Laba Terhadap Total Dana Pihak Ketiga

seluruh bank-bank merger z2 adalah Rp. 5.074,942 milyar rupiah dengan nilai terkecilnya Rp. 35,835 milyar rupiah dipegang oleh Bank Windu Kencana dan nilai terbesarnya Rp. 67.150,21 milyar rupiah dipegang oleh Bank Mandiri dengan tingkat keragaman Rp. 8.646,5 milyar rupiah. Nilai NPL terkecil pada bank-bank merger adalah 0,00 persen yang menunjukkan persentase kredit macet, kredit kurang lancar dan kredit diragukan terhadap total kredit sangat kecil bahkan tidak ada karena bernilai 0,00 persen sedangkan NPL terbesar adalah 93,6 persen, hal ini menunjukkan bank dengan NPL terbesar adalah bank yang sangat buruk kinerja pemberian kreditnya karena tingginya kemacetan kredit atau gagal bayar kredit para debitur. Nilai rata-rata dari variabel total biaya C pada bank-bank akuisisi di Indonesia sebesar Rp. 2.770,25 milyar rupiah dengan biaya terbesar ditanggung oleh Bank BRI sebesar Rp. 35.676,15 milyar rupiah dan total biaya terkecil dikeluarkan oleh Bank Hana sebesar Rp. 3,89 milyar rupiah dengan keragaman sebesar Rp. 5.872,84 milyar rupiah. Nilai rata-rata variabel total dana pihak ketiga w1 untuk bank-bank akuisisi Rp. 36.162,84 milyar rupiah dengan total dana pihak ketiga yang terbesar sebesar Rp. 372.000 milyar rupiah Bank BRI dan total dana pihak ketiga yang terkecil sebesar Rp.65,89 milyar rupiah Bank Hana dengan keragaman sebesar Rp. 71.555,86 milyar rupiah. Rasio upah tenaga kerja w2 maksimum sebesar 0,0403 Bank Hana dan minimum sebesar 0,000849 Bank Victoria dengan rata-rata rasio upah tenaga kerja sebesar 0,011. Hal ini menunjukkan bahwa Bank Hana mempunyai rasio upah tenaga kerja yang cukup besar dibandingkan bank-bank lainnya yang sekelompok dengan bank-bank akuisisi. Nilai rata-rata dari total kredit yang diberikan sebesar Rp. 27.988,08 milyar rupiah dengan total kredit terbesar dimiliki oleh Bank BRI sebesar Rp. 284.000 milyar rupiah dan total kredit terkecil dimiliki oleh Bank Hana sebesar Rp. 71,52 milyar rupiah. Nilai rata-rata dari total sekuritas kelompok bank-bank akuisisi y2 adalah Rp. 6.827,86 milyar rupiah dengan nilai terkecilnya adalah Rp. 479 juta rupiah dimiliki oleh Bank of India dan nilai terbesarnya adalah Rp. 45.716,37 milyar rupiah dimiliki oleh Bank BRI. Hasil pengolahan ini membuktikan bahwa Bank BRI banyak memberikan kredit kepada nasabah bank tersebut. BRI juga lebih memfokuskan pemberian kredit kepada usaha kecil. Sehingga total kredit BRI lebih besar diantara bank-bank yang merger dan akuisisi. Nilai rata-rata dari total ekuitas untuk seluruh bank-bank akuisisi z2 adalah Rp. 4.404,45 milyar rupiah dengan nilai terkecilnya Rp. 20,488 milyar rupiah dimiliki oleh Bank Hana dan nilai terbesarnya Rp. 55.430,06 milyar rupiah dimiliki oleh Bank HSBC dengan tingkat keragaman Rp. 9.972,04 milyar rupiah. Nilai NPL terkecil pada bank-bank merger adalah 0,00 persen yang menunjukkan persentase kredit macet, kredit kurang lancar dan kredit diragukan terhadap total kredit sangat kecil bahkan tidak ada karena bernilai 0,00 persen sedangkan NPL terbesar adalah 38 persen sedangkan batas dinyatakan sehat suatu bank jika NPL suatu bank dibawah 6 persen. Maka jika NPLnya lebih besar dari 6 persen, artinya masih ada beberapa bank akuisisi yang masih dinyatakan tidak sehat dilihat dari sisi NPL. Dilihat secara keseluruhan, dibandingkan antara bank-bank yang merger dan akuisisi tampak bahwa variabel biaya, dana pihak ketiga, upah tenaga kerja, total kredit dan ekuitas memiliki keragaman yang terbesar pada bank-bank akuisisi. Sedangkan variabel total sekuritas, pendapatan bukan bunga, NPL dan EOTA memiliki keragaman terbesar pada bank-bank merger. Hal ini menunjukkan bahwa bank-bank akuisisi memiliki kesenjangan dalam menghasilkan biaya, dana pihak ketiga, upah tenaga kerja, total kredit dan ekuitas. Hal ini disinyalir adanya bank yang memiliki asset terbesar sehingga jika dibandingkan dengan bank-bank lain yang lebih kecil ukuran asetnya akan terlihat mempunyai gap yang sangat besar. Karena bank dengan asset yang besar akan menghasilkan laba yang besar dan biaya yang juga besar serta menghasilkan variabel-variabel yang mempengaruhi biaya juga akan cenderung lebih besar. Tabel 7 dan Tabel 8 Menyajikan hasil estimasi parameter dari fungsi biaya dan fungsi keuntungan lainnya dengan menggunakan model SFA. Diharapkan dengan menggunakan dua fungsi ini dapat memperlihatkan variasi hasil serta mengkomparasi hasil estimasi dari dualitas fungsi tersebut, selain itu juga digunakan untuk menduga pengaruh dari faktor-faktor input terhadap output perbankan.