S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 27 Berbeda dengan hutan lahan kering, pertanian di hutan rawa merupakan pertanian menetap.
Teknik budidaya pertanian di pantai timur Sumatera Selatan biasanya dilakukan oleh suku BugisBanjar. Mereka membudidayakan padi sebagai makanan pokok dan nanas yg cocok
di lahan dengan kemasaman tinggi.
3.1.4 Hutan mangrove
Provinsi Sumatera Selatan pernah mengalami laju deforestasi hutan mangrove yang tinggi dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia untuk kegiatan pertanian Ilman, et al., 2011.
Sekitar 7.500 hektar atau 30 dari luas awal hutan mangrove Sumatera Selatan dikonversi untuk kegiatan pertanian. Seluas 1.500 hektar di antaranya yang terletak di sepanjang
pantai Musi Banyuasin ditebang habis dan diubah menjadi lahan untuk padi dan hortikultura Ilman, et al., 2011. Konversi lahan untuk tambak udang secara ilegal juga diperkirakan
telah memusnahkan 18 dari sabuk mangrove di sekitar Semenanjung Banyuasin selama 1995-2000. Selain itu, pembangunan pelabuhan internasional di Tanjung Api-Api
menyebabkan perubahan dan dampak langsung pada ekosistem hutan mangrove seluas 4.000 hektar yang memiliki nilai ekologis penting bagi perikanan masyarakat setempat
Ilman, et al., 2011.
Seperti halnya yang terjadi pada ekosistem lain, ekosistem hutan mangrove juga mengalami ancaman, baik karena dinamika perubahan alam maupun aktivitas manusia seperti
overeksploitasi, konversi kawasan untuk peruntukan lain dan polusi Prasetyo, et al., 2015, Soegiarto, 2000, Erwin, et al., 2006, Setyadi, et al., 2006, FAO, 2007. Selain punahnya
ekosistem beserta keanekaragaman hayati terkandung di dalamnya, deforestasi ekosistem hutan mangrove juga menyebabkan emisi karbon sebesar 0,02-0,12 Pg per tahun, setara
dengan sekitar 10 emisi dari deforestasi global meski luasnya hanya 0,7 dari total kawasan hutan tropis Donato, et al., 2011.
Hutan mangrove menjadi tidak dominan di Sumatera Selatan. Pada kurun 2000 – 2015,
hutan ini tidak banyak berubah. Hanya sebagian kecil yang dikonversi menjadi lahan pertanian dan tambak Gambar 3.6 dan Gambar 3.7.
3.1.5 Riparian
Ekosistem riparian adalah ekosistem yang terbentuk di kanan kiri sungai. Ekosistem ini sangat penting karena mempunyai berbagai fungsi ekologis, diataranya : a sebagai habitat
dan koridor flora fauna Burger Burger, 2005, fungsinya akan sangat terlihat pada saat musim kemarau, b mencegah aliran permukaan masuk kedalam sungai sehingga
mengurangi total suspended solid TTS yang masuk ke perairan.
S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 28 Dengan menggunakan buffer sungai sepanjang 100 m, total areal riparian di Sumatera
Selatan seluas 195.757.4 hektar. Pada saat ini kondisi riparian sangat buruk karena hanya 8.7 17.089 Ha saja yang masih berhutan dan selebihnya adalah perkebunan, semak
belukar, lahan terbuka, pertambangan, pertanian lahan kering dan sawah, dan pemukiman. Dibandingkan dengan tahun 2000, luas hutan di riparian menurun sebanyak 1.6 .
Bila kita lihat lebih jauh, hutan riparian dapat diperinci menjadi hutan lahan kering, hutan rawa dan mangrove. Pade periode 2000
– 2015, tampak luas hutan lahan kering dan hutan rawa mempunyai kecenderungan turun digantikan dengan perkebunan dan hutan tanaman,
sedangkan hutan mangrove relatif tetap Gambar 3.8
Gambar 3.6 Konversi Hutan Mangrove di Provinsi Sumatera Selatan pada periode 2000- 2015
Gambar 3.7 Konversi Hutan Mangrove
Hutan Mangrove Hutan Rawa
Hutan Tanaman Perkebunan
Tambak Tanah Terbuka
Sawah Tubuh Air
Belukar Rawa
S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 29 Gambar 3.8. Trend perubahan riparian pada periode 2000 - 2015
3.2 Pertanian dan Perkebunan
Pola pertanian di Sumatera selatan dapat dibedakan menjadi pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
3.2.1 Tanaman Pangan
Pertanian tanaman pangan lebih jauh dapat dibedakan menjadi pertanian menetap dan berpindah. Pada pertanian berpindah, penanaman tanaman pangan hanya dilakukan
selama kurang lebih dua tahun, kemudian berpindah di ladang yang lain. Sedangkan ladang yang ditinggalkan dibiarkan menjadi hutan karetrubber jungle. Pertanian tanaman
pangan menetap banyak dilakukan di lahan rawa di pantai timur Sumatera Selatan, di kabupaten kabupaten Musirawas, Muba, OKI, Muara Enim, dan Banyuasin. Sebagian besar
lahan rawa ini adalah rawa gambut. Secara turun temurun bercocok tanam sistem Banjar tradisional telah dipraktekan di daerah ini. Pada lahan rawa dibuatkan saluran irigasi andil
untuk menurunkan ketinggian air di rawa gambut dan sekaligus alat transportasi yang terhubung dengan sungai besar. Pembuatan andil berukuran kecil dan banyak mampu
menahan air pada saat musim kemarau sehingga tidak terjadi kekeringan yang parah. Pola pertanian ini sangat mudah dikenali dari tampilan data citra satelit Gambar 3.9.
2000 4000
6000 8000
10000 12000
Th 2000 Th 2003
Th 2006 Th 2009
Th 2011 Th 2012
Th 2013 Th 2014
Th 2015 Lu
as Ha
Tahun Hutan lahan kering
Hutan mangrove Hutan rawa
Hutan tanaman Perkebunan
Linear Hutan lahan kering Linear Hutan rawa
Linear Perkebunan
S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 30 Gambar 3.9 Pertanian dengan komoditas padi di Rawa Lebak: a kenampakan dari citra
satelit landsat kotak merah; b kenampakan dari foto udara https:benyaminlakitan.comtagpadi
3.2.2 Tanaman perkebunan
Tanaman perkebunan di Provinsi Sumatera Selatan diantaranya adalah kelapa sawit, karet, kelapa, dan kopi. Diperkirakan terdapat 1 juta hektar perkebunan sawit, yang terdiri dari
55 perusahaan swasta dan 45 adalah rakyat. Perkebunan karet diperkirakan 1,2 juta hektar yang mayoritas adalah perkebunan karet rakyat 96 yang dikelola secara
tradisional dengan teknik agroforestry rubber jungle. Perkembangan luas perkebunan kelapa sawit disajikan pada Gambar 3.10. Tanaman perkebunan ini ditanam di berbagai
jenis tanah diantaranya lahan kering dan rawarawa gambut. Kelapa sawit dapat tumbuh baik di lahan kering ataupun basah. Dari data perkembangan kelapa sawit, ada
kemungkinan akan menggantikan perkebunan kelapa.
Gambar 3.10 Perkembangan luas perkebunan kelapa sawit
3.3 Hutan Tanaman
Dari data statistik kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, terdapat 21 usaha pemanfaatan hasil kayu-Hutan tanaman industri IUPHHK-HTI di Sumatera Selatan dengan areal seluas
1,38 juta hektar. Jenis tanaman yang dikembangkan pada perusahaan tersebut adalah akasia, eukalyptus dan jabon. Luas Hutan Tanaman Rakyat diperkirakan hanya sekitar 105
ribu hektar
http:www.forda-mof.org .
Luas hutan tanaman yang sudah ditanami menurut data Kementrian Kehutanan dan Lingkungan, mengalami fluktuasi, namun mempunyai kecenderungan meningkat
Gambar 3.11.