71 produksi lainnya seperti media tanam, pupuk, pot, obat tanaman, dan alat
pertanian. Sebagian besar bahan baku bibit tanaman yang digunakan perusahaan masih dipasok dari luar negeri. Saat ini bibitbenih untuk beberapa jenis tanaman
hias seperti adenium, agloenema, anthurium, philodendron, bonsai dan sansiviera sebagian besar masih dipasok dari Cina dan Thailand. Indukan beberapa tanaman
tersebut masih diimpor karena kurangnya ketersediaan bibitbenih yang berkualitas di dalam negeri. Adanya pandangan masyarakat bahwa produk impor
lebih bagus menjadikan perusahaan tetap mencari pasokan bibit dari luar negeri. Di samping itu, indukan tersebut merupakan input yang penting bagi perusahaan
untuk produksi tanaman hiasnya. Hal ini menjadikan pemasok mempunyai kekuatan tawar menawar yang kuat terhadap perusahaan.
6.1.5.4. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Konsumen Istana Alam Nursery terdiri dari pelanggan umum yang mencakup pedagang tanaman hias, kolektor dan hobiispecinta tanaman hias yang
jumlahnya tidak terhitung secara pasti. Untuk mengetahui jumlah konsumen yang pernah membeli produk perusahaan, Istana Alam mencoba membuat database
pelanggan yang memuat informasi tentang domisili pelanggan. Sebagian besar
konsumen Istana Alam berdomisili di wilayah Jabodetabek, selain itu juga ada yang berdomisili di pulau Jawa dan luar Jawa. Namun banyaknya pesaing yang
menawarkan produk yang hampir sama baik dalam konteks jenis maupun kualitas, serta tidak adanya suatu kerjasama atau kontrak yang mengikat antara perusahaan
dan pembeli mengakibatkan pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan
pilihannya diantara perusahaan tanaman hias yang ada. Selain itu, Istana Alam merupakan perusahaan baru dimana tingkat loyalitas pelanggannya masih belum
tinggi, sehingga kekuatan tawar menawar pembeli terhadap perusahaan cenderung masih kuat.
6.1.5.5. Persaingan diantara Pesaing yang Ada
Persaingan terjadi ketika beberapa usaha yang memproduksi barang yang sama atau mendekati sama bersaing satu sama lain dalam memperoleh pangsa
pasar di suatu wilayah pemasaran. Persaingan ini terlihat dengan adanya perusahaan yang bersaing satu sama lain dalam penetapan harga, kualitas produk,
promosiiklan, dan pelayanan kepada pelanggan.
72 Saat ini, jumlah pengusaha tanaman hias semakin meningkat seiring
dengan semakin berpotensinya usaha ini. Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu sentra tanaman hias, juga mengalami peningkatan jumlah pengusaha tanaman
hias. Pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa jumlah usaha tanaman hias pada tahun 2001 hingga 2006 mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu dari 20 unit
menjadi 126 unit. Jumlah tersebut belum termasuk usaha tanaman hias yang tidak mempunyai ijin SIUP dari Dinas Perindustrian. Jumlah yang tidak pasti ini juga
disebabkan karena usaha tanaman hias tidak dikenai pajak sehingga banyak perusahaan yang belum terdata.
Tabel 19. Jumlah Usaha Tanaman Hias di Jawa Barat Tahun 2001-2006
Tahun Jumlah Usaha Florikultur
2001 20 unit
2002 44 unit
2003 68 unit
2004 93 unit
2005 119 unit
2006 126 unit
Sumber: BPS 2007
Di kota Depok, jumlah usaha tanaman hias juga mengalami peningkatan Tabel 20. Pada tahun 2004 hingga 2005 jumlah usaha tanaman hias yang
beroperasi di kota Depok mengalami peningkatan dari 126 unit menjadi 144 unit. Jumlah usaha tanaman hias paling banyak terdapat di jalan Sawangan, yaitu 49
unit pada tahun 2004 dan meningkat menjadi 53 unit pada tahun 2005. Peningkatan terbesar terdapat di jalan Cinere yaitu sebesar 23,81 persen.
Kecenderungan tersebut menunjukkan bahwa jumlah usaha tanaman hias semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dimana semakin banyak usaha yang bergerak di
bidang yang sama maka kemungkinan persaingan akan semakin besar.
73
Tabel 20. Jumlah Usaha Tanaman Hias di Kota Depok Tahun 2004-2005
Lokasi Jumlah 2004
Jumlah 2005 Peningkatan
Jl. Sawangan 49
53 8,16
Jl. Kartini 13
16 23,08
Jl. Radar Auri 8
8 Jl. Beji
6 6
Jl. Limo 11
13 18,18
Jl. Cinere 21
26 23,81
Jl. Margonda Raya 18
22 22,22
Total 126
144 14,28
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok 2005
Selain itu, tingkat persaingan juga dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan industri. Pertumbuhan industri ini dapat diindikasikan dengan seberapa besar
pertumbuhan permintaan yang ada di dalam industri. Sampai saat ini belum ada data yang menunjukkan jumlah permintaan tanaman hias secara akurat. Namun
pertumbuhan permintaan ini dapat dilihat melalui pendekatan penjualan. Pasar yang ditangani oleh perusahaan sebagian besar mencakup wilayah Jabodetabek.
Untuk perkembangan permintaan tanaman hias di wilayah Jabodetabek dapat dilihat dari perkembangan volume terjual tanaman hias di Pusat Promosi dan
Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan di Rawa Belong Tabel 21. Jumlah volume penjualan pada beberapa jenis tanaman hias, sebagian besar mengalami
penurunan. Penurunan terbesar pada tahun 2006 terdapat pada jenis bunga rampai yaitu sebesar 46,23 persen, sedangkan pada tahun 2007 penurunan volume
penjualan terjadi pada jenis daun pelengkap yaitu sebesar 36,26 persen. Adanya penurunan ini mengindikasikan bahwa permintaan lokal tanaman hias di wilayah
Jabodetabek cenderung mengalami penurunan. Selain itu, pertumbuhan permintaan tanaman hias cenderung lebih lambat dibandingkan dengan
pertumbuhan penawarannya. Kemungkinan permintaan tanaman hias meningkat untuk pasar ekspor, hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai ekspor tanaman
hias pada tahun 2003-2006 yaitu dari 1.387.338 US menjadi 16.331.671 US. Namun perusahaan belum berorientasi pada pasar luar negeri, oleh karena itu
kondisi pasar lokal inilah yang dihadapi perusahaan dalam industri. Sehingga
74 dapat disimpulkan perusahaan menghadapi kondisi persaingan yang ketat dimana
semakin banyaknya pesaing yang berusaha memperoleh bagian pasar di dalam wilayah pemasaran lokal.
Tabel 21. Jumlah Volume Terjual Tanaman Hias di Pusat Promosi dan
Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan di Rawa Belong Tahun 2005-2007
Jenis Tanaman Hias
Jumlah Triwulan September - Oktober unit
Kenaikan Kenaikan
2005 2006
2007 2005-2006
2006-2007 Bunga Gunung
1.000.717 687.828
612.199 -31,27
-11 Daun Pelengkap
763.515 550.298
350.759 -27,93
-36,26 Bunga Rampai
412.079 221.579
225.964 -46,23
1,98 Anggrek
23.858 16.349
13.459 -31,47
-17,68 Sumber: Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan, Direktorat Budidaya
Tanaman Hias 2008
6.2. Analisis Lingkungan Internal