRATEGI DAN R ENCANA A KSI K EANEKARAGAMAN H AYATI P ROVINSI S UMATERA S ELATAN | 113 TNKS merupakan rumah bagi 370 spesies burung dan termasuk Daerah Burung Endemik DBE serta habitat burung jenis pegunungan dan jenis terancam punah seperti Sempidan Sumatera Lophura inornata Lambert dan Howes, 1989. Tabel 4.13 Tujuh DPB di Wilayah Sumatera Selatan N o Nama DPB Kabupaten Status Kawasan Saat ini Tipe Ekosistem Luasan Ha 1 Kerinci Seblat Kerinci, Pesisir Selatan, Sokol, Musi Rawas, Bengkulu Utara, Rejang Lebong Taman Nasional Kerinci Seblat 1 Hutan dataran rendah, Hutan pegunungan 1,368,000 2 Sembilang Musi Banyuasin Taman Nasional Sembilang 2 Hutan rawa dan hutan mangrove 400,000 3 Tanjung Selokan Banyuasin, Ogan Komering Ilir Hutan Lindung Alam Tanjung Selokan 3 Hutan rawa, hutan mangrove dan hutan herba 10,000 4 Tanjung Koyan Ogan Komering Ilir Hutan Lindung Tanjung Koyan 3 Hutan dataran rendah, lahan basah 13,750 5 Dataran Banjir Ogan Komering Ogan Komering Ilir Kawasan Lebak atau tanpa irigasi 3 Hutan dataran rendah, danau dan sawah 500,000 6 Gunung Dempo Lahat Hutan Lindung Gunung Dempo 4 Hutan pegunungan 38,000 7 Meranti Musi Banyuasin IUPHHK-RE 5 Hutan dataran rendah 40,000 Total 2,369,750 Keterangan: 1 Taman Nasiona Kerinci Seblat berdasarkan SK Menhut No. 736X-1982 dan perubahan SK. Menhut No. 192Kpts-II96, 5 Januari 1996 2 Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 95Kpts-II2003 tanggal 19 Maret 2003. 3 Berdasarkan RTRWP Sumatera Selatan 2005-2019 4 Hutan Lindung Gunung Dempo berdasarkan SK GB No.6 dan 8 tanggal 21 Oktober 1926. 5 IUPHHK-RE=Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekoistem b Kawasan Sembilang Kawasan Sembilang, merupakan habitat burung air dan termasuk salah satu tujuan dari jalur terbang burung migran. Hutan mangrove yang lebat, sungai-sungai yang berliku-liku dan dataran lumpur yang luas tempat persinggahan dan mencari makan bagi burung-burung migran maupun burung penetap. Kunjungan ke hutan mangrove dan pengamatan satwa dapat dilakukan dengan menyusuri sungai-sungai di TNS. Berdasarkan Danielsen dan Verheught 1990, kawasan ini menjadi tempat berbiak Bangau bluwok Mycteria cinerea, Bangau storm Ciconia stormi, Bangau tongtong Leptoptilos javanicus, Elang wallace Spizaetus nanus, Mentok rimba Cairina scutulata, Gajahan timur Numenius madagascariensis, Trinil nordmann Tringa guttifer, Trinil-lumpur Asia Limnodromus semipalmatus Gambar 4.42, Merpati-hutan perak Columba argentina, Punai besar Treron capellei, dan Raja-udang kalung-biru Alcedo euryzona.