89 bersifat membatasi impor. Oleh karena itu, kondisi ini perlu diminimalisir
oleh perusahaan. 3
Cabang usaha masih sedikit dan belum mempunyai agen penjualan. Cabang perusahaan yang dimiliki oleh Istana Alam hanya terdapat di dua
tempat yaitu daerah Alam Sutera Tangerang dan Pluit Jakarta Utara. Selain itu, Istana alam belum memiliki agen penjualan. Cabang yang masih
sedikti dan belum adanya agen penjualan dapat mengakibatkan keterbatasan wilayah pemasaran produk. Hal ini juga mengakibatkan perusahaan belum
bisa menjamin kontinuitas distribusi produknya. Sistem penjualan yang digunakan baru sebatas sistem beli putus dan konsinyasi. Oleh karena itu, hal
ini dapat menjadi kelemahan bagi perusahaan.
7.3. Analisis Matriks EFE
Matriks EFE dihasilkan melalui pembobotan dan pemberian peringkat pada faktor-faktor eksternal kunci. Adapun nilai pembobotan dan peringkat
rating pada faktor eksternal kunci dari masing-masing responden dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3. Dari hasil tersebut diperoleh skor bobot rata-
rata dari masing-masing faktor eksternal kunci Tabel 24.
90
Tabel 24. Hasil Analisis Matriks EFE
Faktor Strategis Eksternal Bobot
Rata- Rata
Rating Rata-
Rata Skor
Bobot Rata-Rata
Peluang A.
Pertumbuhan ekonomi kota Depok yang semakin meningkat.
0,097 4,000
0,388 B.
Pengeluaran rata-rata perkapita kota Depok untuk produk non makanan lebih besar daripada produk
makanan. 0,118
3,333 0,394
C. Ketersediaan
tenaga kerja
seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk. 0,094
3,000 0,282
D. Perkembangan teknologi budidaya tanaman hias.
0,133 3,333
0,444 E.
Perkembangan teknologi
komunikasi, komputerisasi dan informatika.
0,118 3,667
0,433 F.
Produk tanaman hias tidak mempunyai produk substitusi sempurna.
0,082 3,333
0,273 2,214
Ancaman G.
Kebijakan Departemen
Pertanian mengenai
larangan pemasukan dan pengeluaran benihbibit beberapa jenis tanaman hias.
0,052 3,000
0,155 H.
Fluktuasi kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika. 0,073
3,333 0,242
I. Tingkat inflasi yang fluktuatif.
0,079 3,333
0,263 J.
Selera konsumen terhadap tren tanaman hias yang cepat berubah.
0,079 3,333
0,263 K.
Persaingan industri tanaman hias yang semakin ketat.
0,076 3,000
0,227 1,149
Total
1,000 3,364
Jumlah skor bobot matriks EFE berkisar antara 1,0-4,0. Hasil analisis matriks EFE menunjukkan bahwa total skor bobot rata-rata yaitu sebesar 3,364.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa perusahaan sudah memberikan respon yang baik terhadap peluang dan ancaman yang ada. Hal ini juga menggambarkan
perusahaan sudah cukup baik dalam memanfaatkan peluang eksternal dan menghindari ancaman eksternal. Yang menjadi peluang utama bagi perusahaan
adalah faktor peluang dengan skor bobot rata-rata terbesar yaitu perkembangan teknologi budidaya tanaman hias dengan skor bobot 0,444. Dalam hal ini
perusahaan sudah mulai memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada, misalnya dengan melakukan teknik perbanyakan in vitro secara kultur jaringan
untuk perbanyakan tanaman secara massal. Selain itu, perusahaan juga telah
91 menggunakan teknologi rumah tumbuh greenhouse, sprinkler, dan pemuliaan
tanaman dengan teknik persilangan. Untuk perkembangan selanjutnya, perusahaan sebaiknya terus mengadopsi perkembangan teknologi budidaya
tanaman hias yang dihasilkan oleh berbagai instansi seperti Badan Penelitian Tanaman Hias. Dengan penggunaan teknologi tersebut maka Istana Alam dapat
berproduksi secara lebih efisien dan juga meningkatkan keunggulan produknya. Sedangkan faktor eksternal yang menjadi ancaman utama bagi perusahaan adalah
adanya tingkat inflasi yang fluktuatif dan selera konsumen terhadap tren tanaman hias yang cepat berubah, dengan skor bobot rata-rata sebesar 0,263. Tingkat
inflasi yang fluktuatif berpengaruh terhadap ketidakpastian usaha dan daya beli masyarakat. Hal ini akan mengakibatkan penurunan penjualan perusahaan.
Sedangkan selera konsumen terhadap tanaman hias yang cepat berubah mengakibatkan adanya perubahan tren tanaman hias yang sulit diprediksi.
Perubahan tren ini berpengaruh pada penentuan jenis tanaman yang akan diproduksi, dimana tanaman tersebut harus sesuai dengan selera konsumen saat
ini supaya laku di pasar. Apabila perusahaan tidak dapat mengikuti perkembangan selera konsumen, maka perusahaan akan mengalami risiko
kerugian akibat adanya kelebihan produksi. Oleh karena itu, kedua ancaman tersebut menjadi ancaman utama yang perlu dikelola dengan strategi yang tepat.
7.4. Analisis Matriks IFE