65 Dengan menggunakan analisis switching value pada jumlah input
diperoleh bahwa pemanfaatan limbah batu bara akan memberikan pengembalian yang positif hanya jika jumlah input limbah batu bara lebih dari sepuluh ton, yang
dijelasakan pada Tabel 21.
Tabel 21 Biaya pemanfaatan limbah batu bara fly ash menjadi paving block
berdasarkan jumlah limbah yang lihasilkan
Jumlah Limbah ton
Produksi Paving block pcs
Total Penerimaan Rp
Total Biaya Rp
Keuntungan Rp
9 2320
3 480 000 3 920 069
5 069 10
2900 4 350 000
4 279 084 70 916
20 5510
8 700 000 8 149 020
550 980 30
5800 13 050 000
12 018 956 1 031 044
Sumber: Hasil Analisis Data 2014
Pertimbangan lainnya: 1.
Untuk memanfaatkan limbah B3, maka harus mendapatkan izin dari Kementerian Lingkungan Hidup. Izin pemanfaatan ini mencakup panduan
teknis pengelolaan dan pemanfaatan limbah, analisis mengenai dampak lingkungan, serta uji kelayakan produk agar sesuai dengan SNI. Karena fly
ash mengandung bahan berbahaya dan beracun yang berupa kimia, perlu diuji terlebih dahulu kandungan senyawa kimia, sehingga berpengaruh
pada sifat dan karakter paving block atau jenis semen yang digunakan sebagai bahan pencampur.
2. Pertimbangan 1 dan 2 mungkin akan berimplikasi pada bertambahnya
biaya-biaya yang harus dikeluarkan pada awal pelaksanaan proyek. 3.
Pemanfaatan fly ash juga berggantung pada kelas fly ash, karena peruntukan fly ash bisa berbeda jika kelaspenggolongan fly ash berbeda,
sehingga perlu mengetahui jenis fly ash yang dihasilkan dan peruntukan yang diharapkan dari pemanfaatan fly ash tersebut.
7.2 Pertimbangan dalam Pengelolaan Limbah Sludge IPAL Kertas
Industri pulp dan kertas adalah salah satu industri yang berkembang di Indonesia dan menjadi komoditas unggulan ekspor Indonesia. Selain
menghasilkan produk utama, kegiatan ini juga menghasilkan limbah sludge yang dihasilkan dari endapan hasil pengolahan air limbah IPAL. Satu industri pulp dan
kertas dapat meproduki sludge berkisar 30-40 ton setiap harinya, sementara yang
66 dimanfaatkan hanya berkisar 12 ton Aritonang dalam Komaryati et al, 2009.
Itu artinya ada sekitar 18-28 ton limbah sludge yang belum dimanfaatkan. Jika limbah ini dibakar maka harus dibakar dengan incinerator yang berarti
membutuhkan biaya investasi yang tinggi, karena jika dibakar dengan cara biasa akan menyebabkan pencemaran udara. Sedangkan bentuk lain adalah dengan
dumping, namun juga beresiko karena limbah sludge umumnya berbau sehingga mengganggu kehidupan sosial di sekitar perusahaan. Selain itu, jumlah luas lahan
yang dibutuhkanpun akan sangat besar. Limbah sludge ini menjadi beban bagi perusahaan terutama karena karakteristiknya yang merupakan B3 karena
mengandung logam berat dan sianida, sehingga harus segera ditangani sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Pilihan penanganan limbah B3 ini adalah
bagaimana jika diserahkan ke pihak ketiga atau dimanfaatkan oleh para perusahaan penghasil limbah untuk pembuatan low grade paper.
7.2.1 Perhitungan Ekonomi Jika menyerahkan ke Pihak Ketiga
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari PT. X PT. X dalam hal ini adalah sebagai pihak ketiga, biaya yang harus dibayarkan oleh pelanggan untuk
menangani limbah sludge IPAL kertas tipping fee adalah Rp 600kg. Jika diasumsikan limbah yang dihasilkan setiap perusahaan adalah 23 ton per harinya,
maka biaya pengolahan limbah ditampilkan pada Tabel 22. Tabel 22 Biaya pengelolaan limbah sludge IPAL kertas oleh pihak ketiga
Sumber : Hasil Analsisis Data 2014
7.2.2 Perhitungan Ekonomi Jika Memanfaatkan Limbah Menjadi Low
Grade Paper
Sama halnya dengan pemanfaatan limbah batu bara, jika limbah sludge dimanfaatkan untuk menjadi low grade paper, maka keuntungan yang diperoleh
adalah biaya pengangkutan ke pihak ketiga yang dapat dihemat, serta penjualan produk. Low grade paper ini sendiri dapat dijual untuk berbagai kegunaan, seperti
pembuatan sol sepatu dan kemasan kardus packaging. Tetapi konsekuensinya adalah adanya biaya investasi dan operasional untuk proses pembuatan low grade
Alternatif Pengangkutan
Tipping Fee per kg material
Material Total Cost
Jasa Pihak ketiga Rp 600kg
18 ton Rp 10 800 000
67 paper. Jika setiap industri pulp dan kertas menghasilkan rata-rata limbah sludge
sebanyak 18 ton perhari dari jumlah sludge yang belum dimanfaatkan maka akan menghasilkan low grade paper sebanyak 5,4 ton perhari, karena untuk
mengubah sludge menjadi low grade paper kandungan airnya hanya sampai 30. Itu artinya ada pengurangan berat sludge ke kertas hingga 70. Jumlah mesin
kertas yang dibutuhkan adalah minimal empat unit karena kapasitas sebuah mesin cetak adalah 6 ton dengan umur teknis 8 tahun. Biaya-biaya dan jumlah
pemasukan pada Tabel 23 ini diperoleh dari PT. X. Tabel 23 Biaya investasi pemanfaatan limbah sludge IPAL kertas menjadi low
grade paper
No Komponen
Investasi Jumlah
Umur Teknis
teknis Harga Satuan
Rp Biaya Investasi
Total Rp Biaya
Investasi Harian Rp
1. Lahan dan
bangunan 620m
2
20 2 150 000
1 333 000 000 213 621,8
2. Bak
Pembuburan 4 unit
1 500 000
2 000 000 10 416,6
4. Mesin cetak dan
potong kertas 4 unit
8 550 000 000
550 000 000 220 352,5
5. Safety tools
helm, boots,dll 1 set
1 1 950 000
1 950 000 6 250
6. Peralatan
lain ember, gayung
1 set 1
575 000 575 000
1 843 Total Biaya Investasi
Rp 592 708
Sumber : Hasil Analisis Data 2014
Biaya Operasional : 1.
Jumlah tenaga kerja yang membantu proses produksi pemanfaatan limbah sludge menjadi low grade paper adalah sebanyak enam orang dengan upah
sebesar Rp 2 000 000 per orang setiap bulannya. Keenam tenaga kerja ini bertanggung jawab pada pengawas yang berjumlah dua orang dengan upah
tenaga kerja berdasarkan UMK Kabupaten Karawang Rp 2 447 450. Total biaya tenaga kerja adalah sebesar Rp 16 894 900 perbulan atau Rp 838 068,
769 perhari. 2.
Biaya maintanance berupa penggulungan mesin sebesar Rp 10 000 000mesin dalam setahun.
3. Kebutuhan listrik untuk kegiatan ini adalah sebesar Rp 1 000 000bulan.
Biaya operasional pemanfaatan limbah sludge IPAL kertas menjadi low grade paper dijelaskan pada Tabel 24.