Analisis Laju Degradasi dan Laju Depresiasi

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1 Kontruksi alat tangkap purse seine menggunakan 2 buah kapal two boat sistem, panjang kapal 20 meter, lebar kapal 6 - 6,5 meter dan kedalaman kapal 3-3,5 meter. Setiap 1 unit kapal menggunakan 4 - 5 mesin merek yanmar dengan kekuatan 30 PK. Jaring yang digunakan terbuat dari bahan nylon dengan ukuran mata jaring mesh size sebesar 0.75 - 1 inchi. 2 Jumlah unit alat tangkap yang optimal pada kondisi pengelolaan sole owner atau maximum economic yield MEY yaitu sebanyak 234 unit setara alat tangkap purse seine. Saat ini jumlah unit alat tangkap yang tersedia sebanyak 357 unit setara purse seine. Sehingga ada sekitar 123 unit alat tangkap setara purse seine yang perlu dirasionalisasi. 3 Tingkat produksi optimal pengelolaan sumberdaya ikan lemuru pada kondisi MEY sebesar 40.239,31 ton per tahun diperoleh pada tingkat effort optimal sebanyak 11.512 trip per tahun, dengan tingkat CPUE sebesar 3,5 ton per trip dan jumlah alat tangkap sebanyak 234 unit alat tangkap setara purse seine. 4 Laju degradasi dan laju depresiasi menunjukkan arah semakin kuatnya tekanan terhadap sumberdaya ikan lemuru yang diakibatkan besarnya tingkat effort yang dilakukan dalam kegiatan penangkapan. Laju degradasi dan depresiasi pada tahun 2006 hingga tahun 2008, walaupun belum sampai terdegradasi tetapi telah mengalami depresiasi, sedangkan sumberdaya ikan lemuru pada tahun 2009 telah terdegradasi dan terdepresiasi. 5 Nilai rente ekonomi sumberdaya ikan lemuru selama 10 tahun ke depan dengan tingkat discount rate 10 pada kondisi optimal statik sebesar Rp 184,68 milyar dan pada kondisi optimal dinamik berkisar Rp 108,3 milyar sampai Rp 172,17 milyar. Besaran nilai user fee atau pajak rente sumberdaya pada kondisi optimal statik sebesar Rp 192.511 per trip dan pada kondisi optimal dinamik berkisar Rp 94.791 per trip sampai dengan Rp 172.820 per trip. Besaran nilai user fee secara keseluruhan yang dapat digunakan untuk pengelolaan sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali pada kondisi optimal statik mencapai Rp 2,2 milyar per tahun dan pada kondisi optimal dinamik berkisar Rp 1,3 milyar per tahun sampai Rp 2 milyar per tahun. 6 Kebijakan pengurangan jumlah alat tangkap yang melebihi jumlah optimum dapat dilakukan oleh pemerintah dengan membeli kelebihan jumlah alat tangkap sebagai kompensasi bagi nelayan sebagai dampak dari kebijakan divestasi. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan mengalihkan unit armada alat tangkap ke jenis alat tangkap lainnya. 7 Pembatasan jumlah effort dapat juga dilakukan dengan cara melakukan pembatasan jumlah trip operasi penangkapan.

6.2 Saran

1 Perlunya diaktifkan kembali pengaturan sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali yang sudah diatur dalam SKB Gubernur Tingkat I Jawa Timur dan Bali No.238 Tahun 1992674 Tahun 1992. Selain itu SKB tersebut perlu ditinjau ulang atau direvisi mengingat bahwa pada peraturan tersebut jumlah purse seine yang diijinkan sebanyak 273 unit Jawa Timur=190 unit dan Bali=83 unit. Pada kenyataannya jumlah alat tangkap purse seine yang beroperasi telah melebihi dari batas maksimum yang ditetapkan SKB tersebut yaitu sebanyak 324 unit. Sedangkan dari hasil anĂ¡lisis bioekonmi diperoleh jumlah optimal alat tangkap setara purse seine sebanyak 234 unit. 2 Melakukan sitem pengawasan monitoring, evaluasi dan pendataan hasil perikanan yang sistematis harus dilakukan secara konsisten serta ditegakkannya hukum dan peraturan sehingga tujuan pengelolaan sumberdaya perikanan dapat terwujud. 3 Pelunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek biologi ikan lemuru di Selat Bali. DAFTAR PUSTAKA Anna S. 2003. Model Embedded Dinamik Ekonomi Interaksi Perikanan Pencemaran. [Disertasi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Program Pasca Sarjana. 371 hal. Ayodhya A. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. Aziz KA. 1989. Dinamika Populasi Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Bogor. Institut Pertanian Bogor. 115 hal. Aziz KA, M Boer, J Widodo, N Namin, MH Amarullah, B Hasyim, A Djamali dan BE Priyono. 1998. Potensi, Pemanfaatan dan Peluang Pengembangan Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan Laut, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Badan Pertimbangan Pengembangan Penelitian Universitas Brawijaya. 2004. Studi Penentuan JTB. [Laporan Akhir]. Studi Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan untuk Pengelolaan Penangkapan Ikan di Wilayah Perikanan Lokal dan Evaluasinya terhadap Penetapan Angka JTB. Kerjasama Universitas Brawijaya dengan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Departemen Kelautan dan Perikanan. Barus HR dan C Nasution. 1982. Purse Seine sebagai Alat Tangkap Ikan Lemuru Sardinelia longiceps di Selat Bali. Prosiding seminar Perikanan Lemuru, Banyuwangi, 18-21 Januari 1982. Puslitbangkan. Departemen Pertanian. Jakarta. Bleeker. 1853. http:www.calacademy.org researchichthyologycatalog Burhanuddin and DP Praseno. 1982. Lingkungan Perairan Selat Bali. Prosiding Seminar Perikanan Lemuru, Banyuwangi 18-21 Januari 1982. Pros. No.2SPL82 :27-32. BPS 2010. Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2010 BPS 2010. Kabupaten Jembrana dalam Angka Tahun 2010 Charles AT. 2001. Sustainable Fishery Systems. United Kingdom: Blackwell Science Ltd. 370 p Clark CW and JM Conrad. 1987. Natural Resource Economic:Notes and Problem. United States of Ametica. Cambridge University Press. Clark CW 1985. Bioeconomic Modelling and Fisheries Management. John Wiley and Son, Inc, Vancouver. Conrad JM. 1989. Natural Resources Economics: Note and Problem.Cambridge University Press. New York. Daniel RM, A Fauzi dan E Lubis. 2010. Pengkajian Unit Penangkapan dalam Upaya Pemanfaatan Sumberdaya Udang Penaeid secara Berkelanjutan di Perairan Cirebon Utara Jawa Barat. Jurnal Teknologi Kelautan dan Perikanan Volume 10 No.1 Maret 2010. MSKPI dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.