kode ISSCFG 01.1.2 dan jaring lingkar tanpa tali kerut seperti lampara dan payang kode ISSCFG 01.2.0.
Pukat cincin dapat dibedakan berdasarkan jumlah kapal yang digunakan, dikenal one boat purse seine dan two boat purse seine. Ada pula yang
menggolongkan berdasarkan jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan sehingga kita kenal tuna purse seine, sardin purse seine, dan sebagainya Von
Brandt, 2005. Gambar mengenai sketsa one boat purse seine dan two boat purse seine disajikan pada Gambar 4 dan Gambar 5.
Gambar 4. Konstruksi pukat cincin purse seine satu kapal one boat system Sumber : Von Brandt, 2005
Gambar 5. Konstruksi pukat cincin purse seine dua kapal two boat system Von Brandt, 2005
Tali Pelampung Pelampumg
Tali Ris Atas
Tali Ris Bawah Tali Kolor
Tali Pemberat Cincin
Pemberat Pelampung
Tali Pelampung Tali Ris Atas
Tali ris Bawah Tali Pemberat
Tali Kolor Cincin
Pemberat
Prinsip kerja alat tangkap purse seine yaitu melingkari gerombolan ikan dengan jaring. Setelah itu, jaring bagian bawah dikerutkan sehingga ikan akan
terkumpul dibagian kantong. Operasi penangkapan alat tangkap purse seine dengan dua kapal, yaitu:
- Perahu penangkapcatcher Boat yang dilengkapi dengan dua mesin diesel One Boat Engine yang dipasang pada lambung bagian kanan perahu, yang
mempunyai tugas untuk membawa jaring serta melingkarkan jaring untuk mengurung gerombolan ikan.
- Perahu selerek collesting boat yang dilengkapi dengan empat buah mesin diesel yang diletakkan pada lampung kiri dan kanan perahu. Perahu ini
bertugas untuk menarik tali kolor atau purse line dan mengangkut hasil
tangkapan
2.4 Estimasi Stok Ikan
Menurut Aziz 1989, suatu unit stok adalah sebuah kelompok yang berdiri sendiri, tanpa campur dari luar dan mempunyai karakteristik biologi dan
dampak penangkapan seragam. Stok juga bisa didefinisikan sebagai masalah operasional, yaitu suatu sub kelompok dalam suatu spesies dapat diperlakukan
sebagai stok jika perbedaan-perbedaan dalam kelompok tersebut dan pencampuran dengan kelompok lain dapat diabaikan tanpa membuat kesimpulan
yang tidak absah. Stok ikan pada suatu perairan dapat diduga dengan menggunakan dua
metode, yaitu metode analitik dan metode holistik. Metode analitik digunakan untuk mengkaji stok ikan berdasarkan data hasil tangkapan dan upaya, dengan
melihat frekuensi panjang atau umur ikan. Metode holistik digunakan untuk mengkaji stok ikan berdasarkan data hasil tangkapan dan upaya tanpa ada data
komposisi ukuran Sparre dan Venema 1999. Sparre dan Venema 1999 mengemukakan bahwa model-model yang
digunakan untuk pendugaan stok ikan bagi keperluan pengelolaannya secara garis besar terbagi menjadi dua golongan, yaitu l model analitik, 2 model holistik.
Model-model holistik sederhana lebih sedikit dibandingkan dengan model analitik. Model holistik berdasarkan informasi dari Aziz 1989 dan Komisi
Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan 1998, estimasi stok ikan di Indonesia dilakukan dengan 6 metode pendekatan, yaitu sensustransek, swept
area, akustik, surplus production, tagging dan ekstraintra-polasi. Metoda sensus atau transek digunakan untuk mengkaji stok ikan yang
sifatnya tidak bergerak dengan cepat, seperti ikan hias dan ikan karang. Metode swept area digunakan untuk menduga stok ikan dasar demersal dimana metoda
ini dilakukan dengan prinsip menyapu area perikanan dengan menggunakan alat tangkap trawl. Metode akustik ini digunakan untuk menduga ikan pelagis maupun
demersal dengan prinsip kerja menghitung potensi ikan dengan menggunakan alat yang dinamakan echosounder dan metode surplus production digunakan untuk
menduga ikan dengan memanfaatkan data time series hasil tangkapan dan upaya penangkapan ikan di tempat pendaratan ikan Komisi Nasional Pengkajian Stok
Sumberdaya Ikan 1998. Pengkajian stok ikan dengan menggunakan trawl dan echosounder
tergolong sangat mahal karena pelaksanaan kegiatan tersebut harus menggunakan kapal riset khusus, sehingga jumlah dana yang harus dikeluarkan untuk
mengcover seluruh perairan Indonesia sangatlah besar. Sementara itu, dana yang tersedia untuk melakukan survey jumlahnya relatif sedikit. Diantara, keenam
metode pendekatan tersebut, pendekatan dengan metode surplus production adalah yang relatif paling murah, cepat dan sederhana dalam pengerjaan Komisi
Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan 1998. Berdasarkan Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan 1998
bahwa kunci keberhasilan penggunaan metode ini adalah keakuratan sumber data yang digunakannya. Penggunaannya metode surplus production memerlukan data
time series hasil tangkapan dan upaya penangkapan ikan di tempat pendaratan ikan. Dalam analisis estimasi stok dari sumberdaya ikan unggulan ini, digunakan
pendekatan metode surplus production, walaupun di akui bahwa metode ini masih banyak menggunakan asumsi untuk menghitungnya.
Pendekatan biologi dengan menggunakan model surplus production ini sendiri merupakan salah satu pendekatan dari tiga pendekatan umum yang biasa
digunakan khususnya untuk perikanan multispecies. Dua pendekatan lainnya, yaitu Total Biomass Schaefer Model TBSM yang dikembangkan oleh Brown et
al. pada tahun 1976, Pope tahun 1979, Pauly tahun 1979 dan Panayatou tahun 1985 dan pendekatan independent single species yang dikembangkan oleh
Anderson dan Ursin pada tahun 1976 dan May et al. tahun 1979 memerlukan data dan perhitungan yang ekstensif, sehingga sulit diterapkan pada wilayah yang
memiliki multispecies Fauzi 2004.
2.5 Optimasi Sumberdaya Perikanan
2.5.1 Model surplus produksi
Pengelolaan sumberdaya ikan pada awalnya didasarkan pada konsep hasil maksimum yang lestari Maximum Sustainable Yield atau disingkat MSY. Inti
dari konsep ini adalah bahwa setiap spesies ikan memiliki kemampuan untuk berproduksi yang melebihi kapasitas produksi surplus, sehingga apabila surplus
ini dipanen tidak lebih dan tidak kurang, maka stok ikan akan mampu bertahan secara berkesinambungan. Dengan kata lain konsep ini hanya mempertimbangkan
faktor biolagi ikan semata Fauzi, 2004. Menurut Aziz 1989 model surplus produksi adalah salah satu model
yang digunakan dalam pengkajian stok ikan, yaitu dengan menggunakan data hasil tangkapan dan upaya penangkapan. Pertambahan biomassa suatu stok ikan
dalam waktu tertentu di suatu wilayah perairan adalah suatu parameter populasi yang disebut produksi. Biomassa yang diproduksi ini diharapkan dapat mengganti
biomassa yang hilang akibat kematian, penangkapan maupun faktor alami. Produksi yang berlebih dari kebutuhan penggantian dianggap sebagai surplus
yang dapat dipanen. Apabila kuantitas biomassa yang diambil sama dengan surplus yang diproduksi maka perikanan tersebut berada dalam kondisi
equilibrium atau seimbang. Fauzi, 2004 mengatakan bahwa fungsi pertambahan atau pertumbuhan
atau perubahan stok biomassa ikan yang pada periode waktu tertentu ditentukan oleh populasi awal periode terjadi secara alami, disebut sebagai density
dependent growth. Hubungan ini secara matematik dinotasikan sebagai berikut :
1
x F
x x
t