11
2.1.1.3 Limbah Padat
Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa potongan kayu, serpihan logam, lumpur, kerak kotoran, kertas, serta debu yang sukar dihindari
karena sifat alami bahan baku tersebut yang tidak dapat diolah seratus persen menjadi produk jadi. Sumber-sumber limbah padat adalah pabrik plywood yang
menghasilkan limbah kayu, abu pembakaran dari ruang boiler, lumpur dari treatment pulp dan rayon, serta kemasan-kemasan pembungkus. Ginting, 2007.
Menurut Kristanto 2004, secara garis besar limbah padat dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
• Limbah padat yang mudah terbakar
• Limbah padat yang sukar terbakar
• Limbah padat yang mudah membusuk
• Debu
• Lumpur
• Limbah yang dapat didaur ulang
Sedangkan berdasarkan klasifikasi limbah padat serta akibat-akibat yang ditimbulkannya dibedakan menjadi :
• Limbah padat yang dapat ditimbun tanpa membahayakan
• Limbah padat yang dapat ditimbun tetapi membahayakan
• Limbah padat yang tidak dapat ditimbun
2.1.2 Biaya Pengendalian dan Penanggulangan Pencemaran
Untuk proyek-proyek yang menyangkut pengolahan dan pemanfaatan limbah, terdapat biaya pengendalian dan penanggulangan pecemaran. Oleh karena
pencemaran merupakan fenomena yang akan tetap ada sebagai akibat aktivitas ekonomi, maka dari prinsip ekonomi sumberdaya jalan terbaik adalah bagaimana
mengendalikan pencemaran ke tingkat yang paling efisien. Efisien yang dimaksud adalah Pareto improvement yang mengharuskan tidak ada pihak yang
memperoleh keuntungan dari pencemaran tersebut Fauzi, 2006. Biaya penanggulangan pencemaran merupakan biaya-biaya untuk
mengurangi volume limbah yang dibuang kedalam lingkungan, atau untuk memperkecil konsentrasi ambien. Biaya kegiatan pengolahan limbah dan
12 manajemennya disebut dengan biaya penanggulangan limbah abatement cost.
Hubungan antara volume limbah dengan biaya dijelaskan pada Gambar 2.
Pada Gambar 2 dijelaskan bahwa sumbu horisontal menunjukkan volume limbah yang dibuang dan sumbu vertikal menunjukkan besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk menanggulangi dampak pencemaran. Pada sumbu horisontal kurva biaya dimulai dari tingkat emisi yang tidak terkendalikan yaitu sebelum
adanya upaya penanggulangan pencemaran sama sekali. Itu sebabnya kurva miring dari kanan bawah ke kiri atas,yang menggambarkan peningkatan biaya
marjinal penanggulangan biaya pencemaran. Pada titik F pada BPM0 dengan biaya pencemaran setinggi OB0 volume limbah yang dibuang sebanyak OE0 dan
dengan biaya penanggulangan yang lebih rendah dari OB1 volume limbah yang terbuang menjadi OE1. Tinggi rendahnya biaya dipengaruhi oleh jenis limbah
yang terbuang, teknologi, dan kemampuan manajerial. Misalnya untuk menanggulangi pencemaran hingga berada pada tingkat E1 memerlukan biaya
yang lebih tinggi yaitu setinggi E1 H atau OB
1 1
pada kurva BPM
1
Suparmoko, 2000.
Menurut Kristanto 2004, biaya pengendalian dan penanggulangan pencemaran terdiri dari:
• Biaya pengadaan lokasi
• Biaya pengadaan peralatan
• Biaya tenaga listrik dan tenaga kerja
13 •
Biaya bahan penolong bahan kimia, bakteri, dan lain-lain •
Biaya pemeliharaan •
Biaya instalasi, bangunan, dan transportasi.
2.2 Landasan Hukum yang Mengatur Pengelolaan Limbah B3
Pelaksanaan pengelolaan limbah B3 harus dilakukan sesuai dengan dasar peraturan yang berlaku. Berikut ini adalah peraturan-peraturan yang mengatur
pengelolaan B3 : 1.
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, rancangan peraturan pemerintah mengenai Limbah B3, Pengelolaan Limbah B3, dan Dumping B3
dilakukan berdasarkan UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu:
a. PP tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun seperti yang
diamanatkan dalam Pasal 58 ayat 2 UU 322009. b.
PP tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun seperti yang diamanatkan dalam Pasal 59 ayat 7 UU 322009.
c. PP Dumping Limbah seperti yang diamanatkan dalam Pasal 60
ayat 3 UU 322009
5
2. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun: .
- Pasal 47 ayat 1 menjelaskan bahwa pengawasan pengelolaan
limbah B3 dilakukan oleh Menteri dan pelaksanaannya diserahkan pada insatansi yang bertanggunga jawab Bapedal.
- Pasal 47 ayat 2 menjelaskan bahwa pengawasan di ayat 1
meliputi pemantauan terhadap penataan persyaratan serta ketentuan teknis dan administratif oleh penghasil, pemanfaat, pengumpul,
pengangkut, pengolah dan penimbun limbah B3. -
Pasal 47 ayat 3 dan 4 menjelaskan bahwa tata laksana ditetapkan oleh Bapedal dan pengawas bertanggung jawab pada
Kepala Daerahtingkat I danatau Tingkat II.
5
See more at: http:www.menlh.go.idrancangan-peraturan-pemerintah-rpp-tentang-pengelolaan- bahan-berbahaya-dan-beracun-b3-limbah-b3-dan-dumping-limbah-b3sthash.zg4RZhPt.dpuf