Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based Learning

63 Ilmu Pengetahuan Alam penelitian, menunjukkan bahwa model problem based learning mempunyai potensi dapat memenuhi harapan terbentuknya sebagian besar keterampilan atau kemampuan, karakter atau sikap yang diperlukan peserta didik dan berperan aktif di masa depan.

1. Pengertian

Terdapat berbagai deinisi dari PBL, beberapa di antaranya akan dikemukakan lebih lanjut. Torp dan Sage 2002 mendeinisikan PBL sebagai pembelajaran yang terfokus, terorganisasi dalam penyelidikan dan penemuan masalah-masalah nyata. Peserta didik ditantang sebagai penemu masalah dan pencari akar masalah. Untuk kepentingan tersebut, situasi dan kondisi pembelajaran sedapat mungkin menunjang kegiatan peserta didik dalam proses menjadi pembelajar mandiri. Sonmez dan Lee 2003 mendeinisikan PBL sebagai model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk mencari pemecahan masalah dalam dunia nyata permasalahan ‘terbuka’, secara mandiri atau dalam kelompok. PBL menantang peserta didik untuk mengembangkan keterampilan menjadi pembelajar mandiri. Permasalahan dapat dipilih dari eksploitasi keingintahuan peserta didik terhadap fenomena-fenomena dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, dengan menekankan pada penggunaan keterampilan berpikir kritis dan berpikir analitik. Savery 2006 menyatakan bahwa PBL adalah model yang menekankan pada pembelajaran berbasis student-centered, yang dapat memberdayakan peserta didik untuk melakukan penyelidikan, mengintegrasikan teori dan praktik, menerapkan pengetahuan dan keterampilannya untuk mengembangkan penemuan solusi atau pemecahan terhadap masalah tertentu. Ciri khas PBL adalah bahwa guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran, adanya tanggung jawab peserta didik untuk menjadi pembelajar mandiri dan pengarah diri sendiri dalam pembelajaran, dan adanya elemen- elemen penting dalam desain permasalahan yang ill-structured tidak tentu sebagai tenaga pendorong untuk melakukan inkuiri Gallagher, dkk., 1995. Problem Based Learning PBL dideinisikan oleh Hmelo-Silver 2004 sebagai model pembelajaran di mana peserta didik difasilitasi untuk belajar menemukan masalah dalam situasi permasalahan yang kompleks atau ill- structured problem, yang tidak hanya mempunyai satu macam solusi. Dalam model ini, peserta didik bekerja berkelompok secara kolaboratif untuk mengidentiikasi hal-hal yang mereka perlukan untuk belajar memecahkan masalah, mengarahkan belajar mandiri, mengaplikasikan pengetahuan baru mereka untuk permasalahan itu, serta mereleksi apa yang telah mereka pelajari dan keefektifan strategi yang telah mereka gunakan. 64 Buku Guru Kelas VIII SMPMTs Petunjuk Umum De Gallow 2001 mendeskripsikan PBL sebagai bentuk student- centered learning, ialah bentuk pembelajaran di mana setiap peserta didik memperoleh kesempatan belajar yang relevan dengan kebutuhan belajarnya. Bentuk pembelajaran yang demikian bukan berarti guru harus mengerti semua materi untuk diberikan kepada peserta didik dengan berbagai kepentingan, kebutuhan, dan karakteristiknya, melainkan lebih sebagai tutor yang menunjukkan apa yang telah peserta didik ketahui, apa yang belum, dan apa yang semestinya dicari, yang merupakan tanggung jawab masing- masing peserta didik. Pemberian tugas dan aktivitas yang menantang dan menuntut pemikiran peserta didik akan dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar mencari, menganalisis, dan menentukan jawaban terkait tugas dan aktivitas itu. Sockalingam dan Schmidt 2011 menjelaskan bahwa PBL didasarkan pada prinsip bahwa peserta didik tidak hanya memperoleh pengetahuan tetapi juga bahwa mereka tahu bagaimana menerapkan pengetahuan ini dalam situasi nyata. Pada pembelajaran PBL, peserta didik membahas dan menganalisis masalah dalam kelompok. Hal ini menyebabkan beberapa isu atau topik yang membutuhkan eksplorasi. Peserta didik kemudian menggunakan isu atau topik yang belum terselesaikan sebagai pedoman untuk mengarahkan kegiatan belajar mereka. Arends 2008 menjelaskan ciri-ciri PBL seperti berikut ini. a. Mengajukan pertanyaan atau masalah Problem Based Learning PBL mengorganisasikan pertanyaan dan masalah yang penting secara sosial dan secara pribadi bermakna bagi peserta didik. Pertanyaan dan masalah tersebut hendaknya terkait dengan situasi kehidupan nyata, diupayakan menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk pertanyaan dan masalah tersebut. b. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin Masalah aktual hendaknya dipilih untuk dikaji pemecahannya, yang dapat ditinjau dari berbagai segi, meskipun PBL berpusat pada mata pelajaran tertentu seperti IPA, matematika, atau IPS. Sebagai contoh, masalah pencemaran, dapat ditinjau dari segi biologi, ekonomi, kesehatan, sosial, dan sebagainya. c. Penyelidikan autentik Problem Based Learning PBL menghendaki peserta didik melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian masalah yang nyata. Peserta didik hendaknya menganalisis dan menentukan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen jika diperlukan, membuat 65 Ilmu Pengetahuan Alam inferensi dan merumuskan kesimpulan. Model yang digunakan tergantung pada masalah yang sedang dikaji. d. Menghasilkan dan memamerkan produk atau hasil karya Problem Based Learning PBL menuntut peserta didik untuk menghasilkan produk tertentu dalam berbagai bentuk seperti presentasi laporan, transkrip debat, model isik, video, program komputer, atau yang lain. Produk tersebut bertujuan untuk menunjukkan apa yang telah dilakukan peserta didik pada peserta didik-peserta didik yang lain. e. Kerja sama Problem Based Learning PBL juga dicirikan oleh adanya kerja sama antarpeserta didik, dalam bentuk berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama antarpeserta didik dapat memberikan motivasi untuk bekerja bersama dalam tugas-tugas yang lebih kompleks dan meningkatkan peluang untuk berbagi inkuiri dan berdialog untuk mengembangkan keterampilan sosial.

2. Dukungan Problem Based Learning