84 terdapat pengunjung yang masih mampu dan bersedia membayar tiket masuk
sampai harga Rp 15.000,00. Menurut hasil wawancara dan kuesioner di lapangan, sebagian besar
pengunjung bersedia untuk mengeluarkan biaya tambahan jika berbagai fasilitas rekreasi ditambah dan ditingkatkan kualitasnya. Adapun bentuk fasilitas yang
menurut responden perlu ditingkatkan atau diperbaiki kualitasnya antara lain bangunan tempat beteduh pondokanshelter dan tempat beribadah. Sedangkan
fasilitas yang perlu ditambahkan adalah WC umum, penjual makanan, tempat sampag, dan tempat bermain anak playground. Pengelolaan yang baik dari TWA
Gunung Pancar sangat diperlukan untuk meningkatkan jumlah pengunjung di kawasan ini.
IX. KESIMPULAN DAN SARAN
9.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu :
1. Karakteristik sosial ekonomi pengunjung TWA Gunung Pancar yang paling
menonjol adalah pengunjung dengan usia antara 18-25 tahun, berasal dari
85 wilayah Jakarta, berstatus belum menikah, tingkat pendidikan terakhir SMA,
tingkat penghasilan Rp 1.000.000,00-Rp 3.000.000,00, mencapai lokasi TWA Gunung Pancar menggunakan kendaraan pribadi, membawa rombongan 1-4
orang, dan sebagian besar adalah laki-laki. Berdasarkan wawancara, pengunjung mengetahui keberadaan lokasi dari teman atau keluarganya,
sebagian besar pengunjung tertarik akan pemandangan alam di lokasi dan bermotivasi untuk berekreasi bersama keluarga. TWA Gunung Pancar sebagai
rekreasi alam dinyatakan aman, pelayanan oleh petugas dilakukan dengan baik, akses menuju lokasi mudah, kebersihan di lokasi perlu mendapat
perhatian, tidak terdapat masalah pencemaran udara, tidak terdapat masalah pencemaran air, dan tidak terdapat masalah terhadap tingkat kebisingan.
Sebagian besar pengunjung menganggap murah tiket masuk TWA Gunung Pancar dan mempunyai kesediaan membayar tiket sebesar Rp 3.000,00.
2. Dari hasil penelitian, terdapat lima faktor sosial ekonomi yang berpengaruh
terhadap fungsi permintaan rekreasi TWA Gunung Pancar. Kelima faktor sosial ekonomi tersebut adalah biaya perjalanan, tingkat pendidikan, jenis
kelamin, waktu di lokasi, dan lama mengetahui lokasi. 3.
Berdasarkan hasil perhitungan maka diketahui surplus konsumen berdasarkan metode biaya perjalanan individual sebesar Rp 297.777,778 per individu per
kunjungan dan selanjutnya didapat nilai ekonomi lokasi sebesar Rp 5.142.622.222,00.
4. Berdasarkan analisis prospek pengembangan wisata dengan pendekatan aspek
fisik TWA Gunung Pancar berpotensi dikembangkan untuk wisata alam dan wisata olahraga. Berdasarkan aspek sosial-ekonomi, kegiatan wisata di TWA
86 Gunung Pancar dianggap cukup memberikan manfaat dalam menambah
penghasilan dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Berdasarkan aspek spasial, penetapan status kawasan Gunung Pancar menjadi
taman wisata alam TWA menyebabkan pemanfaatan kawasan ini menjadi kawasan wisata dengan tetap mempertimbangkan keberlanjutan sumberdaya
alam yang tedapat di dalamnya sehingga kawasan TWA Gunung Pancar dibagi menjadi dua blok, yaitu blok pemanfaatan dan blok perlindungan.
9.2 Saran