59 tampung alat pengolah limbah, sehingga tidak hanya berfokus pada
keuntungan profit saja. 3.
Dengan perhitungan analisis switching value, usaha ini hanya akan menguntungkan pada skala ekonomis dimana jumlah limbah yang dikelola
minimal sama dengan 70 dari kapasitas alat pengolah karena apabila jumlah limbah B3 kurang dari itu, usaha ini menjadi tidak layak dijalankan.
4. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada aspek pasar, karakteristik
produk jasa pengolahan dan pemanfaatan B3 yang unik ini menjelaskan bahwa industri berbasis jasa pengolahan dan pemanfaatan B3 ini bersifat
monopolistik. Perusahaan dapat menentukan harga sendiri price maker yang diharapkan untuk memberikan keuntungan, sehingga hal ini menjadi
insentif dikembangkannya usaha ini. Namun dalam jangka panjang, hal ini akan menjadi insentif masuknya perusahaan-perusahan baru dalam industri
ini sehingga jika jumlah perusahaan yang masuk kedalam industri bertambah, hal ini akan menggeser permintaan pada suatu perusahaan
pengolah jasa tertentu, sehingga labanya akan berkurang bahkan akan mencapai ekuilibrium sama dengan nol.
60
VII. SKENARIO PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN YANG EFEKTIF
7.1 Pertimbangan dalam Pengelolaan Limbah Batu Bara fly ash
Peningkatan penggunaan jumlah batu bara sebagai bahan bakar tentu akan mengakibatkan peningkatan jumlah sisalimbah pembakaran yang biasa disebut
dengan fly ash. Menurut Badan Pusat Statistik BPS Pada tahun 2010 di Provinsi jawa Barat saja, penggunaan batu bara sebagai bahan bakar mencapai 1 140 984
266 kg dan meningkat terutama sejak kenaikan BBM pada 2013. Dan seperti yang dijelaskan sebelumnya, menurut Kementerian Lingkungan Hidup, setiap
pembakaran 1 ton batu bara akan menghasilkan sebanyak 15-17 abu batu bara fly ash. Itu artinya, dari pembakaran 1 140 984 266 kg batu bara maka akan
menghasilkan sekitar 182 557,5 ton abu batu bara untuk provinsi Jawa Barat saja. Jika abu batu bara ini didumping di landfill maka, membutuhkan luas lahan yang
sangat besar. Oleh sebab itu diperlukan tindakan untuk mengatasi permasalahan ini. Alternatif pemecahan permasalahan limbah batu bara ini adalah apakah
dengan menyerahkan ke pihak ke tiga, atau dengan memanfaatkan limbah ini sehingga memberikan nilai tambah.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari PT. X, setiap perusahaan harus menyerahkan limbah batu bara minimal 10 ton setiap harinya. Sehingga untuk
membatasi penelitian ini, setiap perusahaan diasumsikan memiliki limbah setidaknya 10 ton per hari.
7.1.1 Perhitungan Ekonomi Jika Menyerahkan ke Pihak Ketiga
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari PT. X PT. X dalam hal ini adalah sebagai pihak ketiga, biaya yang harus dibayarkan oleh pelanggan tipping
fee untuk menangani abu batu bara adalah Rp 200kg. Jika limbah yang dihasilkan adalah sebesar 10 ton setiap harinya, maka biaya total pengolahan
limbah ini dijelaskan pada Tabel 17. Tabel 17 Biaya pengelolaan limbah fly ash oleh pihak ketiga
Alternatif Pengangkutan
Tipping Fee per kg material
Material Total Cost
Jasa Pihak ketiga Rp 200kg
10 ton Rp 2.000.000
Sumber : Hasil Analsisis Data 2014