57 Sehingga, berdasarkan keempat kriteria penilaian tersebut, pengelolaan dan
pemanfaatan limbah B3 oleh PT. X layak untuk tetap dijalankan.
6.6 Analisis
Switching Value
Analisis switching value digunakan untuk mengetahui bagaimana keberlanjutan proyek ketika ada perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan
proyek yang mempengaruhi masa depan proyek. Dalam penilaian kelayakan usaha pengolahan dan pemanfaatan B3 ini, skenario yang diberlakukan adalah
perubahan jumlah B3 yang masuk ke perusahaan. Hal ini tidak saja mempengaruhi jumlah penerimaan dari pengolahan limbah, tapi juga jumlah
produk hasil pemanfaatan yang bisa dijual, karena jumlah limbah yang masuk akan mempengaruhi pemanfaatannya. Dengan menggunakan analisis switching
value hasil perhitungan pada Lampiran 2, usaha pengolahan dan pemanfaatan B3 ini akan hanya akan layak jika penurunan jumlah input masukan limbah B3
tidak kurang dari 30. Dengan kata lain jumlah masukan limbah haruslah minimal sama dengan 70 dari kapasitas alat pengolah, karena jika jumlah
limbah kurang dari itu, usaha ini menjadi tidak layak dijalankan, baik dari sisi penilaian NPV yang tidak lebih dari satu, dan nilai IRR yang tidak lebih dari
10,5, seperti yang dijelaskan pada Tabel 16. Tabel 16 Perubahan kriteria kelayakan ketika terjadi penurunan jumlah
masukan B3
No. Perubahan
Penurunan Jumlah B3
Kriteria Kelayakan NPV
Rp Net BC
IRR IRR
1. 25
Rp50.358.807.116 2
12
2. 30
Rp36.732.426.077
2 11
3. 35
Rp23.106.045.038
1 10
Hasil Analisis Data 2014
58
6.7 Pertimbangan dalam Pengembangan Usaha Pengelolaan dan Pemanfaatan B3
Kehadiran perusahaan-perusahaan yang mengolah dan memanfaatkan B3 membantu mengatasi permasalahan penanganan B3 yang selama ini menjadi
beban, baik bagi pemerintah maupun para pelaku usaha. Berdasarkan penilaian dari berbagai aspek di atas, usaha pengelolaan dan pemanfaatan B3 seperti ini
layak untuk dikembangkan, apakah itu oleh PT.X sendiri maupun oleh pelaku usaha lainnya, mengingat jumlah usaha ini masih kecil sementara peluang
pasarnya besar dan keuntungan ekonomisnya cukup besar disamping untuk membantu masalah lingkungan akibat B3 tersebut. Tetapi ada beberapa hal yang
menjadi perhatian jika akan mengembangkan usaha dengan basis jasa pengelolaan B3 ini. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1. Biaya-biaya yang diperhitungkan dalam perencanaan proyek ini adalah
biaya-biaya yang berkaitan secara langsung, sehingga ada biaya-biaya yang tidak dipertimbangkan seperti biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum proyek
dijalankan. Biaya-biaya yang dikeluarkan di awal pelaksanaan proyek misalnya adalah biaya memperoleh izin dan rekomendasi pengelolaan B3
yang dibebankan ke pemohon izin, meliputi biaya studi kelayakan teknis untuk proses perizinan. Perijinan agar pengolahan dan pemanfaatan proyek
bisa saja memakan waktu yang lama dan biaya yang besar karena selain masalah administrasi, setiap aktivitas usaha harus sesuai dengan syarat-
syarat yang ditetapkan seperti penilaian analisis dampak lingkungan amdal, uji coba hasil pengolahan dan pemanfaatan, serta kontrol hasil pengolahan
dan pemanfaatan secara berkala.Perizinan untuk usaha ini dijelaskan pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.18 Tahun 2009 tentang
Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 2.
Masalah penanganan limbah B3 ini adalah masalah yang serius karena karakteristiknya yang berbahaya dan beracun, sehingga dibutuhkan
pengetahuan dan keterampilan teknis masalah B3, dan ketaatan pada prosedurhukum yang ditetetapkan. Hal penting yang perlu diperhatikan
adalah masalah alokasi sumberdaya dan keputusan kapan limbah harus masuk dan keluar, pembatasan jumlah timbunan B3, kapasitas dan daya