Produksi ikan Aktivitas Perikanan

cenderung terus mengalami peningkatan, puncaknya terjadi pada tahun 2004 dengan jumlah effort mencapai 32.511 trip dan tahun 2009 dengan jumlah effort sebanyak 27.159 trip. Produksi ikan lemuru dari tahun 1995 hingga tahun 2010 berfluktuatif, jumlah produksi tertinggi terjadi pada tahun 2007 yang mencapai 67.849 ton dan tahun 2009 sebesar 65.238 ton. Hal yang sama juga ditunjukkan dari nilai CPUE yang berfluktuatif. Nilai CPUE tertinggi terjadi pada tahun 1998 sebesar 4,5 ton per trip, sedangkan nilai CPUE pada tahun 2009 mencapai 2,4 ton per trip.

5.4 Hubungan Catch per Unit Effort CPUE dan Effort

Hubungan antara CPUE dan effort pada sumberdaya ikan lemuru yang disajikan pada Gambar 23 menunjukkan peningkatan aktivitas penangkapan effort semakin menurunkan produktivitas hasil tangkapan CPUE. Secara linier hubungan CPUE dan effort digambarkan dalam persamaan y = -2E-05x + 2,0304 yang artinya setiap terjadi peningkatan effort sebanyak 1 trip, maka CPUE akan turun sebesar 0,00002 ton per trip. Kondisi ini mengindikasikan sumberdaya ikan lemuru hampir mengalami overfishing secara biologi. Hubungan antara CPUE dan effort pada sumberdaya ikan lemuru dalam 16 tahun terakhir secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 23. Gambar 23. Hubungan antara CPUE dan effort pada sumberdaya ikan lemuru y = -2E-05x + 2,0304 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 CPUE Linear CPUE

5.5 Estimasi Parameter Biologi

Ada beberapa model estimasi yang digunakan dalam melakukan estimasi parameter biologi, yaitu model estimasi Algoritma Fox, model estimasi Clark, Yoshimoto dan Pooley CYP, model estimasi Walters dan Hilborn WH, dan model estimasi Schnute. Pemilihan model estimasi yang paling cocok dengan karakteristik sumberdaya ikan lemuru di Perairan Selat Bali dilakukan dengan cara membandingkan tingkat pertumbuhan intrinsik r, koefisien daya tangkap q dan daya dukung lingkungan K dari masing-masing model estimasi. Selain itu dilakukan uji statistik dan membandingkan biomas x, produksi h, dan effort E pemanfaatan aktual dengan optimal MSY sumberdaya ikan dari masing- masing model estimasi. Parameter biologi yang akan diestimasi meliputi tingkat pertumbuhan intrinsik r, koefisien daya tangkap q dan daya dukung lingkungan K. Parameter biologi dan nilai uji statistik dari masing-masing model estimasi dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Perbandingan data aktual, parameter biologi, MSY dan uji statistik pada sumberdaya ikan lemuru Pemanfaatan Aktual Parameter Biologi MSY Persentase aktual terhadap MSY Uji Statistik r q K Uji F Sig R 2 Algoritma Fox 0,890925 7,0415E-06 288347,9 0,112171 0,742652 0,007949 Biomas x ton 144.173,97 Produksi h ton 30.086,63 64.224,12 46,85 Effort E trip 17.605,42 63.262,47 27,41 CYP 1,931011 1,87222E-05 87605,43 0,032515 0,968093 0,00539 Biomas x ton 43.802,72 Produksi h ton 30.086,63 42.291,76 71,14 Effort E trip 17.605,42 51.570,13 34,14 Walter - Hilborn 2,142987 3,09083E-05 109335,49 3,628129 0,058567 0,376826 Biomas x ton 54.667,74 Produksi h ton 30.086,63 58.576,12 51,36 Effort E trip 17.605,42 34.666,87 50,78 Schnute 0,754851 2,9483E-05 215417,07 0,233153 0,795274 0,034628 Biomas x ton 107.708,53 Produksi h ton 30.086,63 40.651,94 74,01 Effort E trip 17.605,42 12.801,46 137,53 Pada Tabel 25, dapat dilihat perbandingan tingkat pertumbuhan instrinsik r, koefisien daya tangkap q dan daya dukung lingkungan K dari masing- masing model estimasi. Tingkat pertumbuhan intrinsik r yang paling tinggi dari keempat model estimasi tersebut adalah model estimasi CYP yaitu sebesar 1,93 ton per tahun. Sedangkan untuk koefisien daya tangkap q yang tertinggi adalah model estimasi WH yaitu 0,00003 ton per trip dan model yang memiliki nilai daya dukung lingkungan K tertinggi adalah model estimasi Algoritma Fox yaitu sebesar 288.347,9 ton per tahun. Nilai Uji F dan R square digunakan untuk mengukur goodness of fit dari model regresi dan untuk membandingkan tingkat validitas hasil regresi terhadap variable independen dalam model, dimana jika nilai signifikansi Uji F lebih kecil dan nilai R square semakin besar menunjukkan bahwa model tersebut semakin baik. Pada Tabel di atas dapat dilihat model estimasi yang memiliki nilai signifikasi paling kecil dan nilai R square paling tinggi yaitu model estimasi Walter Hilborn. Berdasarkan perbandingan nilai pemanfaatan aktual dengan optimal MSY pada sumberdaya ikan lemuru, rata-rata tingkat produksi aktual dari model estimasi Walter Hilborn telah mencapai 30.190,09 ton atau 67 persen dari tingkat produksi maksimal nilai MSY = 45.128,38 ton. nilai biomas dari model estimasi Walter Hilborn sebesar 58.576,12 ton. Dari hasil estimasi model Walter Hilborn diperoleh nilai koefisien tingkat pertumbuhan intrinsik r sebesar 2,14; 2 koefisien daya tangkap q sebesar 0,00003 ton per trip; dan 3 dan daya dukung lingkungan K sumberdaya ikan lemuru sebesar 109.335,49 ton per tahun. Apabila dilihat dari nilai koefisien tingkat pertumbuhan intrinsik r sebesar 2,14 dimana lebih besar dari 1, maka secara logika dan teoritis hal tersebut menunjukkan bahwa model estimasi Walter Hilborn tidak dapat digunakan untuk menduga dan menggambarkan kondisi pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali. Berdasarkan pada Tabel 25 terdapat dua model estimasi yang memiliki nilai koefisien tingkat pertumbuhan intrinsik r yang lebih kecil dari 1 yaitu model estimasi Algoritma Fox dan model estimasi Schnute. Apabila dilihat dari nilai R square diketahui bahwa model estimasi Schnute memiliki nilai R square yang lebih besar. Dengan demikian model estimasi Schnute lebih memungkinkan digunakan untuk menduga dan menggambarkan kondisi pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali. Berdasarkan model estimasi Schnute, maka diperoleh parameter biologi yang meliputi: 1 tingkat pertumbuhan intrinsik r, dimana sumberdaya ikan lemuru akan tumbuh secara alami tanpa ada gangguan dari gejala alam meupun kegiatan manusia sebesar 0,75 ton per tahun; 2 koefisien daya tangkap q, yang