Perhitungan Ekonomi Jika Memanfaatkan Limbah Menjadi Paving

63 Tabel 19 Biaya operasional pemanfaatan limbah menjadi paving block No Komponen Jumlah bulan Biaya Satuan Rp Biaya Variabel Total Rp Biaya Variabel Total Harian Rp 1. Tenaga kerja mekanik UMK 2 orang 2 447 450 4 894 900bulan 188 265 2. Buruh borongan 175pcs 507 500hari 507 500 3. Listrik operasional mesin 800 000 800 000bulan 30 769 4. Altras 12,42m 3 800 0007m 3 1 600 000hari 1 600 000 5. Semen 50kg 29 sak 60 000 1 740 000hari 1 740 000 6. Biaya maintenance 1x3 bulan 800 000 800 0003 bulan 10 256 Total Biaya Operasional 4 076 791 Sumber : Hasil Analsis Data 2014 Berdasarkan identifikasi biaya-biaya tersebut maka diperoleh total biaya investasi dan operasional yang harus dikeluarkan setiap harinya untuk menangani limbah batu bara adalah sebesar Rp 4 279 084 .

7.1.3 Efektivitas Biaya Kedua Alternatif Penanganan Limbah Fly Ash

Setelah kedua alternatif pengelolaan limbah fly ash diidentifikasi dan dirumuskan, maka selanjutnya adalah memutuskan alternatif mana yang akan dipilih dengan kriteria biaya efektif. Cost biaya menunjukkan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menangani fly ash, sedangkan effectiveness efektivitas menyatakan jumlah fly ash yang ditangani wastes handled. Karena jumlah limbah yang dihasilkan sama namun biaya berbeda, maka pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan cost-effectiveness ratio with fixed effectiveness. Sehingga, apabila kedua alternatif penanganan limbah fly ash dibandingkan alternatif A adalah apabila limbah diserahkan ke pihak ke tiga dan alternatif B adalah apabila limbah ditangani secara mandiri, maka hasilnya terlihat pada Tabel 20. Tabel 20 Cost-Effectiveness with Fixed Identical Effectiveness for Fly ash Treatment Cost and Effectiveness Alternatives A B Cost measure Rp 2 000 000 Rp 4 279 084 Effectiveness measure number of wastes handled 10 tons 10 tons CE ratio cost per wastes handled Rp 200kg Rp 427,91kg EC ratio wastes handled per thousand rupiah 5 kg 2, 3 kg Sumber : Hasil Analisis Data 2014 64 Berdasarkan Tabel 20, perbandingan Alternatif A terhadap B adalah sebagai berikut: �� ����� � �� ����� � = Rp 1500 ��� Rp 1533 ��� = 1 : 2.14 Dengan demikian, biaya yang dikeluarkan untuk menangani per satuan kilogram limbah fly ash akan lebih besar jika ditangani secara mandiri dibandingkan jika diserahkan ke pihak ketiga alternatif A, karena dari segi biaya, alternatif B lebih besar 2,14 kali dibandingkan alternatif A. Apabila anggaran biaya menjadi satu-satunya pertimbangan keputusan pengolahan limbah fly ash, maka penanganan oleh pihak ke tiga akan lebih efektif dibandingkan jika mengelola secara mandiri, karena setiap seribu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menangani jumlah limbah yang lebih banyak. Dengan demikian alternatif A lebih efektif secara biaya dibandingkan dengan alternatif B. Pemilihan keputusan berdasarkan biaya ini akan tepat pada kondisi dimana ketersediaan anggaran dalam penanganan limbah fly ash terbatas. Apabila berada pada kondisi anggaran tak terbatas, maka alternatif B akan lebih menguntungkan, sebab meskipun biaya persatuan limbah lebih besar, namun karena pada alternatif B limbah fly ash dimanfaatkan menjadi paving block maka akan ada manfaat yang diterima jika memilih alternatif tersebut. Manfaat yang diperoleh adalah penjualan jumlah paving block yang dihasilkan yaitu sebanyak 2900 pcs dikalikan dengan harga yaitu Rp 1500pcs harga maksimal yang disarankan ditingkat distributor. Total manfaat yang diperoleh adalah sebesar Rp 4 350 000 per hari. Sehingga manfaat bersih selisih biaya dan manfaat jika mengolah limbah batu bara adalah Rp 70 916 artinya jika limbah batu bara dijual dengan harga Rp 1500pcs, pemanfaatan limbah batu bara menjadi paving block akan menguntungkan. Setiap perusahaan menghasilkan limbah dalam jumlah yang berbeda, maka apabila memutuskan untuk memanfaatkan fly ash agar memperoleh keuntungan dari hasil penjualan produk, maka perlu diketahui sampai titik mana penggunaan input limbah batu bara akan memberikan pengembalian yang positif. 65 Dengan menggunakan analisis switching value pada jumlah input diperoleh bahwa pemanfaatan limbah batu bara akan memberikan pengembalian yang positif hanya jika jumlah input limbah batu bara lebih dari sepuluh ton, yang dijelasakan pada Tabel 21. Tabel 21 Biaya pemanfaatan limbah batu bara fly ash menjadi paving block berdasarkan jumlah limbah yang lihasilkan Jumlah Limbah ton Produksi Paving block pcs Total Penerimaan Rp Total Biaya Rp Keuntungan Rp 9 2320 3 480 000 3 920 069 5 069 10 2900 4 350 000 4 279 084 70 916 20 5510 8 700 000 8 149 020 550 980 30 5800 13 050 000 12 018 956 1 031 044 Sumber: Hasil Analisis Data 2014 Pertimbangan lainnya: 1. Untuk memanfaatkan limbah B3, maka harus mendapatkan izin dari Kementerian Lingkungan Hidup. Izin pemanfaatan ini mencakup panduan teknis pengelolaan dan pemanfaatan limbah, analisis mengenai dampak lingkungan, serta uji kelayakan produk agar sesuai dengan SNI. Karena fly ash mengandung bahan berbahaya dan beracun yang berupa kimia, perlu diuji terlebih dahulu kandungan senyawa kimia, sehingga berpengaruh pada sifat dan karakter paving block atau jenis semen yang digunakan sebagai bahan pencampur. 2. Pertimbangan 1 dan 2 mungkin akan berimplikasi pada bertambahnya biaya-biaya yang harus dikeluarkan pada awal pelaksanaan proyek. 3. Pemanfaatan fly ash juga berggantung pada kelas fly ash, karena peruntukan fly ash bisa berbeda jika kelaspenggolongan fly ash berbeda, sehingga perlu mengetahui jenis fly ash yang dihasilkan dan peruntukan yang diharapkan dari pemanfaatan fly ash tersebut.

7.2 Pertimbangan dalam Pengelolaan Limbah Sludge IPAL Kertas

Industri pulp dan kertas adalah salah satu industri yang berkembang di Indonesia dan menjadi komoditas unggulan ekspor Indonesia. Selain menghasilkan produk utama, kegiatan ini juga menghasilkan limbah sludge yang dihasilkan dari endapan hasil pengolahan air limbah IPAL. Satu industri pulp dan kertas dapat meproduki sludge berkisar 30-40 ton setiap harinya, sementara yang