Analisis optimasi dinamik pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru

- Penetapan schedule of catch. Kebijakan penetapan jadwal penangkapan ikan dilatarbelakangi oleh banyaknya kendala dalam implementasi kebijakan untuk mengurangi dan mengontrol peningkatan jumlah alat tangkap. Dengan kebijakan ini diharapkan tidak ada yang dikorbankan terutama para nelayan, karena masih bisa melaut. Penjadwalan ini diatur sedemikian rupa, sehingga tingkat produksi effort dan manfaat rente yang diperoleh tetap dalam kondisi yang optimal. Apabila dilihat dari uraian di atas, maka kegiatan pengendalian pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru dari sisi output lebih sulit diimplementasikan dan memerlukan biaya yang cukup besar. Pengawasan terhadap output hasil tangkapan ikan nelayan relatif lebih sulit, selain itu nilai kearifan lokal dalam prilaku penangkapan ikan di Selat Bali sudah hilang. Kegiatan moratorium penangkapan akan memberikan dampak perekonomian kepada masyarakat nelayan, mengingat aktivitas penangkapan ikan merupakan mata pencaharian utamanya. Oleh karena itu, pengendalian dari sisi input akan lebih relevan dilakukan dan lebih mudah yakni dengan melakukan pembatasan effort penangkapan. Aturan kegiatan pengelolaan ikan lemuru di Perairan Selat Bali yang sudah diatur dalam SKB Gubernur Tingkat I Jawa Timur dan Bali No.238 Tahun 1992674 Tahun 1992 perlu diaktifkan kembali dan ditinjau mengingat bahwa pada peraturan tersebut jumlah purse seine yang diijinkan sebanyak 273 unit Jawa Timur=190 unit dan Bali=83 unit. Pada kenyataannya jumlah alat tangkap purse seine yang beroperasi telah melebihi dari batas maksimum yang ditetapkan SKB tersebut yaitu sebanyak 357 unit. Semantara itu, hasil analisis bioekonmi diperoleh jumlah optimal alat tangkap purse seine sebanyak 234 unit Kebijakan lainnya yang dapat dilakukan yaitu pengembangan sumberdaya manusia human development, mengingat manusia merupakan pelaku utama dalam aktivitas pemanfaatan sumberdaya ikan. Kebijakan sehebat apa pun atau sebagus apa pun seringkali terlihat mentah di lapangan, tidak memberikan dampak apa-apa sebagaimana tujuan dari ditetapkannya kebijakan tersebut, jika tidak didukung sendiri oleh para pelaku utama dari kebijakan tersebut, baik pembuat kebijakan atau pun yang harus melaksanakan kebijakan. Kebijakan ini ditujukan bagi peningkatan kualitas dan profesionalitas para pemegang kebijakan dan pengelola perikanan, juga ditujukan kepada para nelayan dalam bentuk memberikan penyadaran, sosialisasi, pemahaman, rasa memiliki dan rasa tanggung jawab akan pentingnya pembangunan perikanan yang berkelanjutan bagi kehidupan di kemudian hari, pentingnya memanfaatkan sumberdaya ikan agar memberikan manfaat ekonomi yang optimal secara terus menerus. Kondisi sosial budaya masyarakat nelayan di sekitar Selat Bali saat ini sudah tidak lagi bentuk kearifan lokal. Kebijakan pengembangan sumberdaya manusia dalam hal ini nelayan di sekitar Selat Bali sebagai pelaku utama penangkapan ikan perlu diarahkan kembali dalam menjaga kearifan lokal seperti pelarangan penggunaan alat tangkap yang berbahaya dan merusak lingkungan yang dapat menyebabkan hancurnya sumberdaya ikan di Selat Bali. Pengambilan pungutan sumberdaya dapat digunakan dengan maksud untuk mengurangi jumlah effort sehingga tekanan terhadap sumberdaya ikan lemuru dapat berkurang. Selain itu, hasil dari pungutan user fee tersebut hendaknya digunakan dalam rangka kegiatan pengelolaan sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali. Berdasarkan analisis rente ekonomi maka diperoleh berbagai skenario besaran pungutan baik untuk model statik maupun model dinamik. Besaran nilai user fee yang dapat dipungut pada kondisi statik yaitu sebesar Rp 192.511 per trip alat tangkap purse seine, sedangkan pada kondisi dinamik berkisar Rp 94.791 per trip sampai dengan Rp 172.820 per trip. Kebijakan penting lainnya yang harus diperhatikan yaitu melakukan monitoring, controlling dan law enforcement penegakkan hukum, kebijakan ini bertujuan agar produksi aktual yang dihasilkan tidak melebihi kapasitas dari produksi optimal yang seharusnya dihasilkan, juga untuk meminimalkan praktek pencurian ikan, hasil tangkapan yang tidak dilaporkan unreported catch, penangkapan yang merusak ekosistem destructive fishing. 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1 Kontruksi alat tangkap purse seine menggunakan 2 buah kapal two boat sistem, panjang kapal 20 meter, lebar kapal 6 - 6,5 meter dan kedalaman kapal 3-3,5 meter. Setiap 1 unit kapal menggunakan 4 - 5 mesin merek yanmar dengan kekuatan 30 PK. Jaring yang digunakan terbuat dari bahan nylon dengan ukuran mata jaring mesh size sebesar 0.75 - 1 inchi. 2 Jumlah unit alat tangkap yang optimal pada kondisi pengelolaan sole owner atau maximum economic yield MEY yaitu sebanyak 234 unit setara alat tangkap purse seine. Saat ini jumlah unit alat tangkap yang tersedia sebanyak 357 unit setara purse seine. Sehingga ada sekitar 123 unit alat tangkap setara purse seine yang perlu dirasionalisasi. 3 Tingkat produksi optimal pengelolaan sumberdaya ikan lemuru pada kondisi MEY sebesar 40.239,31 ton per tahun diperoleh pada tingkat effort optimal sebanyak 11.512 trip per tahun, dengan tingkat CPUE sebesar 3,5 ton per trip dan jumlah alat tangkap sebanyak 234 unit alat tangkap setara purse seine. 4 Laju degradasi dan laju depresiasi menunjukkan arah semakin kuatnya tekanan terhadap sumberdaya ikan lemuru yang diakibatkan besarnya tingkat effort yang dilakukan dalam kegiatan penangkapan. Laju degradasi dan depresiasi pada tahun 2006 hingga tahun 2008, walaupun belum sampai terdegradasi tetapi telah mengalami depresiasi, sedangkan sumberdaya ikan lemuru pada tahun 2009 telah terdegradasi dan terdepresiasi. 5 Nilai rente ekonomi sumberdaya ikan lemuru selama 10 tahun ke depan dengan tingkat discount rate 10 pada kondisi optimal statik sebesar Rp 184,68 milyar dan pada kondisi optimal dinamik berkisar Rp 108,3 milyar sampai Rp 172,17 milyar. Besaran nilai user fee atau pajak rente sumberdaya pada kondisi optimal statik sebesar Rp 192.511 per trip dan pada kondisi optimal dinamik berkisar Rp 94.791 per trip sampai dengan Rp 172.820 per trip. Besaran nilai user fee secara keseluruhan yang dapat digunakan untuk pengelolaan sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali pada kondisi optimal statik