68 Tabel 24 Biaya operasional pemanfaatan limbah sludge IPAL kertas menjadi low
grade paper
No Komponen
Jumlah perbulan
Biaya Satuan Rp
Total Biaya Operasional
Rp Biaya Operasional
Harian Rp 1.
Tenaga kerja Pengawas
2 orang 2 447 450
4 894 900 376 530,769
2. Tenaga kerja
6 orang 2 000 000
12 000 000 461 538
3. Listrik
operasional 1 bulan
1 000 000 1 000 000
38 462 6.
Biaya maintenance
1tahun 10 000 000
40 000 000
128 205
Total Biaya Operasional
628 205
Sumber : Hasil Analisis Data 2014
Berdasarkan identifikasi biaya-biaya di tersebut, diperoleh total biaya penjumlahan dari biaya investasi dan operasional yang harus dikeluarkan setiap
harinya adalah sebesar Rp1 220 913. 7.2.3 Efektivitas Biaya Kedua Alternatif Penanganan Limbah
Sludge IPAL Kertas
Sama halnya dengan penanganan limbah fly ash, setelah kedua alternatif pengelolaan limbah sludge diidentifikasi dan dirumuskan, maka selanjutnya
adalah memuskan alternatif mana yang akan dipilih dengan kriteria biaya efektif. Cost biaya menunjukkan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menangani
sludge, sedangkan effectiveness efektivitas menyatakan jumlah sludge yang ditangani. Karena jumlah limbah yang dihasilkan sama namun biaya berbeda,
maka pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan cost-effectiveness ratio with fixed effectivenes. Sehingga, apabila kedua alternatif penanganan
limbah sludge dibandingkan alternatif A adalah apabila limbah diserahkan ke pihak ke tiga dan alternatif B adalah apabila limbah ditangani secara mandiri,
maka hasilnya terlihat pada Tabel 25. Tabel 25. Cost-Effectiveness with Fixed Identical Effectiveness for Sludge
Treatment
Cost and Effectiveness Alternatives
A B
Cost measure Rp 13 800 000
Rp 1 220 913 Effectiveness measure number of wastes
handled 18 tons
18 tons CE ratio cost per wastes handled
Rp 600kg Rp 67,8kg
EC ratio wastes handled per thousand rupiah
1,6 kg 14, 7 kg
Sumber : Hasil Analisis Data 2014
69 Berdasarkan Tabel 25, perbandingan Alternatif A terhadap B adalah sebagai
berikut:
�� ����� � �� ����� �
=
Rp 600 ��
Rp 67,8 ��
= 8.85 : 1
Dengan demikian, rasio efektivitas-biaya yang dikeluarkan untuk menangani per satuan kilogram limbah sludge dengan alternatif A akan lebih besar jika
dibandingkan dengan alternatif B, karena rasio biaya apabila menyerahkan ke pihak ketiga akan 8.85 kali lebih besar jika dibandingkan menangani sendiri.
Artinya, akan lebih efektif jika sludge diolah sendiri dengan memanfaatkannya menjadi low grade paper. Dengan demikian alternatif B lebih efektif secara biaya
dibandingkan dengan alternatif A. Karena pada alternatif B limbah sludge dimanfaatkan menjadi low grade
paper maka akan ada manfaat yang diterima jika memilih alternatif tersebut. Manfaat yang diperoleh adalah penjualan jumlah low grade paper yang
dihasilkan yaitu sebanyak 5.4 ton dikalikan dengan harga yaitu Rp 1000kg harga maksimal yang disarankan ditingkat distributor. Total penerimaan yang
diperoleh adalah sebesar Rp 5 400 000 per hari. Sehingga manfaat bersih selisih biaya dan manfaat jika mengolah limbah sludge adalah Rp 4 179 087, artinya jika
pemanfaatan limbah sludge menjadi low grade paper akan menguntungkan. Jika mengharapkan manfaat dari penjualan low grade paper dari
pemanfaatan sludge menjadi low grade paper, maka perlu mengetahui jumlah limbah yang akan memberikan keuntungan positif apabila dimanfaatkan karena
setiap industri kertas pada kenyataanya menghasilkan limbah sludge dalam jumlah yang berbeda-beda, bergantung pada jumlah produksi dan skala usaha setiap
perusahaan. Berdasarkan perhitungan pada Tabel 26, pemanfaatan limbah ini hanya akan bernilai positif jika limbah sludge yang dihasilkan minimal 2 ton
limbah setiap harinya.
70
Tabel 26 Biaya pemanfaatan limbah sludge IPAL kertas menjadi low grade paper
berdasarkan jumlah limbah yang dihasilkan
Jumlah Limbah Sludge yang
dihasilkan ton Produksi Low
Grade Paper ton
Total Penerimaan
Rp Total Biaya
Rp Keuntungan
Rp 2
0,6 600000
854 327 254 327
4 1,2
1 200 000 854 327
45 673 10
3,33 3 300 000
976 522 2 323 478
18 5,4
5 400 000 1 220 913
4 179 087 20
6,6 6 600 000
1 220 913 5 379 087
Sumber: Hasil Analsis Data 2014
7.3 Pertimbangan dalam Pengolahan Solvent
Pertimbangan dalam pengolahan solvent adalah dengan menggunakan jasa pihak ketiga berupa pembayaran atas pemakaian mesin penjernih atau dengan
investasi pembelian alat penjernih solvent. Kedua alternatif ini sama-sama membutuhkan seorang tenaga kerja, karena jika melibatkan pihak ketiga jasa yang
disediakan hanyalah pemakaian alat, sementara proses pengolahannya itu sendiri dilakukan oleh pelanggan, sedangkan jika investasi alat sendiri, perlu seorang
tenaga kerja untuk mengawasi atau pelaksana pengolahan solvent ini, sehingga diasumsikan biaya tenaga kerja sama dan tidak perlu dipertimbangkan.
Perbedaannya adalah, jika melibatkan pihak ketiga, residu hasil olahan abu B3 adalah menjadi tanggung jawab pihak ketiga. Tetapi jika memutuskan untuk
mengolah sendiri dengan investasi mesin, maka abu menjadi tanggung jawab pemilik, dan harus diserahkan ke badan yang berwewenang dalam mengolah
sisaan ini. Karena kapasitas maksimum pengolahan solvent ini adalah 200 liter setiap harinya, maka diasumsikan jumlah limbah yang ditangani adalah 200 liter.
Biaya jika menggunakan jasa pihak ke tiga ditunjukkan pada Tabel 27. Tabel 27 Biaya pengolahan solvent oleh pihak ketiga
Pengolahan Tipping Fee per kg material Material
Total Cost Menggunakan jasa
pihak ketiga Rp 1500liter
200 liter Rp 300 000
Sumber: Hasil Analisis data 2014
Sedangkan jika memutuskan untuk mengolah sendiri yaitu dengan investasi mesin penjernih umur teknis sekitar 15 tahun, maka biaya-biaya yang
dikeluarkan ditampilkan pada Tabel 28.
71 Tabel 28 Biaya investasi pengolahan solvent
Apabila kedua alternatif penanganan limbah solvent dibandingkan alternatif A adalah apabila limbah diserahkan ke pihak ke tiga dan alternatif B
adalah apabila limbah ditangani secara mandiri, maka hasilnya terlihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Cost-Effectiveness with Fixed Identical Effectiveness for Solvent Treatment
Cost and Effectiveness Alternatives
A B
Cost measure Rp 300 000
Rp 91 975 Effectiveness measure number of wastes
handled 200 liters
200 liters CE ratio cost per wastes handled
Rp. 1500liter Rp 459,875liter
EC ratio wastes handled per thousand rupiah
0,6 liters 2,17 liters
Sumber : Hasil Analisis Data 2014
Berdasarkan rasio biaya efektivitas biaya pada Table, perbandingan Alternatif A terhadap B adalah sebagai berikut:
�� ����� � �� ����� �
=
Rp 1500 ���
Rp 1533 ���
= 3.26 : 1 Berdasarkan perbadingan tersebut, dapat disimpulkan bahwa alternatif B lebih
efektif dibandingkan alternatif A dengan asumsi jumlah limbah sebesar 200 literhari karena biaya liter pengolahan solvent akan lebih kecil jika investasi alat
dibandingkan jika diserahkan ke pihak ketiga. Rasio biaya apabila menyerahkan ke pihak ketiga akan 3.26 kali lebih besar jika dibandingkan menangani sendiri.
No Komponen
Jumlah Biaya Satuan
Rp Total Biaya Harian
Rp 1.
Lahan dan bangunan 12 m2
2 150 000 4 134, 62
2. Mesin Penjernih
1 unit 150 000 000
32 051,282 3.
Listrik operasional mesin
1 bulan 500 000
19 230,769 4.
Biaya maintanance per tahun
1 tahun 11 350 000
36 378,205 Total Biaya
Rp 91 975
72 Karena jumlah limbah solvent yang dihasilkan oleh setiap perusahaan mungkin
saja berbeda, maka perlu diperhatikan alternatif mana yang efektif berdasarkan tingkatan jumlah limbah solvent setiap harinya. Berdasarkan Tabel 30, apabila
jumlah limbah kurang dari 60 liter, maka cost ratio lebih kecil jika meilih alternatif A dibandingkan dengan alternatif B.
Tabel 30. Cost-effectiveness with fixed identical effectiveness for Solvent treatment less than 60 liters.
Cost and Effectiveness Alternatives
A B
Cost measure Rp 90 000
Rp 91 975 Effectiveness measure number of wastes
handled 60 liters
60 liters CE ratio cost per wastes handled
Rp 1500liter Rp 1 533liter
EC ratio wastes handled per thousand rupiah
0,66 liters 0, 65 liters
Sumber : Hasil Analisis Data 2014
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 30 , perbandingan Alternatif A terhadap B adalah sebagai berikut :
�� ����� � �� ����� �
=
Rp 1500 ���
Rp 1533 ���
= 1 : 1.022 Dengan perbandingan tersebut, rasio biaya apabila mengolah sendiri dengan
investasi alat penjernih akan 1.022 kali lebih besar jika dibandingkan jika menyerahkan ke pihak ketiga. Dengan demikian, apabila jumlah limbah solvent
kurang dari 60 liter maka alternatif A lebih efektif dibandingkan alternatif B, dan sebaliknya apabila jumlah limbahnya lebih dari itu, maka alternatif B lebih efektif
dibandingkan alternatif A.
7.4 Pertimbangan dalam Penanganan Limbah Medis
Limbah Medis adalah merupakan limbah B3 juga, terutama karena sifatnya yang kimiawi, sehingga jika dibuang begitu saja akan membahayakan
keselamatan makhluk hidup dan lingkungan. Oleh karena itu, limbah ini harus ditangani segera. Limbah medis terbagi menjadi dua yaitu limbah cair dan padat.
Limbah padat seperti obat-obatan, pembalut, botol infus dan suntik masih sering dibuang begitu saja sehingga bercampur dengan sampah-sampah di TPA. Padahal
limbah ini harus ditangani secara khusus agar tidak bercampur dan justru