71 hipotesis awal dimana jika harga semakin meningkat maka konsumen akan
mengurangi jumlah barang yang dikonsumsinya, karena berdasarkan keadaan dilapangan, dari hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata wisatawan yang
datang ke TWA Gunung Pancar berasal dari Jakarta sehingga biaya perjalanan yang dikeluarkan cukup besar. Namun tingginya biaya perjalanan tersebut tidak
mempengaruhi frekuensi kunjungan mereka karena TWA Gunung Pancar dianggap sebagai tempat wisata alternatif yang potensial serta lokasinya tidak
terlalu jauh dari Kota Jakarta dan harga karcis untuk masuk ke kawasan ini masih tergolong murah.
7.3.2 Tingkat Pendidikan
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan pengunjung memiliki koefisien negatif, dan berpengaruh nyata pada taraf 10 sehingga dapat
dikatakan tingkat pendidikan secara signifikan mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan TWA Gunung Pancar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan wisatawan maka akan cenderung menurunkan peluang rata-rata kunjungannya terhadap TWA Gunung Pancar. Hal tersebut diperkirakan karena
dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, wisatawan akan lebih memahami kondisi tempat wisata tersebut. Berdasarkan karakteristik pengunjung dimana
sebagian besar melakukan kunjungan wisata secara berkelompok, fasilitas wisata menjadi penting untuk diperhitungkan. Oleh karena itu, terdapat kecenderungan
untuk memilih berkunjung ke tempat wisata yang memiliki sarana dan prasarana lebih baik. Hal tersebut sesuai dengan keadaan di lapangan dimana masih kurang
memadainya sarana dan prasarana rekreasi yang ada di TWA Gunung Pancar.
7.3.3 Jenis Kelamin
72 Variabel jenis kelamin berpengaruh secara signifikan pada taraf uji 1 dan
mempunyai koefisien yang bertanda negatif. Jenis kelamin dalam model merupakan variabel dummy dimana angka 1 menunjukkan responden berjenis
kelamin laki-laki sedangkan angka 2 menunjukkan responden berjenis kelamin perempuan. Koefisien yang bernilai negatif menunjukkan bahwa individu berjenis
kelamin laki-laki akan cenderung untuk menurunkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan mereka. Hal ini disebabkan kurangnya aktivitas wisata yang cocok
untuk kaum laki-laki. Berdasarkan uraian di atas pengelola dapat mencoba untuk mengarahkan fokus aktivitas wisata dalam hal petualangan alam, wisata trackking,
camping maupun hiking yang cocok untuk kaum laki-laki.
7.3.4 Waktu di Lokasi
Waktu yang dihabiskan di lokasi berpengaruh nyata pada taraf uji 20 dan memiliki koefisien positif terhadap frekuensi kunjungan ke TWA Gunung Pancar.
Artinya semakin lama waktu yang dihabiskan individu di lokasi tersebut maka semakin meningkatkan jumlah kunjungan ke TWA Gunung Pancar. Hal tersebut
dapat disebabkan karena keindahan alam dan kesejukan udara yang ditawarkan TWA Gunung Pancar memberikan sensasi relaksasi bagi pengunjung yang datang
sehingga pengunjung merasa nyaman berada di lokasi. Oleh karena itu, mereka berkeinginan untuk kembali lagi ke tempat ini bahkan cenderung akan
meningkatkan frekuensi kunjungan mereka. Selain itu, sebagian besar pengunjung TWA Gunung Pancar berasal dari Jakarta yang memiliki permintaan tinggi
terhadap wisata back to nature atau wisata alam untuk menghilangkan kejenuhan selama beraktivitas di Kota Jakarta. Namun, tempat wisata dengan konsep wisata
alam sangat jarang ditemukan di Jakarta sehingga waktu yang dihabiskan
73 pengunjung di lokasi juga cenderung lebih lama dan TWA Gunung Pancar tetap
menjadi pilihan wisata potensial bagi pengunjung.
7.3.5 Lama Mengetahui Lokasi