Pengolahan Limbah B3 Aspek Teknis

47 recycle sovent dibutuhkan alat yang disebut dengan mesin penjernih solvent. Ketika perusahaan pelanggan ingin mengolah solvent, tenaga kerjanya haruslah dari perusahaan pelanggan sendiri, sehingga PT. X hanya menyediakan tenaga pengawas saja. Solvent yang sudah selesai dijernihkan dimasukkan ke dalam jerigenwadah yang juga disediakan oleh pelanggan sendiri, sedangkan abu sisa penjernihan yang telah dipisahkan diperlakukan sama seperti abu sisa pembakaran, yakni diserahkan ke pihak ketiga. Untuk mendukung kegiatan pengolahan limbah-limbah tersebut, alat-alat yang dibutuhkan dijelaskan pada Tabel 9. Tabel 9 Investasi Pengolahan Limbah B3 PT. X No. NamaTipe Spesifikasi Umur Teknis Jumlah 1 Incinerator Reciprocating Grate State Incinerator kapasitas limbah padat 300 kgjam dan limbah cair 100 literjam 10 tahun 1 unit 2 Mesin Penjernih Solvent solvent recovery machine ETA-RS 10, kapasitas 25Ljam 8 tahun 1 unit Sumber : PT. X 2014

6.2.3 Pemanfaatan B3

Limbah yang diterima oleh PT. X dapat dimanfaatkan menjadi produk, sehingga menjadi nilai tambah bagi perusahaan. Limbah-limbah hasil pembakaran dengan menggunakan batu bara sebagai bahan bakar berupa fly ash, bottom ash, dan sands foundry dimanfaatkan oleh PT. X menjadi paving block. Saat limbah ini diterima dari perusahaan pelanggan, limbah ditempatkan pada sejumlah luas ruang lahan secara terpisah. Kemudian limbah-limbah tersebut dicampur dengan menggunakan mesin pengaduk mixer bersama-sama dengan altras dan semen. Setelah pencampuran, adonan kemudian dimasukkan ke dalam mesin cetak batako mesin press yang memiliki kapasitas pencetakan 3000-4000 pcs setiap produksi nya. Setelah paving block dicetak, paving block kemudian dijemur di bawah sinar matahari, dan jika sudah kering paving block siap dipasarkan. Jika ternyata ada paving block yang rusak atau gagal dalam proses pembuatannya, paving block dihancurkan dengan crusher agar dapat digunakan kembali sebagai bahan campuran baru. 48 Untuk mengawasi proses produksi ini, dibutuhkan dua orang mekanik yang bertugas untuk mengawas dan mengambil keputusan-keputusan produksi, sedangkan untuk pengerjaan paving block dibutuhkan tiga sampai empat orang tenaga kerja yang dibayar dengan sistem borongan. Untuk mendukung proses pemanfaatan limbah menjadi paving block, PT. X juga mengeluarkan biaya-biaya investasi untuk pembelian peralatan seperti pada Tabel 10. Tabel 10 Investasi alat pemanfaatan limbah batu bara fly ash menjadi paving block PT. X No. NamaTipe Umur Teknis Jumlah 1 Mesin press batako 5 tahun 5 unit 2 Crusher 5 tahun 1 unit 3 Mixer 5 tahun 1 unit Sumber PT. X 2014 Pemanfaatan limbah sludge menjadi low grade paper dijelaskan sebagai berikut Limbah-limbah yang dibutuhkan untuk pembuatan low grade paper ini disimpan pada sejumlah ruang setelah limbah diangkuat dari perusahaan- perusahaan pelanggan. Kemudian limbah-limbah tersebut seperti sludge, scrap shaving, trimming shaving, dan karbit dicampur pada bak-bak pencampuran atau yang disebut dengan kempu sampai berbentuk bubur kertas dan diaduk dengan mesin pembuburan. Bubur kertas kemudian dipompa ke dalam mesin pencetak kertas, dan setelah lembaran kertas terbentuk, kertas dipotong-potong dengan ukuran tertentu, dikeringkan dan dipress, dan siap untuk dijual. Low grade paper biasanya dijual untuk pabrik sepatu untuk digunakan sebagai sol. Peralatan yang dibutuhkan untuk pembuatan low grade paper dijelaskan pada Tabel 11. Tabel 11 Investasi alat pemanfaatan limbah sludge IPAL kertas menjadi low grade paper PT.X No. NamaTipe Umur Teknis tahun Jumlah unit 1 Bak Pembuburan kempu 1 4 2 Mesin cetak kertas 8 14 Sumber: PT. X 2014 49

6.3 Aspek Hukum

Penilaian kelayakan aktivitas pengangkutan, pengolahan, dan pemanfaatan limbah B3 perlu dinilai dari aspek hukum, karena hal ini bukanlah bidang yang mudah untuk dijalankan terutama karena karakteristiknya. Aktivitas perlakuan pada limbah harus sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan agar tidak merugikan baik masyarakat luar, lingkungan, atau bahkan perusahaan itu tersendiri. PT. X tidak dapat beroperasi jika tidak mendapat ijin resmi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan untuk mendapatkan ijin, maka segala aktivitas yang dilakukan harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Perizinan untuk kegiatan pengolahan dan pemanfaaatan B3 dijelaskan pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Untuk pembangunan gedungbangunan tempat penyimpanan bahan berbahaya dan beracun di PT. X sejalan dengan yang diatur dalam UU No.28 tahun 2002 tentang bangunan gedung seperti jarak plant yang sejauh mungkin dengan aktivitas manusia, berada pada daerah bebas banjir sehingga mencegah terjadinya bercampurnya B3 dengan air dan terbawa keluar lingkungan. PT. X memang dekat dengan badan air tetapi memiliki perlindungan yang memadai. Selain itu, PT. X juga memenuhi syarat akses yang dapat dijangkau dengan mudah jika terjadi keadaan darurat seperti kemudahan pemadaman kebakaran, ambulans, atau keadaan tanggap darurat. Untuk pengangkutan limbah, telah ditetapkan bahwa limbah B3 hanya dapat diangkut oleh badan yang telah disetujui oleh Kementerian Perhubungan yang direkomendasikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup sehingga PT. X telah memenuhi persyaratan tersebut. Untuk kegiatan pengolahan limbah B3, sebelum diangkut limbah harus dipisahkan untuk mencegah reaksi yang kemungkinan terjadi jika bercampur tanpa memperhatikan sifatnya. Pemisahan limbah berdasarkan karakteristiknya, pewadahan, pemberian label pada kemasan seperti yang diatur dalam Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-05BAPEDAL091995 tentang Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun, yang juga mencakup pencataan segala limbah yang masuk dan keluar dari PT. X pada dokumen neraca limbah.