S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 53
4.1.3.2 Ekosistem hutan dataran rendah
Ekosistem hutan dataran rendah merupakan ekosistem hutan yang berada pada ketinggian kurang dari 1.200 mdpl berdasarkan klasifikasi Whitmore Whitten, et al., 2000. Ekosistem
ini tersebar hampir di seluruh wilayah Provinsi Sumatera Selatan yang mencakup kawasan hutan negara seluas 3,170,926 ha, kecuali di bagian barat daya yang merupakan dataran
tinggi pegunungan Bukit Barisan termasuk diantaranya Hutan Lindung Gunung Dempo dan ekosistem hutan pegunungan di Taman Nasional Kerinci Seblat. Ekosistem hutan dataran
rendah tersebut berada dalam kawasan hutan lindungHL 13 yang 32-nya berhutan; hutan produksi tetapHP 54 yang hanya 4-nya berhutan, hutan produksi terbatasHPT
7 yang 31-nya berhutan, hutan produksi yang dapat dikonversiHPK 5 yang 100 tidak berhutan, dan hutan konservasiHKKSA-KPA 21 yang 49-nya masih berhutan
hasil olahan data dijital SK No. 454MENLHKSETJENPLA.262016 dan Peta Penutupan Lahan Indonesia 2015. Data tersebut menunjukkan bahwa hanya 19 dari ekosistem
hutan dataran rendah di dalam kawasan hutan negara di Provinsi Sumatera Selatan yang masih berhutan.
Ekosistem hutan dataran rendah yang masih berpenutupan hutan alam sebagian besar berada di kawasan hutan produksi S. Kapas-Meranti dan kawasan Suaka Margasatwa
Dangku. Sebagian kecil dari kawasan hutan produksi S. Kapas dan kawasan hutan produksi Rawas Lakitan termasuk dalam kategori berbukit elevasi rendah. Eksistensi ekosistem hutan
dataran rendah di Provinsi Sumatera Selatan dapat dikatakan sebagai ekosistem hutan alam yang tersisa remnant forest. Berdasarkan hasil kajian risiko kehilangan biodiversitas,
maka ekosistem hutan alam yang tersisa di kawasan hutan produksi S. Kapas, S. Meranti, S. Rawas Lakitan, dan kawasan Suaka Margasatwa Dangku ini sudah termasuk dalam
kategori “critically endengered eco-floristic sectors” Laumonier, et al., 2010.
Kawasan Hutan Produksi Meranti adalah kawasan hutan produksi yang telah dialokasikan untuk kegiatan usaha pemanfaatan hutan produksi untuk hutan tanaman, dan kawasan
hutan produksi yang dikelola sebagai Restorasi Ekosistem Hutan Alam.
Hutan Harapan adalah kawasan hutan yang menjadi lokasi pertama usaha restorasi
ekosistem di hutan produksi. Secara keruangan, Hutan Harapan terbagi atas dua wilayah konsesi Sumatera Selatan 52.170 hektar dan Jambi 46.385 hektar. Wilayah Sumatera
Selatan mencakup kelompok hutan Sungai Meranti-Sungai Kapas Kabupaten Musi Banyuasin, sedangkan wilayah Jambi mencakup hulu Sungai Meranti - Hulu Lalan di
kabupaten Sarolangun dan Batanghari. Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.293Menhut-II2007, PT. Restorasi Ekosistem Indonesia PT. REKI diberikan hak
untuk mengelola areal IUPHHK kegiatan restorasi ekosistem pada kelompok hutan S. Meranti
– S. Kapas seluas ± 52.170 ha yang terletak di Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan Gambar 4.9.
S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 54 Kelompok hutan Hulu Sungai Meranti
– Hulu Sungai Lalan, pada umumnya merupakan areal hutan sekunder bekas tebangan. Berdasarkan interpretasi citra landsat TM 234, jenis
tutupan hutan pada areal calon lokasi restorasi ekosistem dikelompokkan sebagai berikut PT REKI, 2008:
a Hutan sekunder tinggi, yaitu hutan sekunder yang masing-masing memiliki stratifikasi vegetasi yang lengkap, penutupan tajuk berkisar antara 71
– 100 dengan rata-rata diameter pohon 20 cm. Hutan dengan kategori ini mencakup luas 21.661 ha 44,9 .
b Hutan sekunder rendah, yaitu hutan sekunder dengan penutupan tajuk 40 . Areal ini dikategorikan juga sebagai hutan yang sangat terdegradasi very degraded forest, yang
memiliki penutupan lahan bervariasi mulai dari semak belukar tumbuhan bawah, terutama pada areal bekas terbakar atau hutan dengan struktur vegetasi yang
didominasi oleh pohon tingkat pancang diameter 10 cm. Areal hutan dengan kategori ini mencakup luas 16.321 ha 33,9 .
c Hutan sekunder sedang, yang merupakan peralihan antara hutan sekunder rendah dan tinggi, yaitu penutupan tajuk berkisar 40
– 71 . dan struktur vegetasi didominasi oleh pohon tingkat tiang diameter 10-20 cm. Areal ini dikategorikan juga sebagai hutan
terdegradasi degraded forest. Areal hutan dengan kategori ini mencakup luas 10.250 ha 21,2 .
Gambar 4.9 Peta tutupan lahan Hutan Harapan Sumber: PT. REKI, 2015
Berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2006, sebagian besar areal hutan sekunder tinggi terletak di bagian Timur kelompok hutan hulu Sungai Lalan dan di bagian Barat
kelompok hutan hulu Sungai Meranti, sebagian kecil terletak secara berpencar pada
S
TRATEGI DAN
R
ENCANA
A
KSI
K
EANEKARAGAMAN
H
AYATI
P
ROVINSI
S
UMATERA
S
ELATAN
| 55 kelompok hutan hulu Sungai Kapas. Areal hutan sekunder rendah sebagian besar
membentang dari arah Barat Laut dan Timur Laut serta memanjang kearah Utara. Sementara itu, areal hutan sekunder sedang, sebagian besar berada pada peralihan antara
hutan sekunder tinggi dan rendah.
Sedangkan berdasarkan citra landsat 2013, komposisi tutupan hutan di seluruh wilayah Hutan Harapan Sumatera Selatan dan Jambi dapat dikelompokkan menjadi lima klasifikasi,
yaitu Hutan Sekunder Tinggi HST seluas 33.321 Ha 34,0 , Hutan Sekunder Sedang HSS seluas 25.191 Ha 25,7 dan Hutan Sekunder Rendah HSR seluas 21.500 Ha
21,9 , dan sebagian kecil lahan terbuka dan belukar seluas 13.803 Ha 14,1 .
Jenis pohon pada hutan sekunder tinggi didominasi oleh jenis pohon meranti Shorea spp, medang Litsea spp, dan balam Palaquium spp. Jenis pohon pada hutan sekunder
sedang didominasi oleh meranti Shorea spp, medang Litsea spp, dan kempas Koompasia excelsa. Beberapa jenis pohon termasuk kedalam jenis-jenis yang dilindungi,
diantaranya jelutung Dyera sp., surian Toona sp., bulian Eusideroxylon zwageri, dan tembesu Fagraea fragrans Prtomihardjo, et al., 2005.
Gagasan restorasi ekosistem di hutan produksi adalah untuk mengembalikan kecenderungan degradasi dan deforestasi agar hutan alam dengan ekosistem penting tetap
terjaga, baik fungsi dan keberadaannya. Inisiatif Hutan Harapan setidaknya menyelamatkan 20 ekosistem hutan dataran rendah yang tersisa di Sumatera pada tahun 2011.
Tantangan yang dihadapi saat ini dalam pengelolaan Restorasi Ekosistem di Hutan Harapan sebagai berikut:
- Perluasan kebun kelapa sawit secara yang dipicu ketersediaan pabrik pengolahan
kelapa sawit di daerah sekitar. -
Pengembangan usaha hasil hutan bukan kayu yang feasible dalam skala ekonomi yang mencukupi untuk membiayai pengelolaan berkelanjutan.
- Belum adanya insentif pengurangan pembayaraan PBB.
- Kebakaran lahan di areal yang digarap masyarakat.
- Kegiatan logging di bagian selatan yang terkait dengan keberadaan pabrik
pengolahan kayu di Sumatera Selatan.
Kawasan hutan Suaka Margasatwa Dangku adalah kawasan suaka alam yang
mempunyai ekosistem hutan dataran rendah yang dikelola oleh BKSDA Sumatera Selatan dengan sistem bloking. Kawasan Suaka Margasatwa Dangku ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan SK Menhut No. 866Menhut-II2014; tanggal 29 September 2014, dengan luas 47,997 ha. Secara administratif pemerintahan, SM Dangku berada dalam
wilayah Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan dan secara astronomis