Pengelolaan Hutan oleh Etnis Dayak

103 kebutuhan sosialnya ruang individu, keluarga dan masyarakat, kebutuhan spiritualnya tempat keramat, tempat pemakaman dan rumah ibadah, kebutuhan ekonominya hasil hutan, bahan baku dan kesempatan kerja dan kebutuhan fisik masyarakat makanan, bahan bakar, obat-obatan dan alat. Hutan merupakan sumber kebutuhan pokok dan ekonomi masyarakat, dari hasil menoreh karet di hutan karet alam, setiap bulan setiap keluarga suku Dayak Desa, Siberuang dan Sekujang Sintang dapat menghasilkan rata-rata 160 kg kulat getah karet atau setara dengan Rp. 1.120.000. Sebagian kebutuhan hidup dapat dipenuhi dengan mengelola hutan karet alam di samping kegiatan menanam padi di ladang yang tetap dilakukan untuk kebutuhan pangan sehari-hari. Masyarakat Dayak mempunyai pandangan perspektif yang berbeda terhadap hutan. Hutan dianggap sebagai sebuah ruang yang pernah dihuni oleh pendahulunenek moyang yang pengaruhnya terhadap hutan tersebut dapat dilacak kembali. Masyarakat mempunyai aturan tersendiri dalam pengelolaan hutan, ada sistem kepercayaan tradisional norma, tabu, dan praktek tradisional yang disepakati yang mendukung nilai dan membimbing sistem pengelolaan hutan yang dijalankan. Masyarakat memiliki pengetahuan yang luas terhadap hutan yang dikelola, masyarakat pengelola sangat paham peranan masing-masing pohon atau tumbuhan yang terdapat di dalam kawasan yang dikelola. Sebagai contoh masyarakat mengerti jenis pohon kempas Koompasia malaccensis sebagai tempat bersarangnya lebah, pohon kempelas Tetracera macrophylla berguna sebagai bahan amplas tradisional, pohon rambai hutan Sarcotheca macrophylla buahnya digunakan masyarakat sebagai pembersih kuku. Adanya pemahaman terhadap kegunaan dari masing-masing komponen yang terdapat dalam hutan yang dikelola, hal tersebut membuat masyarakat sangat mengerti bagaimana memperlakukan hutan yang dikelola. Tindakan yang diambil dalam pengelolaan hutan didasarkan atas pengetahuan dan pemahaman yang mendalam terhadap masing-masing komponen hutan. Keunggulan lain dari teknologi asli masyarakat Dayak dalam pengelolaan sumber daya alam hutan adalah adanya pola-pola pemanfaatan yang tergantung pada banyak sumber, baik kayu maupun non kayu sehingga tidak menimbulkan tekanan pada salah satu spesies tertentu Moniaga dalam Florus et al. 1994. 104 KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sengkubak [Pycnarrhena cauliflora Miers. Diels.] saat ini masih digunakan oleh sebagian masyarakat Dayak dan Melayu Sintang sebagai penyedap alami. Pengetahuan mengenai manfaat sengkubak untuk keperluan penyedap rasa, pengobatan, nilai magis dan pengetahuan terhadap bagian-bagian yang dapat digunakan daun, batang, buah, serta pengetahuan cara mengolah sengkubak sebagai penyedap rasa diremas, diiris, ditumbuk adalah berbeda antara etnis Dayak dan Melayu Sintang. Berdasarkan tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, asal etnis,jarak tempat tinggal pengguna sengkubak dengan tempat hidupnya sengkubak tidak berbeda antara Dayak dan Melayu dalam hal seringnya menggunakan daun sengkubak sebagai penyedap rasa, namun berbeda berdasarkan kelompok umur 15-54 tahun dan 54 tahun. Pengetahuan penggunaan sengkubak telah berkurang terutama di kalangan generasi muda etnis Dayak dan Melayu Sintang. 2. Kondisi populasi sengkubak P. cauliflora pada hutan sekunder di Kabupaten Sintang adalah memiliki kerapatan 14 indha, dapat ditemukan pada ketinggian 50-150 m dpl, cenderung menyebar secara berkelompok, berasosiasi positif dengan Hevea brasilliensis dan Syzygium zeylanicum untuk tingkat pohon, dengan Hopea dryobalanoides dan Palaquium rostratum tingkat tiang. Implikasi konservasinya adalah meningkatkan nilai sengkubak dan melakukan konservasi sengkubak secara insitu dan eksitu. Secara insitu dengan mempertahankan keberadaan hutan-hutan tembawang atau hutan karet alam campuran yang dikelola oleh masyarakat dengan melakukan kemitraan antara masyarakat, pemerintah, dan stakeholder lain Lembaga Swadaya Masyarakat, perguruan tinggi. Secara eksitu dengan mengembangkan budidayanya di luar habitat alaminya. Memberdayakan masyarakat sekitar hutan dalam pembudidayaannya dan melakukan pemanfaatan yang lestari terhadap sengkubak.

B. Saran

1. Perlu dilakukan peningkatan pemahaman arti pentingnya dan manfaat pelestarian sengkubak P.cauliflora terutama di kalangan generasi muda di Kabupaten Sintang. 2. Perlu dilakukan penelitian aspek budidaya sengkubak untuk menghasilkan bibit yang banyak dan berkualitas untuk kepentingan konservasi dan pemanfaatan oleh masyarakat. 3. Perlu dilakukan uji fitokimia untuk mengetahui kandungan bioaktif sengkubak untuk meningkatkan nilai atau pemanfaatan lainnya.