73 pengunjung di lokasi juga cenderung lebih lama dan TWA Gunung Pancar tetap
menjadi pilihan wisata potensial bagi pengunjung.
7.3.5 Lama Mengetahui Lokasi
Lama mengetahui diartikan sebagai jumlah tahun atau lamanya wisatawan mengetahui keberadaan TWA Gunung Pancar. Variabel lama mengetahui tempat
wisata berpengaruh nyata pada taraf 10 dan mempunyai koefisien yang positif. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa semakin lama individu mengetahui
keberadaan TWA Gunung Pancar maka akan semakin meningkatkan peluang rata- rata frekuensi kunjungan. Hal tersebut sesuai dengan fakta dilapangan bahwa rata-
rata responden sudah mengetahui keberadaan TWA Gunung Pancar lebih dari 2 tahun dan memiliki kecenderungan untuk kembali lagi ke lokasi.
7.4 Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi TWA Gunung Pancar
Surplus konsumen merupakan proxy dari nilai keinginan membayar WTP terhadap lokasi rekreasi yang dikunjungi. Surplus konsumen dapat diduga
dengan pendekatan biaya perjalanan. Menurut Fauzi 2006, surplus konsumen bisa didapatkan dengan cara jumlah kunjungan kuadrat dibagi dengan dua kali
koefisien biaya perjalanan. Berdasarkan rumus tersebut, dan berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dengan pendekatan biaya perjalanan didapatkan
surplus konsumen atau nilai WTP pengunjung sebesar Rp 297.777,778 per individu per kunjungan. Perhitungan mengenai surplus konsumen ini dapat dilihat
pada Lampiran 5. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan WTP. Maka
dari itu, nilai tersebut dapat diperoleh dengan mengalikan nilai surplus konsumen yang telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan tahun 2010 yaitu sebesar
74 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA
Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator
kemampuan pengunjung yang sebenarnya masih mau membayar lebih mahal untuk berekreasi atau menikmati pemandangan alam di TWA Gunung Pancar. Hal
ini tentu harus disertai dengan peningkatan kualitas dari tempat wisata itu sendiri sehingga manfaat yang didapat baik bagi dari segi pengelola maupun pengunjung
TWA Gunung Pancar dari kegiatan rekreasi tersebut dapat mencapai optimum. Nilai ekonomi dari manfaat wisata menunjukkan bahwa TWA Gunung
Pancar memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Upaya pencapaian nilai ekonomi TWA Gunung Pancar salah satunya dapat dilakukan dengan menaikan
tiket masuk yang sesuai dengan keinginan membayar maksimal pengunjung. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan menambah fasilitas dengan berdasarkan
persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya.
VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM
GUNUNG PANCAR
Analisis terhadap prospek pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar
dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan aspek fisik, aspek sosial-