sebesar 12.801
trip
per tahun. Namun demikian, nilai effort E memiliki nilai effort lebih rendah dari effort open access OA yaitu sebanyak 23.023
trip
per tahun. Apabila dilihat dari nilai effort E aktual pada tahun 2009 yang mencapai
27.159 trip per tahun, lebih tinggi dibandingkan dengan nilai effort E optimal. Hasil tangkapan dengan effort tersebut telah melebihi dari hasil tangkapan
optimal. Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan daya tangkap ikan dari alat tangkap yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan lemuru di perairan
selat bali. Dari Tabel 28 di atas juga dapat diketahui tingkat keuntungan atau rente
optimal yang bisa diperoleh sebesar Rp 79.897,92 juta per tahun pada kondisi sole owner atau maximum economic yield MEY, dan sebesar Rp 78.895,05 juta per
tahun pada kondisi pengelolaan maximum sustainable yield MSY. Berdasarkan kondisi aktual diperoleh tingkat keuntungan atau rente aktual sebesar Rp
45.745,30 juta per tahun, maka dapat dilihat selisih jumlah keuntungan yang cukup besar. Selisih jumlah rente ini disebabkan oleh menurunnya jumlah
produksi hasil tangkapan dan tingkat effort yang semakin tinggi, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk melakukan aktivitas penangkapan sumberdaya ikan
lemuru tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa adanya indikasi ke arah overfishing secara ekonomi economical overfishing.
Oleh karena itu, upaya penangkapan effort harus segera diturunkan agar dapat diperoleh keuntungan yang maksimal.
Gambar 26. Perbandingan pemanfaatan optimasi statik sumberdaya ikan lemuru
10000 20000
30000 40000
50000 60000
70000 80000
90000
5000 10000
15000 20000
25000 30000
35000 40000
45000
Aktual Sole Owner
MEY Open
AccessOAY MSY
R e
n te
e ko
n o
m i
R p
ju ta
Pr o
d u
ksi t
o n
d an
e ff
o rt
t ri
p
Produksi h ton Effort E trip
π juta Rp
Pada Gambar 26 menunjukkan perbandingan pemanfaatan optimasi statik sumberdaya ikan lemuru. Pada Gambar 26 terlihat tingkat produksi dan
keuntungan atau rente ekonomi pada kondisi aktual lebih rendah dibandingkan pada kondisi pengelolaan sole owner atau maximum economic yield MEY dan
kondisi pengelolaan maximum sustainable yield MSY. Walaupun demikian, apabila dibandingkan pada kondisi pengelolaan open access, tingkat produksi
aktual masih lebih tinggi dan tingkat effort aktual juga lebih rendah. Upaya pengelolaan effort pada kondisi aktual lebih tinggi dibandingkan
pada kondisi pengelolaan sole owner atau maximum economic yield MEY dan kondisi pengelolaan maximum sustainable yield MSY. Sehingga kondisi ini
telah menimbulkan terjadinya alokasi sumberdaya yang tidak tepat. Tingkat effort yang diperlukan untuk mencapai kondisi pengelolaan sole owner atau maximum
economic yield MEY tampak lebih kecil daripada yang diperlukan dalam mencapai kondisi pengelolaan maximum sustainable yield MSY. Oleh karena
itu, keseimbangan kondisi pengelolaan sole owner atau maximum economic yield MEY terlihat lebih conservative minded lebih bersahabat dengan lingkungan
dibandingkan dengan tingkat upaya pada titik keseimbangan pada kondisi pengelolaan maximum sustainable yield MSY. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 27.
Gambar 27. Keseimbangan bioekonomi model Gordon Schaefer pada sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali
-5000 5000
10000 15000
20000 25000
30000 35000
40000 45000
5000 10000
15000 20000
25000 30000
T R
d a
n T
C j
u ta
r u
p ia
h
Effort trip
MSY MEY
max.
TC OA
5.9.2 Analisis optimasi dinamik pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru
Analisis optimasi dinamik pemanfaatan sumberdaya perikanan dilakukan karena tangkapan yield dan upaya penangkapan effort pada kegiatan perikanan
tidak bersifat statis. Kegiatan perikanan bergerak mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi pada sumberdaya dan faktor eksternal lainnya. Aspek pemanfaatan
sumberdaya perikanan dengan pendekatan model dinamik bersifat intertemporal, maka dalam menganalisis aspek tersebut dijembatani dengan penggunaan
discount rate, dimana discount rate yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti pendekatan Kula, yaitu 3,22 dan discount rate dari World Bank yaitu
10, 12, 15 dan 18. Nilai discount rate digunakan dalam menghitung tingkat pemanfaatan
optimal dinamik sumberdaya ikan lemuru. Hasil estimasi pada masing-masing tingkat discount rate dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Hasil analisis optimasi dinamik pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali
Pemanfaatan sumberdaya
Optimasi Dinamik i= 3,22
i = 10 i = 12
i = 15 i = 18
Biomass x ton 114.833,18
107.700,78 105.709,23 102.826,64 100.065,19 Produksi h ton
40.474,07 40.651,94
40.637,93 40.568,42
40.447,22 Effort E trip
11.955 12.802
13.039 13.382
13.710 alat tangkap unit
243 260
265 272
278 π juta Rp
2.477.252,45 827.756,43 692.600,10 556.587,25 465.123,89
Pada Tabel 29 dapat dilihat perbandingan pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru pada kondisi aktual dan kondisi optimal dinamik dengan tingkat discount
rate yang berbeda. Berdasarkan tingkat volume produksi, maka tingkat volume produksi yang dapat diperoleh jika pemanfaatan menggunakan optimal dinamik
akan jauh lebih besar dibandingkan dengan tingkat volume produksi pada pemanfaatan aktual, sedangkan dari sisi tingkat upaya penangkapan effort
menunjukkan tingkat upaya effort yang dilakukan pada kondisi optimal dinamik lebih sedikit dari tingkat upaya effort pada kondisi aktual. Hal yang sama terjadi
pada nilai rente ekonomi, dimana tingkat keuntungan yang diperoleh pada kondisi aktual jauh lebih kecil daripada pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru pada
kondisi dinamik. Kondisi ini menunjukkan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan
lemuru di Perairan Selat Bali telah menunjukkan gejala yang overfishing baik secara biologi maupun ekonomi. Sehingga perlu dilakukan langkah-langkah
dalam mengatasinya seperti mengurangi upaya penangkapan effort agar kelestarian sumberdaya ikan lemuru dapat terjaga.
Hubungan tingkat discount rate dan rente ekonomi optimal dinamik pada sumberdaya ikan lemuru di Perairan Selat Bali dapat dilihat pada Gambar 28.
Pada gambar tersebut menunjukkan tingkat discount rate yang tinggi akan mendorong semakin lajunya tingkat effort dan sebaliknya tingkat discount rate
yang rendah akan memperlambat laju tingkat effort. Secara umum tingkat discount rate yang lebih rendah dapat menghasilkan optimal yield dan optimal
biomass yang lebih tinggi dan apabila tingkat discount rate turun hingga ke level nol, maka analisis dinamik pada sumberdaya ikan lemuru ini identik dengan
analisis statik pada pengelolaan sole owner atau maximum economic yield MEY. Tingkat discount rate yang tinggi akan memacu eksploitasi sumberdaya ikan
lemuru yang lebih ekstraktif dan dampaknya akan mempertinggi tekanan sumberdaya ikan lemuru. Jika discount rate semakin tinggi hingga tak terhingga,
maka analisis dinamik sumberdaya ikan lemuru akan sama dengan analisis statik pada pengelolaan open access OA, sehingga keadaan ini akan mengakibatkan
terjadinya degradasi yang menjurus kepada kepunahan sumberdaya ikan lemuru. Hal yang sama juga terlihat pada rente ekonomi yang diperoleh, dimana rente
ekonomi yang diperoleh akan semakin besar apabila semakin rendahnya tingkat discount rate, sebaliknya jika tingkat discount rate semakin tinggi maka akan
membuat rente ekonomi yang diperoleh semakin kecil. Artinya bahwa ekstraksi sumberdaya ikan lemuru secara berlebihan saat ini dengan nilai rente ekonomi
yang diterima untuk waktu jangka panjang ternyata tidak memberikan nilai rente yang optimal. Peningkatan upaya yang berlebihan akan mengakibatkan
peningkatan terhadap biaya yang dikeluarkan. Hal ini berimplikasi terhadap laju degradasi sumberdaya ikan lemuru yang semakin cepat.