Gambar 28. Hubungan tingkat discount rate dan rente ekonomi optimal dinamik sumberdaya ikan lemuru
5.10 Analisis Laju Degradasi dan Laju Depresiasi
Degradasi dan depresiasi sumberdaya dapat diartikan sebagai penurunan nilai dari sumberdaya baik secara kuantitas maupun kualitas dan manfaat secara
ekonomi sebagai dampak dari pemanfaatan sumberdaya tersebut. Jika nilai koefisien degradasi dan depresiasi suatu sumberdaya berada pada kisaran nilai
toleransi yaitu 0 hingga 0,5, maka sumberdaya tersebut belum mengalami degradasi dan depresiasi. Hasil analisis laju degradasi dan depresiasi pada
sumberdaya ikan lemuru dapat dilihat pada Tabel 30. Koefisien laju degradasi dan laju depresiasi pada sumberdaya ikan lemuru
tiap tahun secara berturut-turut rata-rata mencapai 0,26 dan 0,31. Nilai koefisien ini lebih kecil dari nilai toleransi koefisien laju degradasi dan laju depresiasi. Hal
ini menunjukkan bahwa sumberdaya ikan lemuru di perairan Selat Bali secara rata-rata selang periode tahun 1995 hingga 2010 belum mengalami degradasi dan
depresiasi. Namun demikian, pada tahun 2004 nilai koefisien laju degradasi mencapai 0,93, lebih besar dari nilai toleransi 0,5. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pada tahun 2004 sumberdaya ikan lemuru di Perairan Selat Bali telah terdegradasi. Selain itu, nilai laju degradasi dan depresiasi ikan lemuru pada tahun
2009 sebesar 0,54 dan 0,64, lebih tinggi dari nilai toleransi 0,5, yang berarti
y = 7E+06x
-0,813
R² = 0,9992
- 500,000.00
1,000,000.00 1,500,000.00
2,000,000.00 2,500,000.00
3,000,000.00
5 10
15 20
R e
n te
e ko
n o
mi R
p ju
ta
Discount Rate
bahwa sumberdaya ikan lemuru telah terdegradasi dan terdepresiasi pada tahun 2009.
Tabel 30. Hasil analisis laju degradasi dan laju depresiasi pada sumberdaya ikan lemuru
Tahun Produksi ton
RenteEkonomi Rp juta Laju
Degradasi Laju
Depresiasi Aktual
Lestari Aktual
Lestari 1995
14.850,61 40.438,86
5.912,35 26.772,51
0,06 0,01
1996 8.957,77
40.402,65 1.219,42
28.452,63 0,01
0,00 1997
21.838,99 40.542,32
12.561,16 29.255,07
0,14 0,09
1998 58.164,36
40.648,30 85.759,92
55.653,55 0,33
0,34 1999
6.154,99 40.651,41
-3.457,71 55.977,68
0,00 1,00
2000 8.170,25
40.393,46 1.203,13
62.526,61 0,01
0,00 2001
10.145,40 40.288,91
2.563,23 68.034,82
0,02 0,00
2002 36.256,04
39.853,26 69.256,84
77.785,00 0,25
0,25 2003
34.301,27 40.636,93
64.471,89 80.211,00
0,23 0,22
2004 21.184,19
-55.709,53 1.005,93
-201.641,81 0,93
1,00 2005
14.565,45 30.996,86
7.164,89 56.583,56
0,11 0,00
2006 60.586,38
21.320,15 150.022,64 24.006,37
0,41 0,46
2007 67.848,94
14.698,53 181.139,34 -128,27
0,45 0,50
2008 38.329,55
12.983,80 88.427,78
-7.432,17 0,42
0,52 2009
65.237,54 -10.480,91 186.161,86
-108.363,50 0,54
0,64 2010
14.794,34 11.617,69
-1.279,86 -14.010,03
0,31 0,00
Rataan 30.086,63 24.330,17
53.258,30 14.605,19
0,26 0,31
Pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru pada tahun 2009 mempunyai track record terdegradasi dan terdepresiasi. Kemudian pada tahun sebelumnya yaitu
tahun 2006 hingga tahun 2008 mempunyai track record nilai laju degradasi yang hampir mendekati nilai toleransi yaitu sebesar 0,5, sedangkan nilai depresiasinya
sudah melebihi dari nilai toleransi 0,5. Hal ini menindikasikan bahwa pada tahun 2006 hingga 2008, sumberdaya ikan lemuru walaupun belum sampai
terdegradasi tetapi telah mengalami depresiasi. Oleh karena itu, tindakan preventif pada pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru harus segera dilakukan agar nilai
koefisien degradasi dan depresiasi tidak semakin tinggi. Untuk lebih jelasnya mengenai laju degradasi dan laju depresiasi sumberdaya ikan lemuru dapat dilihat
pada Gambar 29.