20 tumbuhan liar yang hidup di alam. Permasalah berikutnya, bahwa bududaya untuk
jenis-jenis tersebut sebagian besar juga belum diketahui tekniknya dan belum dilakukan budidaya, serta masih dipungut dari alam. Apabila laju pemungutan
langsung dari alam lebih cepat dari laju kemampuan alam untuk memulihkan populasinya, maka akan kelangkaan dan kepunahan spesies tumbuhan tersbeut
tidak dapat dielakkan. Permasalahan dalam konservasi tumbuhan secara umum, dan tumbuhan
obat khususnya adalah masalah budidaya tumbuhannya. Hingga saat ini belum menggairahkan petani, disebabkan kurangnya informasi dan publikasi hasil
penelitian mengenai teknik budidaya serta belum adanya sistem pemasaran hasil yang mantap. Selain itu penelitian sebagai upaya memperoleh data dasar yang
diperlukan bagi pelestarian pemanfaatan tumbuhan potensial mulai dari penelitian bioekologi hingga teknik budidayanya dan eksplorasi bahan aktif yang berguna
belum dilakukan secara intensif. Salah satu perusahaan farmasi menyatakan bahwa penapisan screening tumbuhan potensial untuk memperoleh senyawa
yang berguna sangat mahal dan laju keberhasilannya rendah. Untuk mengatasi hal tersebut maka kegiatan harus dipusatkan dan pada umumnya screening tumbuhan
potensial banyak dilakukan di luar negeri walaupun bahan tumbuhannya berasal dari Indonesia Zuhud Haryanto 1991.
Keadaan yang dikemukakan di atas lebih memberikan gambaran mengenai belum terjalinnya kerjasama yang saling menguntungkan antara masyarakat petani
dengan perusahaan asing yang memegang monopoli harga bahan baku dan produknya. Selain itu budidaya tumbuhan obat dalam skala ekonomi belum
menjadi bagian kebudayaan dan kelembagaan para petani, khususnya di Indonesia.
III. KEADAAN UMUM LOKASI KAJIAN
A. Sejarah Kabupaten Sintang
Daerah Sintang pada tahun 1936 pernah berada dalam kekuasaan pemerintahan Belanda, merupakan lanschop di bawah naungan pemerintahan
Gouverment. Daerah lanschop ini terbagi menjadi 4 empat onderrafdeling yang dipimpin oleh seorang controleur atau gesagkekber, yaitu :
1. Onderafdeling Sintang, berkedudukan di Sintang. 2. Onderafdeling Melawi, berkedudukan di Nanga Pinoh.
3. Onderafdeling Semitau, berkedudukan di Semitau. 4. Onderafdeling Boeven Kapuas, berkedudukan di Putussibau.
Sedangkan daerah kerajaan Sintang yang didirikan oleh Demang Irawan Jubair I dijadikan daerah swapraja Sintang dan kerajaan Tanah Pinoh dijadikan
neo swapraja Tanah Pinoh. Pemerintahan Lanschop ini berakhir pada tahun 1942 dan kemudian tampuk pemerintahan di ambil alih oleh pemerintahan Jepang.
Pada masa pemerintahan Jepang, struktur pemerintahan yang berlaku tidak mengalami perubahan hanya sebutan wilayah kepala pemerintahan yang
disesuaikan dengan bahasa negara yang memerintah ketika itu. Kepala negara disebut Kenkarikan semacam bupati, sedangkan wakilnya disebut Bunkenkari-
kan,. disetiap kecamatan diangkat Gunco Kepala Daerah. Setelah adanya pengakuan kedaulatan dari pihak Belanda kepada pihak
Indonesia, kekuasaan pemerintahan Belanda yang disebut Afdeling Sintang diganti dengan Kabupaten Sintang, onderafdeling diganti dengan kewedanan, distric
diganti dengan kecamatan. Untuk menetralisir pelaksanaan UU No. 3 Tahun 1953, UU No. 25 Tahun 1956 dan UU No. 4 Tahun 1956 tentang pembentukan DPRD
dan DPR Peralihan, maka pada tanggal 27 Oktober 1956 dilaksanakan pelantikan keanggotaan DPRD Peralihan Kabupaten Sintang.
Sesuai dengan Keppres No. 6 Tahun 1959 tanggal 6 Nopember 1959, sebagai realisasi pelaksaan UU No. 3 Tahun 1953, maka daerah onderrafdeling
dihimpun kembali dalam satu tangan Bupati Kepala Daerah yang dibantu oleh Badan pemerintahan Harian yang kemudian di atur lebih lanjut dalam UU No. 18
Tahun 1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah.
22 Berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Sintang No. 14 Tahun 2000
pemerintah Kabupaten Sintang dibagi menjadi 21 pemerintahan kecamatan. Kemudian setelah adanya UU No. 43 Tahun 2003 pemekaran wilayah kabupaten
tentang pembentukan Kabupaten Melawi, sehingga Kabupaten Sintang menjadi 14 pemerintahan kecamatan, 6 kelurahan, 183 desa dan 638 dusun Badan Pusat
Statistik Kabupaten Sintang 2006 .
B. Letak dan Luas 1. Letak
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Sintang, Kabupaten Sintang terletak di bagian timur Propinsi Kalimantan Barat atau
diantara 1°05’ LU serta 0°46’ LS dan 110°50’ - 113°20’ BT, dilalui oleh garis khatulistiwa. Informasi tentang posisi geografis setiap kecamatan di Kabupaten
Sintang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Posisi geografis setiap kecamatan di Kabupaten Sintang
Nama Kecamatan Letak Astronomis
Garis Lintang Garis Bujur
Serawai 0°02’ LS-0°44’ LS
112°20’ - 112°51’ BT Ambalau
0°16’ LU-0°46’ LS 112°30’ - 113°20’ BT
Kayan Hulu 0°08’ LU-0°29’ LS
111°57’ - 113°30’ BT Sepauk
0°14’ LU-0°31’ LS 110°52’ - 111°22’ BT
Tempunak 0°09’ LU-0°26’ LS
111°14’ - 111°24’ BT Dedai
0°44’ LU-0°14’ LS 111°30’ - 111°39’ BT
Kayan Hilir 0°11’ LU-0°14’ LS
111°36’ - 112°15’ BT Sintang
0°09’ LU-0°02’ LS 111°21’ - 111°36’ BT
Sei Tebelian 0°04’ LU-0°22’ LS
111°22’ - 111°36’ BT Kelam Permai
0°02’ LU-0°20’ LU 111°33’ - 111°56’ BT
Binjai Hulu 0°06’ LU-0°18’ LU
111°20’ - 111°35’ BT Ketungau Hilir
0°13’ LU-0°37’ LU 111°13’ - 111°44’ BT
Ketungau Tengah 0°26’ LU-1°02’ LU
111°12’ - 111°44’ BT Ketungau Hulu
0°41’ LU-1°05’ LS 110°50’ - 111°20’ BT
Letak Keseluruhan 1°05’ LU-0°46’ LS
110°50’ - 113°20’ BT Sumber : BPS Kabupaten Sintang 2006
Secara administratif pemerintahan Kabupaten Sintang termasuk dalam wilayah propinsi Kalimantan Barat. Secara administratif, batas wilayah
Kabupaten Sintang adalah : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Serawak Malaysia Timur dan Kapuas Hulu
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kalimantan Tengah dan Kabupaten Melawi