S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 64 paling unggul adalah jeruk, kemudian kelapa dan padi lokal; pada tipe B paling unggul
adalah nenas, tomat, cabai, jeruk dan padi unggul; sedangkan pada tipe C paling unggul adalah padi lokal kemudian kacang tanah dan kedelai. Pemanfaatan dan konservasi sumber
daya genetik atau biodiversitas tanaman pangan di lahan rawa pasang surut penting untuk mendukung kedaulatan pangan melalui perluasan areal pertanaman dan perbaikan
budidaya untuk meningkatkan produktivitas hasil.
4.1.3.3.3 Ekosistem Rawa Gambut
Ekosistem perairan rawa Sumatera Selatan umumnya bertipe gambut, dicirikan dengan perairan yang berarus lambat atau tidak berarus, warna air kehitaman, pH dan oksigen
rendah dan banyak mengandung logam alkali. Rawa gambut di Sumatera Selatan ditandai dengan tingkat keasaman yang ekstrem rendah, anaerobik dan kondisi miskin unsur hara.
Asal nama rawa gambut karena substrat mereka adalah gambut terdiri dari tanaman detritus yang secara bertahap melepaskan tanin dan asam organik dalam air, kondisi kurang buffer
menghasilkan nilai pH-nya rendah. Selain itu, perairan di rawa gambut memiliki kandungan ambient oksigen rendah, konsekuensi lain dari pembusukan tanaman
Gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dicirikan oleh adanya akumulasi bahan organik yang berlangsung dalam kurun waktu lama. Akumulasi ini terjadi karena
lambatnya laju dekomposisi dibandingkan dengan laju penimbunan bahan organik yang terdapat di lantai hutan lahan basah Najiyati, et al., 2005.
Secara alami, tanah gambut terdapat pada lapisan tanah paling atas. Di bawahnya terdapat lapisan tanah aluvial pada kedalaman yang bervariasi. Disebut sebagai lahan gambut
apabila ketebalan gambut lebih dari 50 cm. Dengan demikian, lahan gambut adalah lahan rawa dengan ketebalan gambut lebih dari 50 cm
Najiyati, et al., 2005; Wahyunto, et al., 2005, Noor dan Heyde, 2007.
Lahan rawa gambut di Sumatera Selatan berdasarkan pemutakhiran peta sebaran lahan gambut terbitan Wetland International Program 2005 tercatat seluas 1.262.385 Ha Ritung,
et al., 2011. Sebelumnya, Wahyunto, et al. 2005, mencatat luas lahan gambut Sumsel seluas 1.420.042 Ha, dengan penyebarannya terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ilir
768.501 Ha, Musi Banyuasin 593.311 Ha, Muara Enim 24.104 Ha dan Musi Rawas 34.126 Ha.
Ekosistem rawa gambut merupakan ekosistem yang khas, yang pada kondisi alaminya selalu tergenang air waterlogged setiap tahunnya.
Hutan rawa gambut terbentuk di daerah pesisir sebagai lahan basah pesisir, maupun jauh di darat sebagai lahan basah daratan.
Tipe lahan basah ini berkembang terutama di dataran rendah dekat daerah pesisir, di belakang hutan bakau di sekitar sungai atau danau Wahyunto et al., 2005. Lahan gambut
di Indonesia pada umumnya membentuk kubah gambut peat dome
Gambar 4.14 . Pada
S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 65 bagian pinggiran kubah, didominasi oleh tumbuhan kayu yang masih memperoleh pasokan
hara dari air tanah dan sungai sehingga banyak jenisnya dan umumnya berdiameter besar. Hutan seperti itu, disebut hutan rawa campuran mixed swamp forests. Menuju ke bagian
tengah, letak air tanah sudah terlalu dalam sehingga perakaran tumbuhan kayu hutan tidak mampu mencapainya. Akibatnya, vegetasi hutan hanya memperoleh sumber hara yang
semata-mata berasal dari air hujan. Vegetasi hutan lambat laun berubah, jenis-jenis spesies kayu hutan semakin sedikit, vegetasi hutan relatif kurus dengan rata-rata berdiameter kecil.
Sungai-sungai air hitam yang ada di hutan rawa gambut memiliki jenis fauna relatif sedikit, karena kemasaman airnya kurang sesuai bagi sebagian besar fauna air. Gambut tebal yang
terbentuk, umumnya bersifat masam dan miskin hara sehingga memiliki kesuburan alami yang rendah sampai sangat rendah Najiyati, et al., 2005.
Gambar 4.14 Formasi hutan rawa gambut dari tepi hingga kubah gambut Sumber: Wibisono et. al., 2005; Wahyunto, et al., 2005
Rawa gambut merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting dan memainkan peranan penting dalam perekonomian negara, diantaranya berupa ketersedian
berbagai produk hutan berupa kayu maupun non-kayu. Disamping itu, lahan gambut juga memberikan berbagai jasa lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat,
diantaranya berupa pasokan air, pengendalian banjir serta berbagai manfaat lainnya. Hutan rawa gambut juga berperan sangat penting sebagai penyimpan dan penyerap karbon,
penyimpan sumberdaya genetik plasma nutfah, serta keanekaragaman hayati lainnya van Eijk dan Leenman, 2004; Adinugroho, et al., 2005; Noor dan Heyde, 2007.
Sampai dengan tahun 2000, diperkirakan seluas 52 lahan gambut di Sumatera masih tertutup oleh hutan
Hooijer, et al., 2006. Di Sumatera Selatan, sebagian besar ekosistem
rawa gambut merupakan kawasan hutan dengan kondisi penutupan vegetasi sebagian kecil
masih berupa hutan Zulfikar, 2006. K awasan Hutan Produksi HP yang didominasi
S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 66 dengan satuan lahan berupa formasi lahan rawa gambut adalah
HP Simpang Heran-Beyuku, HP Mesuji dan HP Pedamaran di Kabupaten OKI dengan luas sekitar 617.350 ha, dan
Kelompok Hutan Produksi Sungai Lalan dan Mangsang-Mendis di Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Banyuasin dengan luas ± 331.304 ha Zulfikar, 2006. Pada
mulanya, kawasan HP Simpang Heran-Beyuku, HP Mesuji dan HPT Pedamaran merupakan formasi hutan rawa gambut dengan jenis dominan; Meranti Shorea sp, Jelutung Dyera
lowii, Terentang Camnosperma coriaceum, Pulai Alstonia pneumatophora, Ramin Gonystylus bancanus, Kempas Koompasia sp dan lain-lain. Pengelolaannya
dilaksanakan dengan penebangan hutan menurut sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia TPTI oleh HPH. Bastoni 2000 melaporkan setidaknya terdapat 30 jenis pohon dari 21
famili yang berhasil diidentifikasi di daerah Air Sugihan yang merupakan bagian dari kelompok HP Simpang Heran-Beyuku. Jenis pohon komersial utama yang mendominasi
adalah ramin Gonystylus bancanus dengan kerapatan 43.4 pohon hektar. Sampai dengan tahun 1997, setidaknya ada 5 perusahaan HPH yang beroperasi di kawasan HP Simpang
Heran-Beyuku Bastoni, 2006. Selain HPH resmi tersebut masyarakat juga melakukan eksploitasi kayu, mengangkutnya melalui parit-parit yang panjangnya mencapai puluhan
kilometer sampai pada sawmill-sawmill di sepanjang sungai utama seperti sungai sugihan, sungai batang, sungai lumpur dan sungai kuala duabelas Bastoni, 2006.
Kondisi hutan rawa gambut di kelompok Hutan Produksi S. Lalan relatif masih lebih baik, dari luas kawasan hutan 260.730 ha, seluas 163.940 ha terkonsentrasi di Sungai Merang
dan Sungai Kepahiyang yang secara ekologis masih merupakan hutan alam bekas areal penebangan HPH. Seluas 96.790 ha lainnya telah berubah menjadi semak-belukar dengan
dominasi jenis gelam dan rumput Zulfikar, 2006.
Ekosistem gambut yang dikenal sebagai Hutan Rawa Gambut Merang
– Kepayang ini merupakan perwakilan dari hutan rawa gambut alami yang masih tersisa di Sumatera dan penyimpan karbon yang sangat penting.
Ekosistem ini juga berperan sangat penting sebagai koridor satwa yang berlalu lalang diantara Taman Nasional Sembilang dan Taman Nasional Berbak Noor dan Heyde, 2007.
Barkah 2009, melaporkan beberapa jenis satwa yang ada di kawasan ini, antara lain jenis mamalia besar, yaitu Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae, Tapir asia Tapirus
indicus dan Beruang madu Helarctos malayanus, serta 27 jenis burung. Sedangkan flora ditemukan sebanyak 178 spesies dari 42 suku. Berdasarkan hasil survey vegetasi khusus di
Kubah Gambut Merang ex-areal Merang REDD++ Pilot ProjectMRPP pada bulan Juni 2009 Barkah, 2009, pada 30 plot di 6 lokasi dengan luas total areal contoh sekitar 1.6 Ha,
ditemukan sebanyak 1.629 individu yang terbagi ke dalam 84 jenis dan sedikitnya 25 suku. Beberapa jenis vegetasi yang cukup penting dan dilindungi, yang ditemukan di areal Hutan
Rawa Gambut Kubah Gambut Merang dan sekitarnya, ditunjukkan dalam Tabel 4.5.
S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 67 Sedangkan Bastoni 2000, melaporkan jenis-jenis tumbuhan pada tegakan tinggal hutan
rawa gambut di daerah Air Sugihan sejumlah 30 jenis pohon dari 21 famili Tabel 4.6.
Ekosistem ini juga menjadi sumber pemasok air utama bagi kedua kawasan taman nasional
tersebut, dimana sekitar 20 sungai mengalir dalam kawasan tersebut dan mengalirkan airnya ke kawasan taman nasional
Noor dan Heyde, 2007 . Lebih dari itu, masyarakat yang
tinggal di mintakat penyangga juga sangat bergantung kepada keberadaan dan jasa lingkungan yang disediakan oleh hutan rawa gambut tersebut.
Sedangkan kelompok HP Mangsang Mendis seluas 70.570 ha telah berubah menjadi rawa rumput dan semak-belukar
Zulfikar, 2006.
Tabel 4.5 Spesies penting dan dilindungi di areal Hutan Rawa Gambut MRPP dan sekitarnya.
No Nama Jenis
Suku Nama Lokal
Status
1 Alstonia pneumatiphora Apocynaceae
Pule Rawa LCNE
2 Anisoptera costata
Dipterocarpacea e
Mersawa EN
3 Calophyllum
pulcherimum Clusiaceae
Bintangur LCNE
4 Calophyllum soulatri
Clusiaceae Bintangur
LCNE 5
Camnosperma coriaceum
Anacardiaceae Terentang
LCNE 6
Cratoxylum arborescen Hyericaceae
Grunggang LCNE
7 Cyrtostacyis lakka
Arecaeae Palem merah
Dilindungi 8
Dialium indum Mimosaceae
Keranji LCNE
9 Durio carinatus
Bombacaeae Durian burung
LCNE 10
Dyera lowii Apocynaceae
Jelutung LCNEDilindung
i 11
Ganua motleyana Sapotaaceae
Nyatoh LCNEDilindung
i 12
Gonystylus bancanus Thymelaeaceae Ramin
VU 13
Knema spp. Myristicaceae
Dara ‐dara
Dilindungi 14
Kompassia malaccensis Mimosaceae MengrisKempa
s Dilindungi
15 Palaquium leiocarpum
Sapotaaceae Suntai
Dilindungi 16
Palaquium burckii Sapotaaceae
Balam Dilindungi
17 Santiria laevigata
Burseraceae Kenari Rawa
LCNE 18
Shorea parvifolia Dipterocarpacea
e Meranti
EN 19
Shorea teysmanniana Dipterocarpacea
e Meranti Bunga
EN 20
Shorea uliginosa Dipterocarpacea
e Meranti batu
VU 21
Tetramerista glabra Theaceae
Punak LCNE
Sumber : Barkah 2009
Keterangan : VU = Vulnerablerentan