Surplus Konsumen Penelitian Terdahulu

19 Surplus Konsumen Garis Harga Q

2.9 Surplus Konsumen

Surplus konsumen merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi untuk mengestimasi nilai ekonomi. Surplus konsumen tersebut dapat diukur melalui formula : WTP ≈ Consumer Surplus ≈ Dimana nilai N adalah jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i dan b 1 adalah koefisien dari biaya perjalanan Fauzi, 2006. Menurut Nicholson 2002, surplus konsumen adalah ukuran nilai berlebih yang diterima oleh konsumen dari suatu barang melebihi dari yang mereka bayarkan. Surplus konsumen mengukur manfaat yang diterima konsumen dari partisipasinya di suatu pasar. Surplus konsumen dapat dihitung dengan mencari luas daerah di bawah kurva permintaan dan di atas harga. Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli untuk suatu produk dan kesediaan untuk membayar. Selain itu, surplus konsumen yang terkait dengan penilaian ekonomi untuk barang-barang sumberdaya dan lingkungan cenderung underestimated sehingga surplus konsumen haruslah selalu ditambahkan pada nilai pasar barang-barang dan jasa-jasa yang dikonsumsikan agar diperoleh estimasi yang sebenarnya manfaat ekonomi total dari barang dan jasa tersebut Hufschmidt et al., 1987. Gambar 2. Total Surplus Konsumen Sumber: Djijono 2002 P 20

2.10 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai penilaian ekonomi manfaat wisata dalam bentuk moneteruang sudah cukup banyak dilakukan sebelumnya. Walaupun demikian penelitian tentang penilaian ekonomi manfaat wisata masih perlu dilakukan karena penelitian mengenai penilaian ekonomi manfaat wisata akan memberikan hasil yang berbeda untuk waktu dan tempat yang berbeda serta variabel-variabel tidak bebas yang digunakan berbeda. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Raharjo 2002, Firandari 2009, dan Susilowati 2009 yang hampir seluruhnya mengestimasi nilai ekonomi manfaat wisata dengan menggunakan pendekatan biaya perjalanan travel cost method. Penelitian yang dilakukan oleh Raharjo 2002 mengenai menaksir nilai ekonomi taman hutan wisata Tawangmangu dengan metode biaya perjalanan menunjukkan bahwa biaya perjalanan tertinggi adalah 419.952,0 rupiah dan biaya perjalanan terendah adalah 3.000 rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa surplus konsumen per individu per tahun adalah 425.851,05 rupiah atau 186.776,78 rupiah per individu per satu kali kunjungan. Sehingga didapatkan nilai ekonomi taman hutan wisata Tawangmangu adalah sebesar 77.088.005.988,70 rupiah. Penelitian yang dilakukan oleh Firandari 2009 mengenai analisis permintaan dan nilai ekonomi wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan metode biaya perjalanan menunjukkan bahwa permintaan wisata Pulau Situ Gintung-3 dipengaruhi secara negatif oleh faktor biaya perjalanan dan jarak tempuh serta dipengaruhi secara positif oleh faktor lama mengetahui seseorang terhadap keberadaan Pulau Situ Gintung-3. Surplus konsumen pengunjung Pulau Situ 21 Gintung-3 sebesar Rp 28.985,51 per kunjungan dan nilai manfaatnilai ekonomi Pulau Situ Gintung-3 sebagai tempat wisata adalah sebesar Rp 3.373.130.755,00. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susilowati 2009 mengenai valuasi ekonomi manfaat rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda diketahui bahwa surplus konsumen berdasarkan metode biaya perjalanan individual sebesar Rp 24.926,00 per kunjungan dan selanjutnya didapat nilai ekonomi Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda sebesar Rp 3.193.579.412,00. Penelitian-penelitian terdahulu pada intinya membahas hal yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Adapun penelitian yang dimaksud adalah mengenai pengkajian fungsi permintaan wisata serta pendugaan nilai manfaat ekonomi berdasarkan surplus konsumen. Hal yang membedakan penelitian terdahulu dengan penelitian ini dilakukan di TWA Gunung Pancar yang lokasinya belum cukup dikenal oleh masyarakat dan merupakan tempat wisata yang sedang berkembang, sehingga penelitian ini juga mengkaji bagaimana prospek pengembangan wisata dari suatu taman wisata alam khususnya TWA Gunung Pancar. 22

III. KERANGKA PEMIKIRAN