Strategi Konservasi Tumbuhan Konservasi Tumbuhan 1. Penyebab Kelangkaan dan Kepunahan Tumbuhan

18 Kegiatan pengawetan dapat dilakukan melalui dua macam kegiatan yaitu melalui konservasi secara insitu dan konservasi eksitu. Secara Insitu berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999, tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, maka pengelolaan di dalam habitatnya dapat dilakukan dalam bentuk identifikasi, inventarisasi, pemantauan habitat dan populasinya, penyelamatan jenis, pengkajian, penelitian dan pengembangan Dephutbun 1999a. Konservasi eksitu merupakan upaya pengawetan jenis di luar kawasan yang dilakukan dengan menjaga dan mengembangbiakan jenis tumbuhan dan satwa liar. Tempat yang cocok untuk melakukan kegiatan tersebut misalnya di kebun binatang, kebun raya, arboretum, dan taman safari. Dan kegiatan konservasi eksitu dilakukan untuk menghindari adanya kepunahan suatu jenis. Menurut Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, maka pengelolaan jenis di luar habitatnya dapat dilakukan dalam bentuk pemeliharaan, pengembangbiakan, pengkajian, penelitian,pengembangan rehabilitasi satwa, penyelamatan jenis tumbuhan dan satwa liar. c. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Dalam pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam hendaknya senantiasa tetap menjaga kelestarian fungsi kawasan, dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwaliar harus selalu memperhatikan kelangsungan potensi, daya dukung, keanekaragaman jenis tumbuhan, dan satwa liar tersebut. Pemanfaatannya dapat dilakukan dalam bentuk pengkajian, penelitian dan pengembangan, penangkaran, perburuan, perdagangan, peragaan, pertukaran, budidaya tanaman dan obat-obatan, dan pemeliharaan untuk kesenangan Dephutbun 1999b. Menurut Willson 1992, ada tiga unsur pokok yang dapat dilakukan sebagai strategi pelestarian keanekaragaman hayati termasuk di dalamnya strategi untuk melakukan konservasi terhadap tumbuhan adalah menyelamatkan keanekaragaman hayati yang ada, mempelajarinya dan menggunakannya secara berkelanjutan dan seimbang. Dalam hal mempelajari, berarti mendokumentasikan pengetahuan yang diperoleh dari apa yang dipelajari tentang suatu spesies 19 tumbuhan misalnya, dan memanfatkan pengetahuan tersebut untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Strategi konservasi sumber daya alam di era pelaksanaan otonomi daerah saat ini, dapat dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat yang berada di sekitar kawasan dengan membina perilaku produktif yang berwawasan lingkungan, serta meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola sumber daya alam tersebut, hal tersebut dapat dilakukan dengan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan Sudarmadji 2002.

3. Permasalahan Konservasi Tumbuhan

Hingga saat ini, spesies tumbuhan hutan tropika banyak memberikan kontribusi terhadap kebutuhan manusia salah satunya terhadap kesehatan. Sebagian besar bahan baku tumbuhan untuk keperluan tersebut merupakan hasil panenan dari alam, di lain pihak kebutuhan akan bahan baku tersebut terus- menerus meningkat. Apabila upaya pelestarian tidak dilakukan, dikhawatirkan akan terjadi kekurangan suplai bahan baku dan bahkan yang lebih parah adalah akan terjadi pemanenan berlebihan yang berakibat pada kepunahan spesies tumbuhan tertentu. Penelitian dan informasi mengenai potensi, penyebaran, bioekologi dan teknik penangkaran tumbuhan secara umum dan tumbuhan obat khususnya masih sangat terbatas. Di lain pihak publikasi dan informasi mengenai hal tersebut sangat diperlukan guna mendasari upaya pelestarian pemanfaatan dan pengembangan usaha pemanfaatan tumbuhan obat khususnya melalui budidaya jenis. Keadaan ini menunjukkan bahwa peran lembaga ilmiah sangat diperlukan dan perlu ditingkatkan. Pemanfaatan plasma nutfah tumbuhan untuk berbagai keperluan manusia perlu diimbangi dengan upaya konservasnya, baik secara insitu maupun eksitu, agar tidak terjadi penurunan populasi dan keanekaragamannya Zuhud Haryanto 1991. Ancaman kelangkaan dan kepunahan spesies tumbuhan, terutama tumbuhan obat, lebih dikarenakan sebagian besar dari tumbuhan obat merupakan tumbuhan liar yang hidup di alam. Heyne 1950 dalam Zuhud dan Haryanto 1991, mengidentifikasi sebanyak 1040 spesies tumbuhan obatjamu di Indonesia sebagian besar berasal dari tumbuhan berbiji, yang sebagian besar merupakan 20 tumbuhan liar yang hidup di alam. Permasalah berikutnya, bahwa bududaya untuk jenis-jenis tersebut sebagian besar juga belum diketahui tekniknya dan belum dilakukan budidaya, serta masih dipungut dari alam. Apabila laju pemungutan langsung dari alam lebih cepat dari laju kemampuan alam untuk memulihkan populasinya, maka akan kelangkaan dan kepunahan spesies tumbuhan tersbeut tidak dapat dielakkan. Permasalahan dalam konservasi tumbuhan secara umum, dan tumbuhan obat khususnya adalah masalah budidaya tumbuhannya. Hingga saat ini belum menggairahkan petani, disebabkan kurangnya informasi dan publikasi hasil penelitian mengenai teknik budidaya serta belum adanya sistem pemasaran hasil yang mantap. Selain itu penelitian sebagai upaya memperoleh data dasar yang diperlukan bagi pelestarian pemanfaatan tumbuhan potensial mulai dari penelitian bioekologi hingga teknik budidayanya dan eksplorasi bahan aktif yang berguna belum dilakukan secara intensif. Salah satu perusahaan farmasi menyatakan bahwa penapisan screening tumbuhan potensial untuk memperoleh senyawa yang berguna sangat mahal dan laju keberhasilannya rendah. Untuk mengatasi hal tersebut maka kegiatan harus dipusatkan dan pada umumnya screening tumbuhan potensial banyak dilakukan di luar negeri walaupun bahan tumbuhannya berasal dari Indonesia Zuhud Haryanto 1991. Keadaan yang dikemukakan di atas lebih memberikan gambaran mengenai belum terjalinnya kerjasama yang saling menguntungkan antara masyarakat petani dengan perusahaan asing yang memegang monopoli harga bahan baku dan produknya. Selain itu budidaya tumbuhan obat dalam skala ekonomi belum menjadi bagian kebudayaan dan kelembagaan para petani, khususnya di Indonesia.