Keanekaragaman Spesies Tumbuhan pada Habitat Sengkubak
90 Tabel 26 Lanjutan
Indeks Habitat Tingkat
Pertumbuhan N
S Dmg H’ J’
Semai 242
34 6,01
2,47 0,70
Hutan Adat II Pancang
152 45
8,76 3,42
0,90 Medang Tiang
132 38
7,58 3,14
0,86 Pohon
127 33
6,61 2,87
0,82 Keterangan :
N = Jumlah individu pada suatu habitat
S = Jumlah spesies tumbuhan pada suatu habitat
Dmg = Indeks Diversitas Margalef
H’ = Indeks keragaman Shannon-Wiener
J’ = Indeks kemerataan Shannon Evennes Shannon
Untuk mengetahui tingkat keragaman spesies di lokasi kajian, digunakan kriteria indeks Shannon-Wienner. Kriteria nilai indeks keragaman spesies
Shannon-Wienner Barbour et al. 1987 yang digunakan adalah : jika H’1 dikategorikan sangat rendah, 1H’
≤ 2 kategori rendah, 2H’≤ 3 kategori sedang, 3H’
≤ 4 kategori tinggi dan jika H’4 kategori sangat tinggi. Hutan adat I Sirang dan hutan karet alam campuran I Suak termasuk dalam
kategori sedang, hutan karet alam campuran II Suak dan hutan adat II Medang memiliki keragaman spesies termasuk dalam kategori sedang hingga tinggi.
Keragaman spesies tinggi terdapat pada hutan karet alam campuran II Suak pada tingkat pertumbuhan tiang 3,03 dan pada hutan adat II Medang pada tingkat
pertumbuhan pancang 3,42 dan tiang 3,14. Nilai keragaman tumbuhan secara keseluruhan terendah pada lokasi hutan Suak karet alam campuran I pada tingkat
pertumbuhan semai sebesar 2,09 dan tertinggi adalah pada tingkat pertumbuhan pancang pada hutan Medang yaitu sebesar 3,42.
Keragaman spesies yang tinggi merupakan indikator dari kemantapan atau kestabilan dari suatu tingkat pertumbuhan, dengan kata lain bahwa tingkat
pertumbuhan tiang pada Suak II dan pancang serta tiang pada hutan Medang mempunyai stabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat
pertumbuhan lainnya. Menurut Odum 1993 bahwa keragaman akan menjadi tinggi pada komunitas yang lebih tua dan rendah pada komunitas yang baru
terbentuk. Kestabilan yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat kompleksitas yang tinggi, yang disebabkan oleh terjadinya interaksi yang tinggi pula, sehingga akan
mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam menghadapi gangguan-
91 gangguan terhadap komponen-komponennya. Semakin tinggi nilai keragaman
jenis di suatu habitat, maka keseimbangan komunitasnya juga akan semakin tinggi. Diagram keragaman spesies pada semua tingkat pertumbuhan berdasarkan
indeks Shannon-Wiener disajikan pada Gambar 26.
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 4
Semai Pancang Tiang
Pohon
Tingkat Pertumbuhan spesies tumbuhan Inde
ks ke
ra g
a m
a n
sp es
ie s
Ht. adat I Sirang Ht. karet alam
campuran I Suak Ht. karet alam
campuran II Suak Ht. adat II Medang
Gambar 26 Indeks keragaman spesies pada habitat sengkubak Dari sudut pandang pengelolaan, tingginya keragaman spesies yang
diperlihatkan oleh hutan-hutan tropis merupakan dua sisi yang berbeda. Pada sisi positif, terdapatnya sejumlah besar sumber daya tumbuhan yang tersedia. Sisi
lainnya, akibat tingginya keragaman spesies, maka individu-individu biasanya terdapat dalam kepadatan yang sangat kecil. Apabila terdapat sejumlah besar
spesies, maka tiap spesies hanya terwakili oleh beberapa individu saja Peter 1994.
Indeks kekayaan spesies merupakan suatu indeks yang memberikan penjelasan tentang harapan menemukan spesies pada suatu komunitas tertentu.
Nilai kekayaan spesies dipengaruhi oleh banyaknya jumlah spesies dan jumlah individu yang terdapat dalam suatu komunitas. Secara keseluruhan nilai indeks
tertinggi pada lokasi hutan Medang pada tingkat pertumbuhan pancang yaitu sebesar 8,76 dan terendah pada hutan Sirang pada tingkat pertumbuhan pohon
yaitu sebesar 3,56. Hutan Medang memiliki nilai indeks kekayaan spesies tertinggi pada hampir semua tingkat pertumbuhannya, dan hutan Suak II
92 memiliki nilai indeks kekayaan tertinggi kedua setelah hutan Medang. Hutan
Sirang memiliki kekayaan spesies terendah dari keempat lokasi kajian. Harapan menemukan spesies lebih tinggi pada hutan Medang. Hutan Medang memiliki
jumlah spesies dan jumlah individu tertinggi dibanding ketiga lokasi lainnya, hal ini mempengaruhi nila indeks kekayaan spesiesnya menjadi lebih tinggi. Diagram
yang menunjukkan indeks kekayaan spesies pada habitat sengkubak disajikan pada Gambar 27.
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Semai Pancang
Tiang Pohon
Tingkat pertumbuhan spesies tumbuhan Inde
ks ke
ka y
a a
n M
a r
g a
le f
Ht. adat I Sirang Ht. karet alam
campuran I Suak Ht. karet alam
campuran II Suak Ht. adat II
Medang
Gambar 27 Indeks kekayaan spesies pada habitat sengkubak Nilai indeks kemerataan merupakan ukuran keseimbangan antara suatu
komunitas satu dengan lainnya. Nilai ini dipengaruhi oleh jumlah spesies yang terdapat dalam suatu komunitas Ludwig Reynolds 1988. Semakin tinggi nilai
keanekaragaman spesies di suatu habitat, maka keseimbangan komunitasnya juga akan semakin tinggi. Keseimbangan antara komunitas pada tingkat semai di
hutan Sirang mempunyai keseimbangan komunitas tertinggi sebesar 0,89, pada tingkat pancang hutan Medang mempunyai keseimbangan komunitas tertinggi
0,90, tingkat tiang di hutan Medang mempunyai keseimbangan komunitas tertinggi 0,864, dan pada tingkat pohon keseimbangan komunitas tertinggi
berada pada hutan Suak II yaitu sebesar 0,86 Gambar 28. Keempat lokasi penelitian yang merupakan habitat sengkubak memiliki
nilai keragaman spesies yang sedang hingga tinggi pada semua tingkat
93 pertumbuhan spesies berkisar 2,09-3,14, kekayaan spesies yang tinggi pada
tingkat pertumbuhan berkisar 3,56-8,76 dan kemerataan spesies yang bervariasi pada berbagai tingkat pertumbuhan mulai dari 0,66 tingkat semai hingga 0,90
pada tingkat pertumbuhan pancang.
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
0.7 0.8
0.9 1
Semai Pancang
Tiang Pohon
Tingkat Pertumbuhan spesies tumbuhan In
de ks K
e m
e r
a ta
a n
Hutan adat I Sirang Hutan karet alam
campuran I Suak I Hutan karet alam
campuran II Suak II Hutan adat II Medang
Gambar 28 Indeks kemerataan pada habitat sengkubak Variasi nilai indeks keanekaragaman pada berbagai tingkatan spesies
tumbuhan semai hingga pohon yang terjadi merupakan sesuatu yang berhubungan dengan karakteristik tempat tumbuh dan aktivitas yang
berhubungan di dalam komunitas hutan tersebut. Sejalan dengan pendapat tersebut, Bruenig 1995 menyatakan bahwa keanekaragaman spesies
berhubungan dan dibatasi kondisi tanah di mana terdapat zone perakaran, aerasi dan kelembaban tanah, kandungan hara dan kualitas humus. Kissinger 2002
menyatakan bahwa aktivitas yang terjadi pada suatu hutan relatif berpengaruh terhadap kondisi keanekaragaman yang ditampilkan.