Karakter Bioekologi Keanekaragaman Satwa

S TRATEGI DAN R ENCANA A KSI K EANEKARAGAMAN H AYATI P ROVINSI S UMATERA S ELATAN | 140 pada jenis Cucak Rawa Pycnonotus zeylanicus dengan status vulnerable. Penangkapan berlebihan dengan perangkap untuk diperdagangkan diperparah oleh hilangnya habitat BirdLife International, 2001. Dalam kasus ini penangkapan di alam mengakibatkan populasi menurun dengan sendirinya secara terus-menerus untuk memenuhi permintaan yang tinggi para pedagang tanpa diimbangi dengan kegiatan konservasi. Demikianlah, beberapa kebijakan pemerintah yang telah menyebabkan terjadinya pemanfaatan berlebihan pada keanekaragaman hayati, pembalakanpenebangan dan perburuan liar, juga kebakaran hutan dan lahan lihat Sub-bab 5.1.1 telah menyebabkan perubahan pada habitat dan kerusakan biofisik lingkungan. Belum ada mekanisme yang efektif untuk mewujudkan nilai global keanekaragaman hayati di hutan-hutan yang tak tergantikan. Fokus pemerintah nasional pada manfaat ekonomi jangka pendek telah mendorong luas penebangan hutan hujan dan konversi di Indonesia FWIGFW, 2002; Casson, 1999. Habitat tumbuhan dan satwaliar yang sudah terdegradasi bahkan berubah menjadi peruntukan lahan yang lain, yang kemudian menyebabkan terjadinya konflik antara satwa dan manusia. Kejadian-kejadian seperti satwaliar masuk kampung biasanya gajah dan harimau, satwaliar merusak kebun atau lahan pertanian warga, satwaliar mencuri hewan ternak, dll. sebenarnya merupakan akibat dari rusaknya habitat satwaliar maupun wilayah jelajah mereka oleh kegiatan manusia. Konflik ini menyebabkan korban di kedua belah pihak, satwa dan manusia. Pada awalnya satwaliar menjadi korban karena habitat ataupun wilayah jelajahnya terganggu. Kemudian manusia yang menjadi korban karena lahan pertaniannya terganggu bahkan manusia sendiri menjadi korban keganasan satwaliar yang mengamuk. Tetapi pada akhirnya, satwaliar yang menjadi korban binasa, karena diburu dan dibunuh oleh manusia. Akibatnya, status keanekaragaman hayati menurun. Pada tahun 2015 telah terjadi setidaknya tujuh kasus konflik satwa-manusia di lima kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan, yaitu Kabupaten OKU Selatan, Banyuasin, Musi Rawas Utara, Pagar Alam, dan Muara Enim. Konflik ini melibatkan empat spesies satwa, yaitu gajah Sumatera, buaya muara, beruang, dan harimau Sumatera. Korban berupa ± empat ekor gajah Kabupaten OKU Selatan, korban manusia meninggal Kabupaten Banyuasin, korban manusia luka Kabupaten Musi Rawas Utara, dan kerusakan ladang dan tanaman Kabupaten Banyuasin dan Muara Enim BKSDA Sumsel, 2016.

5.1.4 Kelemahan Penegakan Hukum - Pemanfaatan Berlebihan - PembalakanPerburuan Liar

Beberapa macam pelanggaran hukum terkait dengan status keanekaragaman hayati selama ini terjadi di Provinsi Sumatera Selatan, diantaranya perambahan kawasan hutan dan kawasan konservasi, pembakaran hutan dan lahan, pembalakan liar, peredaran kayu ilegal, perburuan satwaliar, dan peredaran tumbuhan dan satwa liar TSL termasuk S TRATEGI DAN R ENCANA A KSI K EANEKARAGAMAN H AYATI P ROVINSI S UMATERA S ELATAN | 141 penyelundupan. Perambahan kawasan konservasi pernah terjadi di Suaka Margasatwa SM Dangku. Perambahan ini ditangani dengan penghancuran pondok dan tanaman perambah, kemudian diadakan percepatan pemulihan dengan kegiatan rehabilitasi. Kawasan konservasi lain yang teridentifikasi rawan perambahan, adalah SM Gunung Raya, SM Padang Sugihan Gambar 5.6, SM Isau-isau, dan Hutan Suaka Alam HAS Gumai Tebing Tinggi. Pada kawasan konservasi ini telah dipasang papan-papan laranganinformasi BKSDA Sumsel, 2016. Gambar 5.6 Perambahan di SM Padang Sugihan Foto: BKSDA Sumsel, 2016 Walaupun telah diupayakan dengan serius oleh BKSDA Sumsel bekerjasama dengan pihak terkait, pelanggaran hukum terkait keanekaragaman hayati ini masih terus berlangsung. Penegakkan hukum masih tergolong lemah dengan minimnya jumlah tindakan pidana yang diproses di pengadilan. Pada tahun 2015, BKSDA Sumsel tidak berhasil menjerat satu kasus tindakan pidana lingkungan hidup dan kehutanan Tipihut dikarenakan berbagai hal BKSDA Sumsel 2016. Kelemahan penegakan hukum terhadap tipihut telah banyak disayangkan berbagai pihak. Vonis ringan yang diputuskan pengadilan terhadap para pelaku tindak pidana merupakan salah satu contoh lemahnya penegakan hukum Indonesia. Vonis ringan ini selain hukuman penjara yang singkat, juga berupa denda yang ringan dan sangat terjangkau, dibandingkan dengan harga satwaliar yang dijual. Hal ini tidak memberikan efek jera kepada para pelaku tipihut, sehingga mereka terus melakukan tipihut, karena keuntungan yang didapatkan lebih besar daripada risikonya. S TRATEGI DAN R ENCANA A KSI K EANEKARAGAMAN H AYATI P ROVINSI S UMATERA S ELATAN | 142

5.1.5 KeuntunganNilai Ekonomi

Keanekaragaman Hayati - PembalakanPerburuan Satwaliar - Pemanfaatan Berlebihan - OkupansiKonversi Lahan - Kebakaran Hutan dan Lahan - PerubahanKerusakan Biofisik - Pencemaran Lingkungan, Konflik Satwa-Manusia Keanekaragaman hayati adalah kekayaan alam yang tidak ternilai harganya. Namun pada saat manusia memberikan nilai terhadap keanekaragaman hayati, nilai tersebut menjadi salah satu pendorong terjadinya kelangkaannya. Hampir setiap hari ada berita tentang penangkapan pelaku perdagangan dan penyelundupan satwaliar, baik di lokasi perdagangan, seperti pasar, perumahan, dll. maupun di pintu-pintu masuk negara kita, seperti di bandar udara dan pelabuhan. Berita tersebut dimuat di berbagai media massa, baik cetak maupun online, seperti Mongabay.co.id, Kompas.com, Merdeka.com, Tempo.com, TribunNews.com, Okezone.com, dll. Lembaga Protection of Forest and Fauna PROFAUNA menyebutkan bahwa perdagangan ilegal satwaliar dilindungi telah meningkat 70 pada semester pertama tahun 2015 dibandingkan pada semester yang sama tahun sebelumnya Aliansyah, 2015. Beberapa spesies tumbuhan dan satwaliar teridentifikasi dalam FGD penyusunan dokumen SeHati Sumsel memiliki permintaan pasar yang tinggi dan memiliki harganilai ekonomi yang tinggi. Spesies tumbuhan yang teridentifikasi memiliki permintaan pasar yang tinggi adalah jenis-jenis kayu dan getah, seperti tembesu Fragraea fragrans, meranti kuningmeranti bunga Shorea leprosula, jelutung Dyera costulata, gaharu Aquilaria malaccensis, dan rotan jernang Daemonorps spp.. Jernang adalah resin yang menempel dan menutupi bagian luar buah rotan dan telah dimanfaatkan sebagai bahan pewarna untuk vernis, keramik, marmer, peralatan dari batu, kayu, rotan, bamboo, kertas, cat, dll. dan juga dimanfaatkan sebagai bahan obat untuk diare, disentri, obat luka, asma, sipilis, berguna sebagai serbuk untuk gigi dan berkhasiat aprodisiak dan berbagai kegunaan lainnya Anonim, 2006; Grieve 2006 dalam Waluyo, 2008; Sahwalita, 2015. Jelutung, tembesu, dan meranti kuning dimanfaatkan kayu dan getahnya. Tembesu merupakan kayu primadona Sumatera Selatan untuk dijadikan bahan mebel. Sedangkan spesies tumbuhan yang teridentifikasi memiliki harganilai ekonomi yang tinggi adalah ramin Gonystylus bancanus, ulinbulian, onglenkulim Scorodocarpus borneensis, damar mata kucing Shorea javanica, jelutung, tembesu, dan gelam Melaleuca sp.. Spesies satwa yang teridentifikasi memiliki permintaan pasar yang tinggi di Sumatera Selatan adalah ikan semah Tor tambroides, ikan tapah Walego waleri, ikan belida Chitala lopis, trenggiling Manis javanica, rusa Rusa spp., Cervus spp., belangkas Tachypleus gigas, labi-labi Dogania subplana, kambing hutan Capricornis sumatrensis, harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae, beruang madu Helarctos malayanus, dan burung belibis Dendrocygna javanica. Sedangkan spesies satwaliar yang teridentifikasi S TRATEGI DAN R ENCANA A KSI K EANEKARAGAMAN H AYATI P ROVINSI S UMATERA S ELATAN | 143 memiliki harganilai ekonomi yang tinggi adalah ikan semah, ikan tapah, ikan belida, trenggiling, rangkong gading Rhinoplax vigil, rusa sambar Rusa unicolor, kambing hutan Capricornus sumatrensis, dan harimau Sumatera. Perdagangan satwaliar secara ilegal dipicu oleh permintaan pasar yang tinggi, terutama pada satwaliar dilindungi dan berbagai produk yang berasal dari spesies tumbuhan langka. Permintaan tersebut berasal dari luar negeri. Berbagai spesies burung diminati pembeli dari Timur Tengah dan Eropa, primata disukai pembeli dari Rusia dan Jepang, kadal Borneo disukai pembeli dari Jerman Argus, 2016a, paruh rangkong gading untuk dipasok ke Tiongkok Argus, 2016b, kukang jawa Nycticebus javanicus dan lutung jawa Trachypithecus auratus untuk dipasok ke Filipina Doaly, 2016, macan dahan dan beruang madu untuk dipasok ke Kuwait Putera, 2015, dll. Permintaan yang tinggi pada satwaliar dilindungi telah menyebabkan harga yang tinggi. Perdagangan satwaliar yang berhasil digagalkan menunjukkan harga yang fantastis baik untuk satwaliar hidup maupun bagian-bagian tubuhnya. Tabel 5.1 menunjukkan beberapa contoh harga satwaliar yang dikumpulkan dari beberapa media massa. Tabel 5.1 Harga Satwaliar No. Satwaliar Harga Tahun Lokasi Sumber 1 Awetan Harimau Sumatera utuh Rp 25-45 jutabuah 2015 Madiun Aliansyah 2015 2 Kulit Harimau Rp 25-45 jutabuah 2015 Madiun Aliansyah 2015 3 Tengkorak kepala harimau Rp 25-45 jutabuah 2015 Madiun Aliansyah 2015 4 Awetan kepala rusa Rp 25-45 jutabuah 2015 Madiun Aliansyah 2015 5 Awetan penyu sisik Rp 25-45 jutabuah 2015 Madiun Aliansyah 2015 6 Trenggiling hidup Rp 13 jutaekor 2015 Medan Deli Aliansyah 2015 7 Daging trenggiling beku Rp 120.000kg 2015 Medan Deli Aliansyah 2015 8 Sisik trenggiling 2015 Medan Deli Aliansyah 2015 9 Kukang jawa Rp 200- 500ribuekor 2016 Bandung Yudistira 2016 10 Gading gajah Rp 30 jutakg 2016 Jakarta Putera 2016 11 Cula badak Rp 300 jutabuah 2016 Jakarta Putera 2016 12 Penyu hijau Rp 350.000ekor 2015 Minahasa Doaly 2016 13 Macan dahan Rp 65 jutaekor 2015 Jakarta Putera 2015 14 Beruang madu Rp 75 jutaekor 2015 Jakarta Putera 2015 Berbeda halnya dengan spesies dilindungi, satwaliar tidak dilindungi perundang-undangan Indonesia namun termasuk dalam daftar satwaliar yang diatur perdagangannya secara internasional oleh CITES Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora telah ditetapkan harganya oleh Pemerintah Indonesia, melalui Peraturan