Kondisi Budaya SSBSAP BUKU UTAMA FINAL 20170508
S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 23 menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Hindu Sriwijaya yang kemudian ditundukkan oleh
Kerajaan Majapahit pada abad ke-13 Schnitger, 1964. Semenjak masa kerajaan itu, provinsi ini telah terkenal sebagai pusat perdagangan rempah dan getah perca gutta
percha. Introduksi karet dan kopi pada abad ke-19 di perkebunan negara, yang kemudian diadopsi oleh peladang berpindah juga telah merubah struktur lanskap Sumatera Selatan.
Akses ke pedalaman semakin baik ketika pada awal abad ke-20, ditemukan sumberdaya tambang batubara, timah, dan minyak. Perusahaan tambang batubara di Muara Enim Bukit
asam dan Migas di Pendopo dan Talang Akar telah beroperasi semenjak jaman kolonial Belanda VOC, yang dilanjutkan oleh Jepang hingga pada masa kemerdekaan pada tahun
1945. Pada tahun 1970 ketika awal implementasi PMDN dan PMA, beberapa konsesi hutan telah beroperasi. Pada awal 1990, hutan dataran rendah juga mulai dikonversi menjadi
hutan tanaman.
Menurut data yang dipublikasi oleh Badan Planologi Kehutanan, hutan dataran rendah pada tahun 2000 hanya 11.25 dari wilayah Provinsi Sumatera Selatan atau sebesar 0,99 juta
Ha. Jumlah ini terus menurun hingga mencapai 7,5 atau 0,65 juta hektar. Laju kehilangan hutan dataran rendah berkisar 22,500 hektar per tahun. Selain jumlahnya menyusut, hutan
dataran rendah juga terfragmentasi menjadi beberapa kelompok hutan. Bila dicermati lebih dalam, hutan lahan kering telah mengalami penurunan yang konsisten sejak 2000, hutan
rawa sejak 2009 sedangkan hutan bakau relatif tetap, namun dengan kualitas yang lebih rendah mangrove sekunder. Berbeda dengan hutan alam, sejak tahun 2000, hutan
tanaman terus mengalami kenaikan Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Kecenderungan perubahan luas hutan dataran rendah di Provinsi Sumatera Selatan
Pada periode 2000 – 2015, hutan lahan kering banyak berubah menjadi lahan pertanian
bercampur semak, semak belukar, dan lahan terbuka Gambar 3.2. Bentuk lahan pertanian
S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 24 ini merupakan ciri pertanian lahan berpindah. Petani dengan sistem lahan berpindah hanya
mengolah lahan kering dengan tanaman pangan selama kurang lebih dua tahun. Ladang tersebut kemudian dibiarkan bersuksesi dan ditumbuhi vegetasi sekunder dengan karet
menjadi pohon utamanya. Selama pembukaan lahan baru mereka mempraktekkan teknik tebas dan bakar terkontrol slash and burn. Teknik pembukaan lahan ini adalah bentuk
adaptasi dan strategi untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja pada sumberdaya lahan yang melimpah. Selain itu, hasil pembakaran juga dapat menambah kesuburan tanah di
lahan pertanian. Namun, teknik ini sering juga menyebabkan kebakaran yang sangat luas karena api menyebar tidak terkontrol.
Getah karet menjadi sumber pendapatan sedangkan kebutuhan pangan mereka dipenuhi dengan membuka lahan baru. Vegetasi sekunder dengan tanaman karet sebagai pohon
utama dikenal dengan istilah Hutan Karet Rubber Jungle. Walaupun tidak sekaya hutan lahan kering, keanekaragaman hayati habitat ini sangat tinggi. Selain itu, habitat ini juga
memiliki kemampuan menyimpan karbon yang mendekati hutan lahan kering sekunder.
Tipe hutan dominan setelah hutan lahan kering adalah hutan rawa. Tipe hutan ini dikonversieksploitasi setelah terbatasnya ketersediaan hutan lahan kering. Pada periode
2000 – 2015, sebagian besar hutan rawa telah dirubah menjadi pertanian lahan kering,
perkebunan sawit, hutan tanaman industri Acacia crasicarpa dan lahan terlantar berupa lahan terbuka dan semak belukar.
Berbeda dengan hutan lahan kering, pertanian di bekas hutan rawa merupakan pertanian menetap. Teknik budidaya pertanian di pantai timur Sumatera Selatan biasanya dilakukan
oleh suku BugisBanjar. Mereka membudidayakan padi sebagai makanan pokok dan nanas yg cocok di lahan dengan kemasaman tinggi.
Hutan mangrove tidak dominan di Sumatera Selatan. Pada kurun 2000 – 2015, hutan ini
tidak banyak berubah, namun mengalami penurunan menjadi mangrove sekunder, semak dan lahan terbuka. Hanya sebagian kecil yang dikonversi menjadi Hutan tanaman, lahan
pertanian dan tambak.
S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 25 Gambar 3.2 Konversi Hutan Dataran Rendah di Provinsi Sumatera Selatan pada periode
2000 – 2015