I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Selain mempunyai kontribusi dalam
peningkatan Produk Domestik Bruto PDB, pertanian juga berperan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat karena sebagian besar penduduk Indonesia
mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Menurut BPS 2005, jumlah penduduk miskin pada tahun 2004 mencapai 36,147 juta orang, dan 21,265 juta
58,8 di antaranya bekerja di sektor pertanian. Salah satu subsektor pertanian yang menyumbangkan kontribusi besar
terhadap penghasilan negara adalah subsektor hortikultura. Subsektor yang terdiri dari komoditas buah-buahan, sayuran, biofarmaka dan tanaman hias ini
menyumbangkan nilai PDB nasional yang terus meningkat pada tahun 2003-2008 Tabel 1. Dari tahun 2003 sampai 2007, total PDB nasional yang dihasilkan
berturut-turut adalah Rp 53,885 milyar, Rp 56,844 milyar, Rp 61,792 milyar, Rp 68,639 milyar dan Rp 76,795 milyar. Jika dihitung persentase peningkatannya
adalah berturut-turut sebesar 5,9 persen, 8,7 persen, 11 persen dan 11,9 persen. Untuk tahun 2008, nilai PDB hortikultura diramalkan akan meningkat menjadi Rp
80,292 milyar atau sebesar 4,55 persen. Hal ini menunjukkan bahwa subsektor hortikultura merupakan subsektor yang berpotensi baik untuk dikembangkan
karena prospeknya yang cerah untuk meningkatkan perekonomian Indonesia di masa mendatang.
Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode 2003-2008
Kelompok Nilai PDB Milyar Rp
Komoditas 2003
2004 2005
2006 2007
2008
Buah-buahan 28,246
30,765 31,694
35,448 42,362
42,660 Sayuran
20,573 20,749
22,63 2,694
25,587 27,423
Biofarmaka 565
722 2,806
3,762 4,105
4,118 Tanaman Hias
4,501 4,609
4,662 4,734
4,741 6,091
Total 53,885
56,844 61,792
68,639 76,795
80,292
Keterangan: Angka Ramalan Sumber:
www.hortikultura.deptan.go.id . 2008
2 Tanaman hias merupakan salah satu komoditas subsektor hortikultura
yang kontribusinya terhadap PDB nasional meningkat dari tahun 2003-2008. Angka ramalan data statistik menunjukkan bahwa kontribusi nilai PDB tanaman
hias pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp 6.091 milyar atau sebesar 28,5 persen. Peningkatan ini merupakan peningkatan paling besar dibandingkan
dengan komoditas lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas tanaman hias merupakan komoditas hortikultura yang cukup prospektif untuk dikembangkan.
Peningkatan kontribusi ini merupakan akibat dari semakin meningkatnya jumlah produksi tanaman hias di Indonesia. Pada Tabel 2 dapat dilihat jumlah
produksi beberapa jenis tanaman hias di Indonesia periode 2003-2007 yang secara umum mengalami peningkatan. Peningkatan produksi terutama terlihat pada
komoditas gerbera, heliconia, dan krisan. Komoditas lainnya yang juga diproduksi dan mengalami fluktuasi jumlah produksi adalah anggrek, anthurium,
anyelir, gladiol, mawar, sedap malam, dracaena, melati dan palem.
Tabel 2. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Periode 2003-2007
Komo- ditas
Satu -an
Produksi 2003
2004 2005
2006 2007
Anggrek Tk
6,904,109 8,027,720
7,902,403 10,903,444
9,484,393 Anthu-
rium Tk
1,263,770 1,285,061
2,615,999 2,017,534
2,198,990 Anyelir
Tk 2,391,113
1,566,931 2,216,123
1,781,046 1,901,509
Gerbera herbras
Tk 3,071,903
3,411,126 4,065,057
4,874,098 4,931,441
Gladiol Tk
7,114,382 16,686,134
14,512,619 11,195,483
11,271,385 Helico-
nia Tk
681,920 804,580
1,131,568 1,390,117
1,427,048 Krisan
Tk 27,406,464
27,683,449 47,465,794
63,716,256 66,979,260
Mawar Tk
50,766,656 61,540,963
60,719,517 40,394,027
59,492,699 Sedap
Malam Tk
16,139,563 37,516,879
32,611,284 30,373,679
21,687,493 Total
Tk 115,739,880
158,522,843 173,240,364
166,645,684 179,374,218
Dracaena Btg 2,553,020
1,082,596 1,131,621
905,039 2,041,962
Melati Kg
15,740,955 29,313,103
22,552,537 24,795,996
15,775,751 Palem
Phn 668,154
530,325 751,505
986,340 1,171,768
3
Keterangan: Tk = Tangkai Btg = Batang
Phn = Pohon Sumber:
www.hortikultura.deptan.go.id 2008 diolah
Tanaman hias tersebut diproduksi di beberapa propinsi di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2004 terdapat 15 propinsi penghasil
tanaman hias di Indonesia antara lain Sumatera Utara, Riau, Jambi, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Gorontalo. Propinsi Jawa Barat menempati urutan pertama sebagai sentra produksi tanaman
hias terbesar, diikuti oleh propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sentra produksi di propinsi Jawa Barat terdiri dari Kota Depok, Kabupaten Karawang, sebagian
Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi.
Peluang usaha tanaman hias tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga untuk pasar luar negeri. Hal ini mengakibatkan semakin
banyaknya pengusaha tanaman hias yang berorientasi ekspor. Peningkatan nilai ekspor tanaman hias dari tahun 2003 hingga 2006 dapat dilihat pada Tabel 3.
Peningkatan terbesar terlihat pada tahun 2003-2004 yaitu sebesar 830,79 persen, kemudian diikuti dengan peningkatan sebesar 16,36 persen pada tahun 2004–2005
dan 8,68 persen pada tahun 2005-2006.
Tabel 3.
Nilai Ekspor Tanaman Hias di Indonesia Periode 2003-2006
Komoditas Nilai Ekspor
US 2003
2004 2005
2006
Anggrek 1,054,894
1,325,954 1,430,296
1,232,199 Tanaman Hias Lainnya
332,444 11,588,485
13,597,114 15,099,472
Total 1,387,338
12,914,439 15,027,410
16,331,671 Peningkatan
- 830,79
16,36 8,68
Sumber: www.hortikultura.deptan.go.id
2008
Sebagai respon terhadap perkembangan peluang ekspor tanaman hias tersebut, saat ini Direktorat Jenderal Hortikultura telah mencanangkan gerakan
pengembangan sentra produksi tanaman hias pada wilayah-wilayah gerbang ekspor di tanah air. Gerakan ini dilakukan karena permintaan ekspor tanaman
4 hias terus meningkat, namun kuota permintaan sulit dipenuhi karena keterbatasan
jumlah dan luas produksi serta kurang terjaminnya kualitas dan kontinuitas produk
. Oleh karena itu perlu dikembangkan sentra-sentra produksi tanaman hias
berorientasi ekspor dalam skala yang luas dan dikelola secara intensif sehingga mampu menyediakan produk dalam jumlah cukup, berkualitas dan terjamin
kontinuitasnya.
1
Kota Depok merupakan salah satu sentra produksi tanaman hias yang ada di wilayah Propinsi Jawa Barat dengan jenis tanaman yang dikembangkan antara
lain anggrek, bougenville, cemara, palem, dracaena, cordeline, agloenema, adenium, dan anthurium. Jumlah total petani tanaman hias di kota Depok
mencapai 750 orang yang tersebar di enam kecamatan yaitu Sawangan, Pancoran Mas, Sukmajaya, Cimanggis, Limo, dan Beji. Sentra terbesar terdapat di
kecamatan Sawangan dengan jumlah kelompok tani mencapai 15 kelompok dan total petani sejumlah 250 orang. Menurut data Dinas Kebersihan dan Pertamanan
kota Depok tahun 2005, terdapat 53 unit usaha tanaman hias yang berdiri di kota ini. Salah satu perusahaan tanaman hias yang cukup besar di wilayah Depok
adalah PT Istana Alam Dewi Tara atau yang biasa disebut Istana Alam Nursery. Perusahaan ini bergerak di bidang produksi dan pemasaran tanaman hias.
Perusahaan ini baru didirikan pada November 2006 dan beroperasi pada tahun 2007, dengan konsep one stop shopping nursery yang berfokus pada bidang usaha
tanaman hias terlengkap dengan berbagai fasilitas penunjangnya. Sebagai pendatang baru, usaha ini menghadapi kondisi persaingan yang
cukup ketat dengan banyaknya usaha tanaman hias yang telah berdiri terlebih dahulu di lokasi ini. Secara khusus, Istana Alam menghadapi pesaing utama yaitu
Godongijo Nursery yang telah menjalankan usahanya sejak tahun 1999 dan memiliki konsep usaha yang hampir sama dengan perusahaan. Persaingan di
dalam industri mengakibatkan masing-masing perusahaan menerapkan berbagai strategi agar dapat bersaing baik dalam harga, kualitas, iklan, introduksi produk,
dan pelayanan terhadap pelanggan. Adanya persaingan ini mengakibatkan Istana Alam harus memiliki suatu keunggulan bersaing yang dapat meningkatkan posisi
1
[DITHIAS] Direktorat Budidaya Tanaman Hias. 2009 . Sentra Produksi Tanaman Hias di Gerbang Ekspor. http:dithias.hortikultura.deptan.go.idarsip_beritaarsip. [31 Januari 2009].
5 saingnya di dalam industri. Oleh karena itu, diperlukan suatu penerapan strategi
bersaing yang tepat agar Istana Alam dapat bertahan di dalam industri.
1.2. Perumusan Masalah