Kesamaan Komunitas Tingkat Pohon

94 sedangkan jika dua komunitas yang dibandingkan berlainan maka nilai IS mendekati 0. yang dimodifikasi oleh Bray and Curtis 1957 dalam Magurran 1988. Wilayah hutan Suak I dan Suak II 2-3 memiliki kesamaan komunitas yang cukup tinggi IS50 pada semua tingkat pertumbuhan, hutan Sirang dengan Suak I, Suak II dan hutan Medang dapat dikategorikan memiliki kesamaan komunitas rendah IS40, kesamaan komunitas antara hutan Suak I dengan hutan Medang dan Suak II dengan hutan Medang dapat dikategorikan sedang pada tingkat pertumbuhan tiang IS mendekati 50, pada tingkat pertumbuhan semai, pancang dan pohon pada lokasi tersebut kesamaan komunitasnya tergolong rendah IS40. Data indeks kesamaan komunitas pada habitat sengkubak disajikan pada Tabel 27. Tabel 27 Indeks kesamaan komunitas pada habitat sengkubak hutan sekunder di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat Indeks kesamaan komunitas Index of Similarity Habitat sengkubak Semai Pancang Tiang Pohon Ht. Adat I Sirang – Ht. Karet alam campuran I Suak 0.24 0.24 0.39 0.21 Ht. Adat I Sirang – Ht. Karet alam campuran II Suak 0.20 0.23 0.35 0.15 Ht. Adat I Sirang – Ht. Adat II Medang 0.22 0.23 0.39 0.15 Ht. Karet alam campuran I Suak – Ht. Karet alam campuran II Suak 0.53 0.51 0.62 0.51 Ht. Karet alam campuran I Suak – Ht. Adat II Medang 0.27 0.33 0.47 0.40 Ht. Karet alam campuran II Suak – Ht. Adat II Medang 0.35 0.36 0.48 0.33

3. Ancaman Kelestarian Sengkubak

Ancaman kelangkaan dan kepunahan spesies tumbuhan, terutama tumbuhan obat, lebih dikarenakan sebagian besar dari tumbuhan obat merupakan tumbuhan liar yang hidup di alam. Heyne 1950 dalam Zuhud dan Haryanto 1991, mengidentifikasi sebanyak 1040 spesies tumbuhan obatjamu di Indonesia sebagian besar berasal dari tumbuhan berbiji, yang sebagian besar merupakan tumbuhan liar yang hidup di alam. Permasalah berikutnya, bahwa budidaya untuk jenis-jenis tersebut sebagian besar juga belum diketahui tekniknya dan belum dilakukan budidaya, serta masih dipungut dari alam. 95 Apabila laju pemungutan langsung dari alam lebih cepat dari laju kemampuan alam untuk memulihkan populasinya, maka akan kelangkaan dan kepunahan spesies tumbuhan tersebut tidak dapat dielakkan. Penelitian dan informasi mengenai potensi, penyebaran, bioekologi dan teknik penangkaran tumbuhan secara umum dan tumbuhan obat khususnya masih sangat terbatas. Di lain pihak publikasi dan informasi mengenai hal tersebut sangat diperlukan guna mendasari upaya pelestarian pemanfaatan dan pengembangan usaha pemanfaatan tumbuhan obat khususnya melalui budidaya jenis. Keadaan ini menunjukkan bahwa peran lembaga ilmiah sangat diperlukan dan perlu ditingkatkan. Pemanfaatan plasma nutfah tumbuhan untuk berbagai keperluan manusia perlu diimbangi dengan upaya konservasnya, baik secara insitu maupun eksitu, agar tidak terjadi penurunan populasi dan keanekaragamannya Zuhud Haryanto 1991. Menurut BPS Sintang 2006, proporsi wilayah hutan di Sintang yang diperuntukkan untuk kepentingan hutan perlindungan dan pelestarian alamtaman nasional dan hutan lindung adalah 25,03 dari luas total hutan 3.227.900 ha. Sekitar 75 dari luas tersebut adalah untuk kepentingan hutan produksi terbatas, hutan produksi biasa, pertanian lahan kering dan hutan produksi yang dapat dikonversi. Dari proporsi seperti ini, jelas peluang dibukanya hutan-hutan yang tersisa masih tinggi. Di sisi lain, dalam pengelolaan hutan umumnya liana kurang diperhatikan. Hal ini berimplikasi pada spesies seperti sengkubak, karena bila tidak dikenal dan diketahui manfaatnya secara luas maka sengkubak lama-kelamaan akan punah bersamaan dengan punahnya spesies yang belum dikenali lainnya. Berkurangnya habitat sengkubak merupakan ancaman terhadap kelestariannya. Hilangnya pengetahuan tradisional umur respoden 50 tahun sebesar 53,33, pembukaan lahan-lahan hutan tembawang yang selama ini dikelola oleh masyarakat menjadi perkebunan sawit atau penggantian pola ladang karet alam menjadi hutan karet murni turut mengancam keberadaan habitat sengkubak di Kabupaten Sintang. Belum dilakukan budidaya sengkubak oleh masyarakat penggunanya menambah daftar panjang permasalahan yang mengancam kelestariannya.